Jumat, 18 Juni 2010

Peron Cinta

Sedulurku tercinta, pagi ini (jam 03. 00 WIB) aku menerima rombongan rebana Al-Majnun dari Bojonegoro, mereka mampir sebelum acara besok di Pantai Marina Semarang, walimah temanten. Group ini menamakan diri dengan Al-Majnun (si gila), mengandaikan diri dalam mewujudkan cintanya kepada Kanjeng Nabi SAW, melebihi dari cinta Qois kepada Layla itu. Aku sering mendatangi markasnya di pinggir sungai Bengawan Solo, yang kerap kali kebanjiran itu.

Dalam melayani masyarakat, mereka tanpa transaksi, orang-orangnya masih muda, hatinya dihiasi keikhlasan, dikomandoi oleh Kiai Hasyim. Seluruh anggotanya 24 orang, mereka sekarang membaringkan kelelahan di rumah cinta ini, sepertinya membalasku yang sering datang ke markasnya itu. Rombongan ini pernah aku ajak silaturrahmi ke Kenduri Cinta Cikini Jakarta, di TIM dengan menumpang kereta ekonomi Kertajaya. Sampai di Jakarta aku ajak silaturrahmi ke tempat Andi Priok, rombongan ini dalam keadaan apapun anti mengeluh, keikhlasannya menjadi energi yang hebat. Jenis musik yang diusung rebana hadrah dan balasik, latar belakang pemainnya: petani, tukang ojek, santri pesantren, dan guru-guru madrasah.

Aku selalu ditunjukkan bukti bahwa Indonesia tidak seperti yang tertera dalam media, kebaikan semacam mereka bagiku menjadi salah satu tumpu rahmat Allah diturunkan sehingga Indonesia tidak akan diberi kerusakan disebabkan penduduknya masih ada yang berbuat baik, seperti kebaikannya group ini. Anak muda, taat dan tawadzu', tidak seperti kebanyakan yang diberitakan media, anak muda merampok, mencuri, memperkosa, amuk masa dan lain sebagainya.

Sepertinya aku menemukan mutiara di kedalaman kampung, pinggir kali Bengawansolo. Malamnya mereka bersamaku, tampil di Kenduri Cinta, aku ajak juga pemain mandolin piawai: Habib Sholeh Jakarta. Kala itu suasana sangat makmur, sampai-sampai ada tamu dari Yaman yang menginap di Hotel Aliya turun menyambangi group ini begitu mendengar denting dawai mandolin yang dipethik oleh Habib Sholeh itu. Cak Nun yang dini hari datang menutup dengan suluk yang diiringi grup gendeng ini, malam sampai pagi menjadi kemesraan bagai perayaan temanten saja.

Selesai di TIM, kami dijemput oleh saudaraku Dick Doank sebab malamnya harus menemani pengajian As-Sajadah Kandang Jurang Doank Tangerang, juga sampai pagi jam 03.00WIB. Sepertinya kami tidak boleh istirahat, sebab paginya harus naik kereta ekonomi lagi melalui Stasion Jatinegara, menuju Bojonegoro, malam mereka ada acara di sana. Tiket sudah beli, menanti pemberangkatan yang panjang, selama tiga jam, setelah kami menikmati nasi bungkus sambil duduk melingkar di Peron, begitu saja muncul gagasanku: ambil rebana, kita selawatan di Peron ini.

Bagi orang menunggu sebuah siksaan yang menjengkelkan, kami hiasi waktu dengan keasyikan merajut cinta di Peron itu. Shalawat menggema di Stasion Jatinegara, mata orang-orang memandang dengan senyum, kereta riuh lalu lalang, loud spiker menjerit-jeritkan pengumuman, asongan bersliweran, penumpang berjubel naik turun, pengamen lalu lalang.

Mengamati itu saja, terbayang di hatiku bagai miniatur mahsyar, orang bergerombol sesuai dengan kelompoknya, termasuk di suatu sudut Peron aku lirik sepasang kekasih saling merindu, menganggap yang lain tidak ada. Tiba-tiba ada beberapa satpam Stasion mendatangi kami, dengan ujung melarang rebana ditabuh, namun aku minta diteruskan setelah bilang kepada satpam: Mas, semua orang kau bebaskan, termasuk pengamen-pengamen itu, dikira group ini bukan pengamen, mereka mengamen dengan do'a-do'a dengan harapan seluruh penumpang kereta ini selamat dan diberkahi Allah....

Kawan-kawan, selebihnya satpam tersenyum gembira, merelakan kami bershalawat ria menunggu kereta, di Peron itu. Tidak lama setelah berhenti datanglah sepasang Bapak-Ibu mendekati group ini--asli Cirebon--meminta untuk tampil dihajat menikahkan anaknya, dengan hari yang sudah disepakati. Lalu kami naik kereta lagi, walau atap bocor, bau pesing sudah kelasnya, kereta mondak-mandek di setiap stasion, pedagang menjerit-jerit, kami bisa tidur nyenyak, karena kelelahan itu....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar