Sedulurku tercinta, ada makhluk tidak punya kaki bisa berjalan dan memanjat pohon semacem ular itu. Ada orang buta membaca dengan tangannya, ada orang tuna rungu memahami dengan isyarat-isyarat saja, ada orang bisu bicara dengan tubuhnya. Ada manusia cacat sepenuh tubuhnya, bisa terbang dengan jiwanya, tetapi ada manusia sempurna tubuhnya, karena miskin hasrat dan minat ia menjadi cacat sempurna. Ini ada anak sejak lahir buntung, tung, tanpa kedua tangan, tanpa kedua kaki. Karena telaten cinta dan sayang sang Ibu, ini anak tumbuh tanpa rendah diri, hasrat dan gairah hatinya menggelora, dibakar oleh api cinta terhadap jalan misteri ini, yakni rindu keindahan terus menemukan sumbernya, Dia itu sendiri.
Bagi orang lain derita, anak ini gembira, bagi orang lain gelap tapi anak ini bercahaya, bagi orang lain putus asa tapi bagi anak ini berharapan. Bagi orang lain bertengkar soal sepatu, soal kendaraan, soal partai, soal paham, soal ajaran, soal persoalan apa saja, bagi anak ini kecacatannya hanya menggiring keyatiman hatinya, akhirnya Dia bermahkota di dadanya. Kalau orang sampai pada titik ini berikhtiar saja belum tentu sampai, namun bagi anak ini dibalik deritanya di hatinya mekar bagai bunga teratai mengelopak, dan nampaklah ia dimahkotai seribu bunga, dihatinya. Senyumannya tetap mengembang kepada siapa saja. Sholat bagian dari puncak kerinduannya kepada Tuhan, yang belum tentu orang yang tanpa cacat bisa merasakannya.
Tuhan dipahami tetap Maha Adil, tidak akan menyia-nyiakan hamba, semacem dia itu. Di tangan seorang Ibu, yang bagai induk burung melatih terbang saat anak-anaknya sudah tumbuh bulu-bulunya, akhirnya bisa mengarungi angkasa. Anak ini hidup mandiri dengan lidahnya itu--lidah cinta--karena dengan ketelatenan yang sempurna ia bisa membikin gambar kristik, lukisan kaligrafi kristik. Bisa dibayangkan, kecacatan ini membikin malu siapa saja yang sempurna tubuhnya tetapi tanpa prestasi apa-apa dan menjadi beban bagi orang lain, khususnya orang tua.
Dia bikin gambar tokoh pahlawan nasional, gambar bunga-bunga, tulisan ayat-ayat suci Al-Qur'an dan apa saja ekspresinya, termasuk gambar tokoh wayang-wayang, seperti Semar Bodronoyo. Betapa banyak anak-anak yang tumbuh berkembang dengan cacat, karena keberadaannya seperti tidak ada, hanya memperbanyak daftar kependudukan, dan mencari pekerjaan bukan membikin pekerjaan. Tetapi anak buntung ini, lewat lidahnya bisa membantu kebutuhan orang tuanya, diamnya adalah sebuah gerakan hidup yang menjadikan Tuhan nampak lebih terang dibalik kecacatannya itu….
Kawan-kawan, dengan apakah ia memasukkan dan mengeluarkan jarum kristik itu? Allahu Akbar, Subhanallah, dengan ujung lidahnya….
Kamis, 17 Juni 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Assalamu'alaikum pak kyai
BalasHapussubhanallah..Allahu Akbar..begitu semalam saya lihat anda menceritakan tentang hal ini, saya langsung cari hari ini begitu sempat.
Saya lihat di mocopatan syafaat Cak Nun.
Terima kasih telah berbagi..saya akan lahap semua artikel di sini.
Wassalam