Sedulurku tercinta, setiap Ibuku mengandung, diantara enam bersudara, termasuk mengandungku selalu mengabarkan baik lesan maupun hatinya, disamping kuyup oleh doa-doa. Sambil mengelus perut, beliau bicara sendiri, bagai omong-omong denganku--katanya. Bagai seorang guru Taman Kanak-Kanak itu. Anakku sayang--katanya manja, sabarlah dalam rahimku ini sampai engkau lahir, setelah matang dalam pelukan misteri, percayalah anakku aku telah menyaksikannya sendiri, di luar dunia gelapmu ada alam raya yang tertata, semua menakjubkan penuh pesona, tunggulah sampai engkau lahir, engkau akan melihat dunia yang luas, tersedia makanan minuman yang enak dan lezat, ada pegunungan daratan dan samodra, kebun buah-buahan dan semerbak, ladang-ladang yang penuh hasil bumi, langit yang berkilaun cahayanya dengan matahari bulan dan bintang-bintang tak bertepi tak terbilang, ada angin berembus dari arah utara selatan barat dan timur, ada tanaman dipenuhi bunga-bunga harum laksana jamuan pesta perkawinan, keajaiban-keajaiban dunia ini aku tak mampu membahasakan kepadamu, indahnya tak terlukiskan, sabarlah anakku dalam penjara rahimku, sementara reguklah darah lewat pembuluh cintaku....
Kini, khabar dibalik tabir gelap itu nyata, nyata, nyata. Dengan mataku aku melihat dunia tujuh warna, dengan telingaku aku mendengar orkresta alam raya nan merdu, dengan hati aku bisa melewati galaksi demi galaksi. Dalam rahim aku dipandu hati Ibuku, begitu lahir aku menyaksikan realitas ini. Sekarang aku dikandung rahim dunia, apapun yang menggores tubuhku indah adanya, aku adalah saksi Cinta. Dunia pun punya hati, beliau adalah kekasih Ilahi, bagai ibuku saja, beliau mengabarkan cinta yang menanjak dan menantang. Beliau pernah menyatakan, cintaku kepadamu melebihi cinta orang tuamu kepadamu. Dalam rahim dunia aku terasa disayang oleh beliau, dan beliau serasa mengelus kepalaku mengabarkan tentang akhirat,--Nak, aku telah menyaksikan sendiri, tunggulah sebentar di penjara rahim dunia ini, ketika engkau lahir dari rahim dunia (orang bilang kematian), dibalik selubung keindahan dunia ini, disana engkau akan menuju ketakterhinggaan warna...
Kawan-kawan, kalau orang bilang itu fantasi yang memperdaya, aku abaikan, aku abaikan, aku abaikan, aku lebih memilih mereguk ludah suci Kanjeng Nabi ini, apapun yang disandarkan kepada beliau, aku percaya, aku percaya, aku percaya, bagai panggilan kekasih tercinta. Ketika cinta memanggilku, aku pasrah, aku pasrah, aku pasrah, walau memporak-porandakan pikiran-pikiranku, cinta memang banyak sayap-sayapnya, walau diantaranya terselib pedang yang melukaiku, aku pasrah. Aku terpesona oleh lidah suci ini, aku percaya khabar suci ini, dahagaku abadi, dahagaku abadi, dahagaku abadi....
Wahai, hati semesta yang bagai hati Ibu dalam kandunganku dulu, khabarmu aku tunggu setelah matang dalam kandungan rahim dunia ini, ayo kawan khabarkan kepadaku apa saja dari beliau....
Khobbiri, khabbiri, khabbiri.... ohh!!!!
Senin, 07 Juni 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar