Sedulurku tercinta, Dia ada di sebuah tempat yang tak terjangkau oleh pemikiran, tetapi ketika engkau menengok Dia dalam dirimu, engkau tidak akan curiga Dia di negri antah brantah, Dia ada di sana, ini adalah sebuah misteri yang Real, Nyata. Hanya Allah sajalah yang ada, jangan mendekati Dia hanya ketika terserimpung oleh jeratan dengan dunia, kalau kepepet ya tidak mengapa. Jangan seperti ombak yang hanya bernyanyi ketika terhempas di pantai, jadilah air bak menggubah dunia dengan amal pemberian itu.
Aku sering dongeng dengan banyak kisah, tetapi aku menyadari bahwa aku sendiri adalah sebuah dongeng. Dia tidak bersatu, juga tidak terpisah. Aku sendiri berlagak sok tahu, sok suci menyendiri, atau berlebih-lebihan, namun segala sesuatu yang aku bahasakan sangatlah tidak tepat: bagaimana aku dapat melukis gambar Dia itu?
Bagiku, kebingungan mistis ini adalah bagai burung amat sangat indah itu, yang kadang aku rasakan hinggap di atas kepalaku, kalau aku banyak omong dan gerak, Dia langsung terbang entah kemana, kalau aku berharap hinggap lagi, selalu menderaku harap-harap cemas: mungkinkah Dia datang lagi? Untuk menanti kedatangan burung indah itu, aku bacakan senandung cinta untuk menunjukkan aku rindu, dan hasrat ini sangat menggebu.
Ternyata Dia memberi syarat yang sangat berat: Aku mau bersamamu, tetapi jangan bicarakan sesuatu tentang ini dan itu, aku datang dalam keintiman, hanya ingin bercumbu denganmu, jangan buang waktu. Cinta penghancur perbedaan dan pengungkap Kesatuan.S egala sesuatu di dunia ini makan dan dimakan, semua perjalanan berakhir dengan tragedi, tetapi ada dunia lain yang bergerak selamanya.
Di dunia ini pencinta tak pelak terpisahkan, tetapi di dunia lain bersatu selamanya. Semua benda yang indah ini tidak berarti dibandingkan dengan Lautan nan dalam. Aku sering mengingat bagian-bagian, meninggalkan untuk menatap pada Keseluruhan, padahal kebaikan dan keburukan berasal dari Satu Sumber.
Apakah keburukan berasal dari Tuhan? Pertanyaan ini jelas salah, karena mana ada Tuhan punya kecacatan, malah keburukan adalah bagian dari kesempurnaanNya. Seorang Pelukis tentu suka-suka ia menggoreskan bakatNya dengan tanpa batas. Aku harus mengerti Ruh yang Satu, memecah menjadi bentuk-bentuk tak terhingga kala ia melewati dunia ini. Aku harus memahami bahwa samudra kesadaran itu luas, dan bentuk-bentuk itu muncul ke permukaannya bagai wadah-wadah, setelah wadah penuh maka ia akan tenggelam dalam kedalamannya. Siapa kawan yang tidak ingin tenggelam dalam Tuhan, sebab orang mengira permukaan itu lebih baik, ternyata di kedalaman itu terdapat mutuara-mutiara yang tak terhingga nilainya.
Banyak orang ingin jadi abu, tetapi--termasuk aku--takut pada api. Cinta adalah api yang melahap segala sesuatu selain Kekasih. Bila ini adalah apiMu, musti bagaimana rupa api itu, bila ini adalah ratapanMu, hasratku tak sabar menanti kehadiranMu, yang sungguh cantik dan teramat manis. Aku mengeluh selalu, aku senang dalam kekasaranMu maupun kelembutanMu. Bila kadang aku bisa mencercap Taman Kesenangan, hasrat ini merasakan ketakhinggaan lapis keindahan itu, aku tetap merintih, bagai orang yang ketingalan pesta makan yang manis dan lezat....
Kawan-kawan, teruskan kebingunganku ini, kebingungan cinta, Kekasih adalah Esa, yang tidak berawal dan berakhir, ketika engkau temukan Dia, engkau tak akan mengidamkan yang lain, Dia lah yang Maha Lahir dan Yang Maha Batin, Dia lah, Dia lah, Dia lah....
Jumat, 18 Juni 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar