Sedulurku tercinta, tarian sebenarnya suatu gerakan reflek karena suasana kegembiraan yang ada dalam hati. Lihatlah itu saat manusia mengalami kesenangan atas prestasi dunia, anak kau kabulkan permintaannya, lulus ujian sekolah, bisnis dapat untung,ketemu kekasih, menang sepakboa atau permainan apa saja, sampai setinggi masuk surga--yang aku anggap prestasi kurnia-kurnia membenda. Mereka menari dengan ekspresi spontan dengan sarana tubuh itu, melonjak-lonjak gegirangan.
Lihatlah ketika engkau ketamuan orang yang kau kagumi atau kau cintai itu, semisal gurumu, idiolamu, pujaan bintang-bintang--yang aku sebut tanjakan hati. Ketika orang menyanyikan lagu dari seorang penyanyi sudah demikian gembira hati, apalagi ketemu dengan sang penyanyi idiolanya. Melihat permainan sepakbola, atau permainan apa saja mereka sudah seneng apa lagi bisa ketemu langsung dengan pemain idiolanya itu.
Kegembiraan itu menjadikan hati menyala, lalu menyembul pada dataran fisik yang disebut tarian itu. Sama halnya kala ketemu dengan kekasih, hati berbunga-bunga secara gempita. Semua ini seiring dengan tarian semesta. Lihatlah tarian pepohonan atas desiran angin itu, tarian debu atas semburan asap knalpot sekalipun, tarian bunga-bunga dengan aroma wanginya, tarian pohon dengan menabur buah-buah segar, tarian potron dan neotron itu, tarian bulan dan bintang serta matahari itu, tarian galaksi-galaksi yang tak bertepi itu, tarian bidadari-bidadari surga sekalipun. Selain Dia adalah ciptaan, itu saja melahirkan tarian yang memabukkan.
Berlalulah kawan, terus menanjak pada saat hati merasa kehadiran Sang Pencipta, mata melihat dalam gegap semua menari,mata hati melihat makhluk samawi menari-nari. Semua atas kesyukuran wujud, dengan ujung Dia ingin dikenal. Mana keberadaan semesta raya yang tidak mengabarkan Dia. Kemana kita berpaling yang tidak menyaksikan wajahNya. Nikmat mana yang bisa kita dustakan, mana, mana, mana?
Tarian kegembiraan ini yang menjadikan energi tak bertepi, waktu itu sendiri wujud dari tarian rembulan dan matahari, ruang itu sendiri wujud karena gempita wujud ciptaan. Manakala hati merasakan dalam keintiman denganNya, apa artinya waktu dan ruang itu. Barang ciptaan mana yang pantas kita banggakan sebagai hadiah, selain hati itu kita serahkan kepadaNya. Ketika hati kita serahkan dan Dia berbagi di sana, kata mana bisa melukiskan tarian kegembiraan ini. Apa artinya berat, jauh, sakit, najis, derita, dan sebagainya itu.
Aku tidak mau memperolok kepada mereka yang yang hanya merasakan kurnia apa saja mereka menari-nari. Aku tidak mau meremehkan mereka yang hanya menikmati prestasi dalam lingkup ruang dan waktu saja mabuk kepayang. Tasbih dan tahmid serta takbir adalah bagian dari puncak tarian hati yang gembira-ria tiada tara. Andai mata hati mereka melihat Dia yang bersemayam di dada mereka sendiri, tentu mereka tidak gampang terkecoh oleh selainNya. Andai Dia bagai matahari di dadanya, mana mungkin ia berani-beraninya menyalakan lilin-lilin. Andai ada samudra ia lihat di dadanya, mereka tidak akan terkecoh oleh arus sungai-sungai yang berkelok-kelok itu. Andai mereka melihat Sang Raja di dadanya, tentu mereka tidak kaget atas semua teritorial walayahNya itu. Andai mereka menemukan Penambang di dadanya, tentu mereka tidak akan rebutan emas intan permata itu. Andai mereka menemukan Pelukis bidadari nan cantik, tentu mereka tidak akan terpuruk pada bayangan-bayangan kecantikan itu....
Kawan-kawan, ayo menari, ayo menari, ayo menari, tarian Cinta....
Kamis, 17 Juni 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar