Kamis, 03 Juni 2010

Anak Cinta

Sedulurku tercinta, ada anak bertanya pada bapaknya, bapak--tanyanya, kenapa orang-orang itu menyembah-nyembah api, aku kok melihat ada yang menciptakan api nampak lebih terang di hatiku? Aku tidak tahu nak--jawab ayahnya, itu sudah tradisi, memikirkan kebutuhan harian saja sedemikian sulit, aku tidak sampai berfikir seperti itu, kalau memang itu dahaga hatimu, jangan kau hina mereka, karena jiwa itu bagai seruling yang lengkingannya kalau ditiup itu hanya membahasakan rindu untuk kembali ke rumpun bambu yang telah lama pisah itu, kalau kau ingin tahu jawabannya, carilah di daerah timur tengah sana, tepatnya di daerah Palestina, cuma syaratnya kau harus berani berpisah dengan bapak-ibu dan saudara-saudaramu.
Dialog ini terjadi di tanah Rusia, tepatnya di Azerbagain. Hati yang telah terbakar oleh cinta dengan hasrat mencari, menjadikan anak umur belasan tahun ini, mengembara melalui belantara padang sahara pasir, yang ganas alam dan perjalanannya. Dan kedua orang tuanya memberikan kecintaan tulus dan percaya, bagai busur panah, dan anak itu anak panahnya, dilepas dengan keyakinan penuh tepat bidikannya.
Sebelum anak ini sampai tujuan yang ditunjuk orang tuanya, mengalami ditangkap perampok dan dijual menjadi budak berulang-ulang, sampai bebas dan sampailah di tanah Palestina itu dengan selamat, sudah agak dewasa umurnya. Ketika menjumpai seorang pendeta Yahudi dengan kitab Tauratnya, dia memperoleh peningkatan pencarian, lagi2 ia ingat pesan ayahnya, tidak boleh menghina apa dan siapa.
Dalam kitab Taurat ini dia menanyakan akan adanya utusan Tuhan sebagai pamungkas, yang akan hidup di daerah yang ada pohon kurmannya. Pendeta Yahudi itupun menunjukkan nama utusan itu, dan bertanyalah kepada Pendeta Nasrani.
Ketika ia menemui pendeta Nasrani, hal yang diterangkan Pendeta Yahudi benar adanya, dan di kitab injil ini diterangkan, namanya Ahmad, beserta ciri-cirinya. Bahkan pendeta Nasrani mengabarkan bahwa dia akan hijrah di daerah yang ada pohon kurmanya itu. Langsung sang pengembara ini menuju tempat yang dimaksud dalam kitab, tempat hijrahnya Kanjeng Nabi itu,dan dalam menunggu atas kehadiran Kanjeng Nabi, ia bekerja sebagai pemanen kurma.
Pas pada hari Kanjeng Nabi Hijrah itu, ia berada di pohon kurma, terdengar sayup suara yang dibawa oleh angin, mengabarkan kepada dia atas kehadiran Rasulullah. Thaalaal badru alainaa min tsaniatil wadaak wajabasysyukru alaina madaalillahidaak….
Seketika dia lumpuh diatas pohon kurma (methotholen--bhs jawanya), lalu turun tanpa memanjat, sampai di bawah berjalan dengan tangannya menggapai-ngapai pasir mendekat pada kafilah Kanjeng Nabi. Riuh rendah manusia gembira, dengan melongokkan kepalanya di antara kaki-kaki orang itu, tepat saat memandang dengan pandangan yang telah diketahuinya atas kenabian itu, pingsanlah dia.
Baru, setelah usai gempita kegembiraan itu ia siuman dan dihadapkan pada Kanjeng Nabi, pembawa agama cinta ini, ia masuk Islam. Menjadi sahabat Nabi setia, dan paling dianugarahi umur panjang, walau melewati perang-demi perang...
Siapa dia kawan2, inilah yang bernama Salman Al-Farisi itu...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar