Kamis, 11 Agustus 2011

Majnun Cinta

Sedulurku tercinta, aku tak bosan-bosannya membaca novel Layla Majnun, dari cetakan yang lama sampai cetakan terbaru dari pengarang Hakim Nizhami itu. Bagi Majnun [nama aslinya Qois], cinta didefisinikan dengan sangat konkret, ia mencintai apa saja yang datang dari tempat kekasihnya. Ia mengembara sejak perpisahannya dari sekolah bersama Layla [karena orang tua Layla merasa ternoda kehormatannya], menyebut-nyebut nama Layla, dengan berjalan terseok-seok, ia menulis puisi untuk Layla dan membacanya sepanjang perjalanan. Ia tidak berbicara apa pun kecuali tentang Layla [anak gadis yang bermata hitam, rambut hitam, sehitam malam, makanya disebut Layla], Ketika orang lain mengajaknya bicara, ia tidak pernah menjawabnya kecuali kalau orang itu membicarakan Layla.

Karena banyak orang mengganggunya, mengalihkan perhatiannya dari Layla, Majnun lalu memutuskan untuk meninggalkan masyarakat sama sekali. Ia tinggalkan kampung, orang tua dan sahabat-sahabatnya. Ia membangun sebuah cakruk [gubug]. Dan melalui jendela kecil dari cakruk itu, ia pandangi selalu rumah Layla. Setiap hari ia petik bunga, ia hanyutkan bunga itu pada lewat selokan yang mengarah ke rumah Layla dengan harapan Layla menangkap pesan cintanya itu. Ia berbicara kepada burung-burung, meminta untuk terbang ke rumah Layla dan mengatakan kepadanya bahwa Majnun tidak jauh dari rumahnya. Ketika angin bertiup dari rumah Layla sampai ke cakruknya itu, ia hirup angin itu dengan hirupan yang panjang, karena angin itu berasal dari rumah Layla. Kalau ada anjing yang tersesat datang dari kampung Layla, ia pelihara anjing itu dengan baik-baik, ia rawat dan ia cintai anjing itu layaknya binatang suci sampai anjing itu meninggalkannya.

Apa saja yang datang dari tempat sang kekasih, ia cintai dan sayangi, sama seperti cintanya kepada sang kekasih hatinya. Waktu berlalu dan Majnun tidak melihat sedikit pun jejak-jejak Layla, maka kerinduannya semakin menyala dan membara, sampai ia merasa bahwa ia takkan dapat hidup lagi, tanpa sempat melihat wajah Layla. Orang tua Majnun sempat melamarkan kepada Layla, tetapi ditolak, apalagi anaknya itu sudah digelari masyarakat dengan si Gila atau Majnun.

Ketika dinaikkan haji orang tuanya sebagai terapi agar bisa sembuh, Majnun berdoa di tanah suci itu: "Duhai Yang Paling Terkasih, Raja dari segala raja, Engkaulah yang menurunkan rasa cinta. Aku hanya bermohon satu hal kepadaMu. Angkatlah cintaku setinggi-tingginya sehingga sekiranya aku binasa sekalipun, cintaku dan kekasihku tetap abadi." Setelah haji ternyata tambah parah, ia tinggal di reruntuhan rumah, berambut panjang, ia hidup dengan binatang, ia nyanyikan kecintaannya itu kepada binatang-binatang. Dari kecintaannya kepada layla, ia mencintai seluruh binatang yang ada di rimba raya itu, bahkan tidur pun ia bersama binatang buas, dan binatang buas pun dijinakkan oleh hati yang dipenuhi cinta. Bahkan ketika mendengar kabar Layla tlah dijodohkan, ia menangis sepanjang hari, ia menyanyikan lagu-lagu yang begitu mengharukan, binatang-binatang pun ikut menangis mendengarkannya.

Perasaannya kepada Layla tidak pernah berubah, cintanya semakin bertambah-tambah. Kemudian Majnun mengirim surat ucapan selamat kepada Layla: "Semoga kebahagiaan di seluruh alam semesta diberikan kepadamu. Aku tidak meminta apa pun sebagai tanda kecintaanmu. Aku hanya meminta satu hal: ingatlah namaku, walau pun engkau sudah memilih orang lain sebagai teman dekatmu. Jangan kau lupakan, ada seseorang ditempat lain yang sekiranya tubuhnya dirobek-robek sekalipun, ia akan tetap menyebut namamu: Layla..".

Sampai pada akhirnya Majnun mendengar kematian Layla, ia jatuh pingsan, beberapa hari ia tak sadarkan diri. Dengan tertatih-tatih ia datang ke kuburan Layla, di situ ia menangis berhari-hari sampai akhirnya Tuhan mengambil nyawanya. Tubuh Majnun tergeletak di kuburan Layla selama setahun, tidak ada yang tahu, sampai ketika diadakan khoul kematian Layla. Mayat Majnun akhirnya dikuburkan bersama dengan mayat Layla dalam satu kubur sebagai penghormatan cintanya, di tempat yang sama, di tempat abadi itulah, keduanya bertemu....

Kawan-kawan, lalu ada seorang sufi bermimpi melihat Majnun berada disamping Tuhan, dan Tuhan membelai-belai kepalanya dengan penuh kecintaan dan kasih sayang. Majnun disuruh duduk di singga sanaNya, kemudian Tuhan berkata kepadanya: "Tidakkah engkau malu memanggil Aku dengan nama Layla, setelah kau teguk anggur cintaKu". Sang Sufi itu terbangun dalam keadaan cemas. Ia telah melihat posisi Majnun, lalu bagaimana dengan posisi Layla? Tuhan lalu mengilhamkan ke dalam hatinya bahwa posisi Layla lebih tinggi lagi, karena Layla menyembunyikan kisah cintanya dalam hatinya itu....

Allahu Akbar!!!!

Doa Cinta

Ya Allah,
Aku bermohon kepadaMu
dengan menyebut namaMu
yang Engkau namaku diriMu dengannya
atau Engkau turunkan nama itu dalam kitab suciMu
atau Engkau anugrahkan ia epada salah seorang dari hambaMu
atau Engkau rahasiakan ia dalam ghaibMu

Ya Allah,
Aku bermohon kiranya
Engkau jadikan Al-Qur'an penyejuk hatiku
cahaya mataku
penyingkap keresahanku
dan pengusir kesedihan dan kesusahanku

Ya Allah,
Yang Maha Mencurahkan rahmat kasih sayang
kepada seluruh wujud
yang Engkau cukupi segala sesuatu
dengan rahmat dan pengetahuan
Nampak rahmatMu pada setiap butir wujud
di jantera alam semesta raya ini
Kami tidak melihatnya kecuali hanya sekelumit

Ya Allah,
Kami membaca tanda-tanda rahmatMu
yang menjadi kami tertarik menuju ke hadiratMu
serta menenangkan hati kami
dengan keluasan kasih sayangMu
Perlihatkanlah mata hati kami cahaya keadilanMu
serta keagungan anugrahMu
Wahai Yang Mencurahkan kasih sayang.
Amin ya Rabbal'alamiin.

Kebersamaan Cinta

Sedulurku tercinta, pada suatu ketika Sayyidatina Siti Fatimah Az-Zahrah dipaggil Kanjeng Nabi SAW, lalu dibisikkan ke telinga kanannya, setelah itu SayyidatinaSiti Fatimah menangis dengan derai airmata. Sejenak kemudian dipanggil lagi dan Kanjeng Nabi SAW membisikan ke telinga kiri putri kesayangannya itu, setelahnya Sayyidatina Siti Fatimah tersenyum gembira.

Adegan ini melahirkan tanda tanya di kalangan sahabat yang melihatnya, panggilan pertama menangis, sementara panggilan kedua tertawa. Ada sahabat yang menanyakan kepada Putri Kanjeng Nabi SAW itu, mengapa ketawa dan menangis setelah dipanggil Ayahanda tercinta. Sebelum aku kabarkan jawaban dari Sayyidatina Siti Fatimah, aku sampaikan dulu bahwa salah satu bukti kecintaan kepada Kanjeng Nabi SAW adalah kecintaan kepada keluarganya. Orang-orang tua kita dahulu tahu bahwa kecintaan kepada Sayyidina Ali, Sayyidatina Fatimah,dan kedua putranya ini bisa memadamkan bencana, terutama bencana dalam alam kubur. Mereka juga percaya bahwa itu bisa memadamkan bencana yang terjadi sekarang. Karena itu kalau ada bala di sebuah dusun--terjadi wabah penyakit--maka Ibu-Ibu membacakan syair ini kepada anak-anaknya: Li khamsatun uthfi bihaa harral wabbail haatimah @Al-Mushthafa wal Murtadlo wabnahumaa wal Fatimah [Aku mempersembahkan yang lima kepada Allah, untuk memadamkan panasnya bencana yang mengerikan Al-Muthafa, Al-Murtadlo, kedua putranya, dan Fatimah].

Kanjeng Nabi saw bersabda: Ketahuilah, barang siapa yang mati dengan kecintaan kepada keluarga Muhammad, dia mati dengan ampunanNya. Ketahuilah, barang siapa yang mati dengan kecintaan kepada Keluarga Muhammad, dia mati sebagai orang Mukmin yang sempurna imannya. Ketahuilah, barang siapa yang mati membawa kecintaan kepada keluarga Muhammad, dia mati dalam keadaan malaikat maut menggembirakannya dengan surga, kemudian Munkar dan Nakir akan menghiburnya. Ketahuilah, barang siapa yang mati dengan membawa kecintaan kepada keluarga Muhammad, dia akan diiringi masuk ke surga seperti diiringinya pengantin ke rumah suaminya. Ketahuilah, barang siapa yang mati dengan membawa kecintaan kepada keluarga Muhammad, Allah akan bukakan dua pintu surga di kuburannya. Ketahuilah, barang siapa yang mati membawa kecintaan kepada keluarga Muhammad, Allah jadikan kuburannya tempat berkunjung Malaikat Rahmah. Ketahuilah, barang siapa yang mati membawa kecintaan kepada keluarga Muhammad, ia akan mati dalam Sunnah Wal Jamaah. Siapa yang mati dalam kebencian kepada keluarga Muhammad, dia akan datang pada hari kiamat dengan ditulis pada kedua matanya: Inilah orang yang putus asa dari rahmat Allah SWT.

Mata rantai cinta ini pun turun, diantara ungkapan cinta kepada Rasulullah ialah mencintai yang dicintai Rasulullah, sampai beliau menyebutnya ahli waris, yakni ulama' itu. Jadi mencintai Rasulullah juga harus diungkapkan dengan kecintaan kepada ulama'. Ada sebuah hadis: Memandang seorang alim dengan penuh kecintaan dihitung sebagai ibadah. Jadilah engkau orang alim, atau seorang yang belajar. Cintailah ulama'. Janganlah engkau termasuk orang yang ke empat, nanti engkau binasa karena kebencianmu kepada ulama'. Kisah ini aku sampaikan dengan didampingi keterangan dari Kanjeng Nabi saw,dalam hubungannya dengan cinta dan fadlilahnya, agar tumbuh kebersamaan dalam cinta, termasuk kisah yang di alami Sayyidatina Siti Fatimah itu.

Sahabat-sahabat tahu akan cinta anak putrinya itu kepada ayahanda Baginda Rasulullah, dan tahu akan kebersamaannya bersama beliau. Maka ketika ada sahabat yang bertanya kenapa menangis, maka dijawab oleh Sayyidatina Siti Fatimah: tidak lama lagi beliau akan meninggal, makanya aku menangis karena akan berpisah dengan Rasulullah. Adapun ketika ditanya kenapa tertawa dalam panggilan kedua itu, dijawab oleh Sayyidatina Siti Fatimah: Namun setelah Rasulullah nanti mati, tidak lama lagi aku akan menyusul mati, dan kembali bersama Rasulullah....

Kawan-kawan, ternyata benar adanya setelah enam tahun sejak kematian Rasululllah, putri kesayangan beliau itu menyusul meninggal. Sepanjang menunggu menyusul kepergian Ayahanda, Sayyidatina Siti Fatimah tidak pernah tersenyum, makanya pada saat beliau tersenyum ada yang menanyalan: kenapa engkau tersenyum wahai putri Rasulullah? Dijawab beliau: malaikat Izrail telah tiba, dan sebentar lagi aku akan bersama kembali dengan Rasulullah saw...

Allahumma shalli'ala sayyidinaa Muhammad...

Doa Cinta

Ya Allah,
Puji bagiMu yang mencipta langit dan bumi tanpa seorang saksi
yang menggelar makhluk tanpa seorang pembantu
Tidak ada sekutu dalam keilahian
Tidak ada setara dalam ketunggalan
Kelu lidah mengungkap sifatMu
Lemah akal memerikan makrifatMu
Merendah segala penguasa karena kehebatanMu
Rebah segala wajah karena takut padaMu
Jatuh segala yang agung karena keagunganMu

Ya Allah,
BagiMu segala puja
puja yang beruntun tak putus-putus
Jadikanlah permulaan hari ini kebaikan
pertengahannya kejayaan
pamungkasnya keberuntungan
Aku berlindung padaMu dari hari yang permulaannya ketakutan
pertengahannya kecemasan
dan pamungkasnya kesedihan
Aku mohn ampun padaMu
atas segala nazar yang kunazarkan
atas segala janji yang kujanjikan
atas segala akad yang kuakadkan
kemudian tak kupenuhi padaMu
Aku mohon padaMu perihal ulahku menzalimi hambaMu
Bila ada hambamu yang teraniaya karena kezalimanku
pada dirinya,kehormatannya,hartanya,pada ahlinya pada keturunannya
atau yang kugunjingkan kejelekannya
atau yang kusengsarakan karena hawa nafsu
penghinaan,kesombongan,pamer dan kesukuan
yang hadir dan yang raib
yang hidup dan yang mati
Lalu lemah tanganku,sempit tenagaku
untuk mengembalikan haknya
dan meminta kerelaannya

Ya Allah,
Aku bermohon kepadaMu Wahai Yang Mengusahi segala hajat
hajat yang terpanggil karena kehendakMu
hajat yang bergegas memenuhi iradahMu
Amin ya Rabbal'alamiin.

Terkaman Cinta

Sedulurku tercinta, betapa banyak keburukan yang kita lihat pada orang lain itu tak lain adalah sifat kita sendiri yang terpantul pada diri mereka, semua yang nampak pada mereka adalah diri kita: kemunafikan, ketidak adilan, dan keangkuhan itu. Kita tak mampu melihat jelas keburukan dalam diri kita, kalau sampai kita tak sampai melihat keburukan dalam diri kita itu maka kita akan membenci diri kita sendiri dengan seluruh jiwa kita.

Aku mendengar kabar seorang istri ditampar oleh suaminya kala ia nerocos hanya melihat keburukan suaminya. Aku mendengar seorang suami ditikam istrinya karena tak mampu mengenang kebaikan istri, dan hanya memperolok keburukannya. Aku mendengar sebuah kelompok diserang kelompok lain karena kelompok itu tak mampu melihat keburukan kelompoknya sendiri, malah memburu kejelekan dari kelompok lain itu. Aku mendengar antar negara berperang karena hal itu, aku mendengar antar pebisnis hancur karena hal itu, aku mendengar politikus ambruk karena hal itu, aku mendengar antar pejabat runtuh karena hal itu, aku mendengar antar tokoh musnah karena hal itu, aku mendengar antar kekasih putus karena hal itu, aku mendengar antara satu dengan yang lain hilang karena hal itu.

Lihatlah dalam sejarah sebagai kesaksian, Fir'uan tak berdaya kala menyerang Musa, Namrud lunglai kala menyerang Ibrahim, Abu Jahal Abu Lahab habis karena menyerang Kanjeng Nabi Muhammad SAW, dan carilah kisah sejenis dalam perjalanan peradaban maka nanti akan ketemu dengan ujung yang sama, mereka diterkam oleh dirinya sendiri karena tak mampu melihat keburukannya sendiri. Adalah mudah meneliti dan menghancurkan orang lain, namun menganggap mudah atau gampang menaklukan dirinya sendiri itu merupakan ketololan dan kebodohan. Jalan pintas dengan mengedepankan keburukan orang lain adalah bentuk nyata dari keputus asaan akan keabadian ruh, dikira kehidupan ini tanpa pemilik yang terjaga itu, dikira keburukan orang lain itu tanpa ada yang menghisabnya, dikira keburukan orang lain itu tanpa ada yang menyaksikannya, dikira keburukan orang lain itu bukan bagian dari proses perjalanan ruh itu, dikira kejadian langit dan bumi ini serta pergantian siang dan malam hari ini sia-sia sehingga semua nampak salah dan buruk adanya, dikira, dikira, dikira, dikira.

Tuhan telah memasang tangga dihadapan kita, kita harus mendakinya, setahap demi setahap, dan masing-masing orang memiliki tangga yang disediakan Tuhan ini, ya masing-masing orang. Kita punya kaki jangan dibiarkan lumpuh, kita punya tangan jangan dibiarkan tak menggenggam, kita punya mata jangan dibiarkan tak memandang, kita punya hidung jangan biarkan tak mencium wewangian ini, kita punya lidah jangan biarkan tak mengkidungkan kalam sucinya, kita punya telinga jangan biarkan tak menikmati melodi estetika ini, kita punya akan jangan biarkan tak merenungkan realitas ini, kita punya hati jangan biarkan tak mengenang semua karunia ini, kita punya farji jangan biarkan tegak kecuali kepada istri ini, kita punya, kita punya, kita punya.

Banyak orang merindukan kebebasan malah terbelenggu, karena kebebasan kehendak adalah upaya untuk bersyukur kepada Tuhan atas karunia ini, tanpa ikhtiar adalah mencampakkan karunia ini. Bersyukur karena mampu bertindak bebas akan menambah kemampuan bersyukur kepada Tuhan itu. Bergurulah kepada kegigihan para perampok itu dalam perjalanannya, mereka mereka terjaga dengan segenap cita sampai melihat gapura dan pintu gerbang.

Bukankah kita sebagai hamba dengan hakekat sebagai kekasihNya dalam perjalanan hidup ini harus terjaga dengan kegigihan dan hasrat yang menyala, melebihi sekian ribu kali dengan kegigihan perampok itu, yang pada ujungnya kita mengapai gapura dan pintu gerbangNya itu. Jangan hancurkan dirimu, jangan hancurkan rumah tanggamu, jangan hancurkan kelompok, jangan hancurkan suku, jangan hancurkan pemerintahan, jangan hancurkan negara dan bangsa, tetapi hentikan kebanggaan diri, hentikan hawa nafsumu sendiri, karena setiap saat hawa nafsu melahirkan tipu muslihat, dan dalam tiap tipu muslihat terkandung ratusan Fir'aun dan bala tentaranya itu.

Jangan diri ini bagai Singa kala mau minum di telaga, ketika ia melihat di telaga ada bayangan dia, kemudian ia menerkamnya karena dianggap sebagai musuhnya itu. Jangan dikira aku sepakat dengan keburukan dunia ini, jangan dikira aku tak peduli dengan: kenapa bensin naik, lombok mahal, pupuk sulit, listrik naik, anak-anak banyak yang terlantar dan seterusnya. Aku justru akan menemani mereka yang hancur hatinya itu, Tuhan ada di sana, ya Tuhan ada di sana, mendekati dan menemani serta membebaskan mereka dari derita adalah bagian dari ikhtiar hidupku mendekatiNya itu, walau hanya beberapa orang, walau seorang sekalipun....

Kawan-kawan, mari kita memohon pertolongan Tuhan untuk mengendalikan diri itu, untuk tidak cerdas mencari keburukan orang, yang masing-masing disediakan tangga olehNya ini, kemurungan diri kita dan penderitaan diri kita yang menimpa adalah akibat "ketidak sopanan" dan keangkuhan kita, orang yang akhlaknya tidak sopan di jalan kehidupan ini adalah seorang perampok yang menyamun manusia, dia bukan manusia, ketidak sopanan matahari menyebabkan gerhana, kesopanan malaikat menjadikan ia suci, disiplin langit menjadikan cahaya, keangkuhan menyebabkan 'Azazil terdepak dari pintu gerbangNya....

Ampuni hamba ya Allah...

Doa Cinta

Ya Allah,
Yang tiada aku harapkan kecuali karuniaMu
tidak aku takutkan kecuali keadilanMu
tidak aku percayai kecuali firmanMu
tidak aku pegangi kecuali taliMu
KepadaMu aku berlindung
Wahai Pemilik Ridlo dan Ampunan
dari kedlaliman dan permusuhan
dari bencana zaman
dari runtutan kesedihan
dari rangkaian kemalangan
dari habisnya jangka sebelum siap sedia
KepadaMu aku mohon bimbingan pada apa yang baik
dan mendatangkan kebaikan
KepadaMu aku mohon pertolongan untuk mencapai keberuntungan
dan mendatangkan keberuntungan
KepadaMu aku mendambakan
limpahan keselamatan dan kesempurnaannya
cakupan kesejahteraan dan kekekalannya
Aku berlindung padaMu dari bisikan setan
Aku bernaung pada kekuasaanMu dari kezaliman para sultan
Terimalah apa yang ada dari salatku dan puasaku
Jadikan hari esokku dan yang sesudahnya lebih baik dari saat ini
Muliakan keluargaku dan kaumku
Jagalah waktu terjagaku dan tidurku
Engkaulah Penjaga Terbaik
Engkaulah yang Paling Pengasih
dari segala yang mengasihi

Ya Allah,
Aku berlepas diri dari kemusrikan dan kekafiran
Aku ikhlaskan doaku mengharapkan ijabahMu
Jagalah diriku dengan padanganMu yang tak pernah tidur
Tutup urusanku dengan kebergantungan padaMu
Tutup usiaku dengan ampunanMu
Hidupkan diriku dengan cintaMu
Panjangkan usiaku dengan keasyikan melakukan perintahMu
Sungguh Engkaulah Maha Penganpun dan Penyayang.
Amin2 Ya Rabbal'alamiin.

Rabu, 10 Agustus 2011

Warisan Cinta

Sedulurku tercinta, pagi ini aku menerima tamu, hubungan dia denganku adalah Om Mas'an, ia anak seorang orator ulung di zamannya, K.H. Amin Dimyati [meninggal usia 72 tahun], aku memanggilnya mBah Amin, dikenal pada publik namanya Jimin [Kaji Amin], pertalian denganku sebagai kakek.

Sepanjang aku mengikuti perjalanan melayani masyarakat, terutama dalam berdakwah atau pun kesehariannya, aku memperoleh warisan spirit atau hasrat yang menyala, maka di mataku beliau selalu nampak muda walau usianya sudah tua itu. Kalau boleh ingin tahu, aku bisa cas-cis cus ini percikan cinta dari beliau itu, dimana tutur bahasa, gaya ketika berada di tengah acara pengajian, termasuk sopan santun dalam hubungan dengan siapa pun, sosok yang rilek namun dalam dirinya memancar kesungguhan yang menggugah setiap jiwa.

Salah satu pesan dari beliau manakala bertamu kepada orang-mulia, maka bila duduk lesehan maka dudukku diperintahkan tahiyat awal atau tahiyat akhir itu, duduk yang melambangkan kerendahan hati. Setiap perjalanan didikmati dengan penuh keintiman waktu, misalnya dengan berdendang syair, berkisah dalam banyak hal yang nuansanya anekdot sufistik, tadarrus ayat-ayat Qur'an, selebihnya adalah istirahat di mobil [Colt T].

Kemudian satu hal yang aku sebut warisan spirit adalah saat beliau itu berada di panggung atau mimbar pengajian, dimana dalam usianya yang sudah sepuh, sering batuk-batuk, dan kadang-kadang berangkat dalam keadaan sakit, namun begitu mulai pengajian hal-hal yang aku sebut derita itu musnah, aku melihat beliau sehat dan suaranya bagai anak muda yang penuh gelora, tanpa meninggalkan humor-homor segar yang filosofis itu.

Yang lebih terkesan adalah, saat beliau sakit dan dilarang berangkat mengisi pengajian karena menghawatirkan kesehatan beliau, Ibu Nyai melarang sambil menangis, dan beliau malah marah dengan mengatakan: Setan kamu, ngaji kok kau halangi, dengan gandrung [cinta] sakit bisa hilang dan sembuh, tahu nggak? Adalagi pesan dari beliau: kalau kamu memberikan sesuatu kepada orang lain, berikanlah yang paling kau sukai. Persis saat beliau mau meninggal, semua sudah dibagikan kepada anak cucunya, bahkan pakaian pun semua dihadiahkan kepada siapa yang beliau kehendaki, sehingga pas saat meninggal yang tersisa hanya yang beliau pakai itu.

Perawakannya memang kecil, namun cita-citanya besar, dari dalam dirinya ada semacam titik yang berkilau, selalu memendarkan percikan kehidupan, melalui cintanya aku melihat daya tahan kehidupan, semakin kukuh, semakin berkilau itu. Ada semacam api dari cinta, dan selalu belajar, belajar dan belajar bagaimana mencahayai cahaya dengan api cinta itu, sehingga mengikuti atau dekat dengan beliau aku terbawa dalam kedamaian, bahkan di tengah ada masalah sekalipun.

Cinta yang beliau tampilkan adalah air kehidupan yang menumbuhkan taman dalam hatiku, walau beliau juga mengajarkan cinta itu juga pedang yang tajam, dimana aku dituntut belajar seni menjadi pecinta dan berhasrat dalam mencinta, untuk merangkul siapa pun yang mencintai Allah, juga mencintai barang yang mendekatkan cinta ke Allah, sampai aku harus bisa mencium wewangian akhlak yang akan mengantarkan ke gerbang kemuliaan hidup dunia akhirat ini.

Lagi-lagi sebelum aku kenal Rumi, aku ditunjukkan beliau makna cinta yang menjadi harta karun dalam hidupku, karena cinta duri menjadi mawar, karena cinta cuka menjadi anggur segar, karena cinta keuntungan menjadi mahkota penawar, karena cinta kemalangan menjelma keberuntungan, karena cinta rumah penjara tampak bagaikan kedai mawar, karena cinta tumpukan debu kelihatan seperti taman, karena cinta api yang berkobar-kobar jadi cahaya yang menggembirakan, karena cinta "syetan" bisa berubah menjadi "bidadari", karena cinta batu yang keras menjadi lembut bagaikan mentega, karena cinta duka menjadi riang gembira, karena cinta "hantu" berubah menjadi "malaikat", karena cinta singa tak menakutkan seperti tikus, karena cinta sakit jadi sehat, karena cinta amarah dan dendam berubah menjadi keramah tamahan.

Kesaksian ini bagiku adalah warisan yang mahal, misalnya pernah beliau itu diundang di daerah Tuban, karena mBah Amin ini dikenal keikhlasannya maka orang Tuban ini niat menguji kepada Kakekku itu, menghadiri acara sampai lima kali dengan jarak tempuh jaman dulu yang amat jauh itu, dari Purwodadi ke Tuban, pulang tanpa dikasih transpot sekalipun. mBah Amin ini tanpa mengeluarkan statemen sepatah pun soal ini, biasa-biasa saja, tanpa beban, dan tetap berangkat menemui jama'ah yang datang di Tuban itu. Baru untuk yang ke enam kalinya [karena pengajian rutin tahunan], orang yang niatnya menguji itu mohon maaf sambil menangis sesenggukan kepada beliau dan menyerahkan transpot dari sejak keberangkatannya yang pertama itu, Yai tetap biasa-biasa saja dan ditanggapi dengan guyon...

Kawan-kawan, inilah yang aku sebut warisan cinta itu, dimana warisan ini aku bawa sampai hari ini, kehadiranku dimana dan kapan, aku jauhkan dari kalkulasi manajemen yang profesional itu, dengan tanpa aku memperolok siapa pun yang memakai menejemen profesional. Amalku amalku, amal mereka ya amal mereka, semacam bagimu agamamu bagiku agamaku itu. Sosok seperti baliau bagiku adalah kidung cinta yang mengalun, bagai dendang Gibran: Hakekat cinta adalah rintihan panjang yang dikeluhkan oleh lautan perasaan kasih sayang, cinta adalah cucuran air mata kepedihan langit pikiran, ia adalah senyuman ceria kebun-kebun bunga jiwa, cinta adalah sarana untuk memahami dua jiwa, ia bukan kata-kata yang datang dari bibir dan lidah yang membawa hati bersama-sama, tidak ada yang lebih besar dan suci daripada apa yang diucapkan mulut, ia memancarkan jiwa dan membisikkan hati kita, membawa bersama-sama, cinta adalah satu-satunya kebebasan di dunia, karena cinta membangkitkan semangat yang hukum-hukum kemanusiaan dan gejala-gejala alami pun tak bisa mengubah perjalanannya, cinta adalah misteri suci...

Salam Hangat dari Rumah Cinta....

Doa Cinta

Ya Allah,
Dengan tulus aku gantungkan diriku hanya dengan diriMu
aku hadapkan seluruh diriku hanya kepadaMu
aku palingkan mukaku dari siapa pun yang memerlukan bantuanMu
aku tidak akan lagi meminta kepada orang yang tidak bisa lepas dari karuniaMu
aku pikir permintaan orang yang perlu kepada orang yang perlu
adalah kepicikan berpikir dan kesesatan berakal

Ya Allah,
Ku lihat betapa banyak manusia mencari kebesaran kepada selainMu
dan menderita kehinaan mengejar kekayaan kepada selainMu
dan menderita kemiskinan berusaha mencapai ketinggian dan dihempaskan
Dengan melihat contoh mereka
menjadi luruslah pendirian orang yang berfikir
renungannya membimbingnya pada keberhasilan
pilihannya membawanya pada jalan kebenaran

Ya Allah,
Engkau sajalah Junjunganku
tumpuan permohonanku bukan yang lain
pemenuh hajatku bukan yang lain
Engkau saja yang khusus diseru sebelum yang lainnya diseru
tidak kusekutukan Engkau dengan yang lain dalam harapanku
tidak seorang pun menyertaiMu dalam doaku
tidak sorang pun bersamaMu dalam panggilanku

Ya Allah,
KepunyaanMu saja kemanunggalan bilangan sifat keabadian
keutamaan daya dan kekuatan
puncak ketinggian dan kemuliaan
Siapa pun selainMu diberi kasih sayang dalam usianya
dikuasai dalam urusannya
didominasi dalam perkaranya
berganti-ganti keadaan
berubah-ubah kelakuan
Padahal Engkau Maha Tinggi
di atas kesamaan dan perlawanan
Engkau Maha Besar di atas bandingan dan tandingan
Maha Suci Engkau tidak ada Tuhan selain Dikau.

Riwayat Cinta

Sedulurku tercinta, pada tanggal 17 Mei 1963 aku dilahirkan dari rahim seorang Ibu yang bernama Hajjah Rukhanah binti Haji Yusuf [semoga arwah beliau diwelasi Gusti Allah] dan dari seorang ayah bernama Soetikno bin Matrejo [semoga arwah beliau dirahmati Pengeran] yang memberiku nama Budi Harjono, di hari Senin Kliwon. Aku lahir di Desa Baturagung Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan Purwodadi Jawa Tengah Indonesia, sebuah desa yang memberiku suasana cinta, sepenuhnya, di hatiku.

Ketika ayahku meninggal saat aku kelas dua SD, seorang Kakek bernama Matrejo [jabatannya Carik Desa] yang sudah berusia enam puluh tahun berkata padaku dan kepada saudara-saudaraku, "Cucu-cucuku, jangan bersedih dan jangan takut, selagi desahan nafasku masih ada, aku akan menemanimu semua, aku selalu bersamamu, aku mencintaimu semua." Kakek dan Nenek dari Ayah dan Ibu memelukku, disusul semua kerabat dekat juga memeluk saudara saudaraku [Sutarman, Sri Mulyati, Sri Sulistyowati, Sri Lestari], dekapan-dekapan itu seperti mengisyaraatkan bahwa aku dan saudaraku itu nanti tidak sendirian, dan hidup harus tetap berjalan, cinta dan kasih sayang tetap selalu tersedia, cahaya selalu ada, cita-cita menjelang setiap masa.

Sementara Ibuku aku lihat air matanya menetes tetapi bibirnya mengisyaratkan senyum, sepertinya beliau menganugrahkan padaku dan saudaraku ini dua sayap, antara harapan dan kecemasan, dan kami tergerak bersimpuh bersama di pangkuannya, bagai anak-anak ayam dalam dekapan induknya, dengan bibir bergetar dan suara lirih beliau bertutur; "Anak-anakku, aku mencintaimu semua." Sebuah kata cinta dan senyuman itu sampai sekarang aku bawa-bawa untuk apa dan siapa serta kapan saja, juga air mata itu yang lebih mewakili membahasakan derita, bagai tetesan-tetesan hujan yang terpisah dari samudra lalu menggesa dalam benturan peristiwa dan ujungnya mengendap di kedalaman sunyi samudra kembali, menjadi butiran-butiran mutiara.

Harapan dan kecemasan ini ternyata yang bisa membawaku terbang melintasi lorong-lorong waktu bersama saudaraku, bersama Ibuku yang menawan hati itu. Tidak lama juga, setelah merasakan manisnya derita dan kami menjadi dewasa, Ibuku berpulang ke haribaan Ilahi pada saat kami akan berusaha sekuat tenaga untuk membalas cintanya. Kini hanya rasa malu yang mendera, karena kepada siapa lagi aku akan mencurahkan penebusan cinta yang telah tertunaikan itu. Sampai hari ini aku terkenang, menjelang tiga hari sebelum Ibuku meninggal, saat aku dini hari bersimpuh di pangkuannya sambill menyerahkan uang kepada beliau, Ibuku menolak seraya berbisik: "Uang untuk apa, berikanlah istrimu untuk belanja anak-anakmu, kalau sudah cukup berikanlah kepada siapa saja yang membutuhkan, aku tahu watakmu, aku sudah cukup Nak." Benar, Ibuku sudah tidak butuh uang karena saat beliau meninggal, uang yang aku taruh di bawah bantal itu masih utuh. Sepeninggal beliau, aku bagai sebuah anak panah yang terlepas dari busurnya, beliau aku pandang sebagai busurnya, dan aku menyadari sedalam keyakinanku, dibalik ini semua ada Sang Pembidik yang Maha Titis, akan diarahkan kemana aku ini. Aku merasa mendapat warisan yang mahalnya tiada tara, warisan yang bukan berwujud uang dan harta serta kekuasaan,yakni warisan Cinta.Pesan terkhir Ibuku mengisyaratkan akan Cinta itu,cinta yang telah membikin kuat dari segalah yang lemah,cinta yang telah mendekatkan segala yang jauh,cinta yang telah meringankan segala yang berat,cinta yang telah memaniskan segala yang pahit,cinta yang telah mensucikan segala yang najis,cinta ang telah meng-emaskan segala yang tembaga,cinta yang telah menjadikan duri terasa roti,cinta yang telah memberanikan raja menjadi sahaya.Ya,aku ini sahaya sepenuhnya,aku akan meneruskan jejak-jejak cinta Ibuku itu,yakni menjadi sahaya yang hanya ada satu kemungkinan melayani,melayani,melayanii.Aku tahu Ibuku meninggal saat beliau sedang membungkusi makanan pada suatu hajat di kampungku,beliau abaikan lelahnya,beliau abaikan sakitnya,beliau abaikan deritanya.Inilah tenaga hidupku,aku hanya perpanjangan dari usia Ibuku,aku hanya ingin menjadi perpanjangan dari cintanya.Cinta yang sudah aku kenal sejak kecil itu mendamaikan hati,keluarga dan akan aku tebarkan bagai benih-benih di hati siapa saja,tanpa sekat-sekat.Aku sendiri tak bisa menerangkan cinta itu,kalau ada orang yang bertanya tentang cinta,aku harap lihatlah wajah dan senyum Ibumu,Ibumu,Ibumu.Kalau Ibumu sudah meninggal,kenanglah senyum itu,bawalah kemana engkau pergi....

Doa Cinta

Ya Allah,
Lukaku tak akan tersembuhkan
kecuali dengan karunia dan kasihMu
Kefakiranku tak akan terkayakan
kecuali dengan cinta dan kebaikanMu
Ketakutanku tak akan tertenangkan
kecuali dengan kepercayaanMu
Keinginanku tak akan terpenuhi
kecuali dengan anugrahMU
Keperluanku tak akan tertutupi
kecuali dengan karuniaMu
Kebutuhanku tak akan tercapai oleh selainMU
Kesulitanku tak akan teratasi
kecuali dengan rahmatMu
Kesengsaraanku tak akan terhilangkan
kecuali dengan kasihMu
Kehausanku tak akan terpuaskan
kecuali dengan pertemuanMu
Kerinduanku tak akan terdakan
kecuali dengan perjumpaanMu
Kedambaanku tak akan terpenuhi
kecuali dengan memandang wajahMu
Ketentramanku tak akan tenang
kecuali dengan mendekatiMu
Deritaku dapat ditolak hanya dengan karuniaMu
Penyakitku dapat disembuhkan hanya dengan obatMu
Dukaku dapat dihilangkan hanya dengan kedekatanMu
Lukaku dapat ditutupi hanya dengan ampunanMu
Noda hatiku dapat dikikis hanya dengan maafMu
Was-was dadaku dapat dilenyapkan hanya dengan perintahMu

Wahai Akhir Harapan para pengharap
Wahai Tujuan Permohonan para pemohon
Wahai Ujung Pencarian para pencari
Wahai Puncak Kedambaan para pendamba
Wahai Kekasih orang-orang yang saleh
Wahai Penentram orang-orang yang takut
Wahai Penyambut seruan orang-orang yang menderita
Wahai Tabungan orang-orang yang sengsara
Wahai Perbendaharaan orang-orang yang papa
Wahai Pelindung para pencari perlindungan
Wahai Pemenuh Hajat fuqoro' dan masakin
Wahai Yang Paling Pemurah dari segala yang pemurah
Wahai Yang Paling Pengasih dari segala yang mengasihi
UntukMu kerendahanku dan permohonanku
BagiMu penyerahanku dan doaku
Aku bermohon padaMu
sampaikan daku pada kesenangan ridhoMu
kekalkan bagiku kenikmatan pemberianMu

Inilah aku,berhenti di pintu kemurahanMu
menunggu hadiah kebajikanMu
berpegang pada taliMu yang kokoh
bergantung pada ikatanMu yang perkasa
Sayangilah hambaMu yang hina ini
yang berlidah lemah dan beramal kurang
Berilah daku karuniaMu yang berlimpah
Lindungi daku di bawah naunganMu yang teduh
Wahai Yang Pemurah
Wahai Yang Maha Indah
Inilah aku,
Inilah aku,
Inilah aku,
menanti di gerbang cintaMu
Ya Kariim,Ya Kariim,Ya Kariim..

Tunggak Cinta

Sedulurku tercinta, aku punya langganan dukun pijet kampung, namanya Jumian Tunggak, nama terakhir ini karena dia punya keahlian membongkar tunggak [akar bekas tebangan pohon], mungkin di antara teman fb yang pernah berkunjung ke Rumah Cinta pernah kesentuh tangan Jumian Tunggak ini sebagai pelepas lelah, salah satunya adalah Cak Haris Surabaya itu. Perawakannya kekar, suaranya lantang dan menggelegar, kalau aku membayangkan dia seperti Bimo alias Werkudoro itu, atau bagai singa padang pasir Sayyidina Umar bin Khotob itu.

Dia punya kebiasaan, manakala ada orang kampung meninggal maka dia libur bekerja dan menjadi penggali liang kuburnya, tanpa transaksi dan amat bagus serta rapi garapannya. Pekerjaan lain dia adalah pemecah batu di hutan serta tukang pijit lelah itu, bahkan galian pondasi serta meratakan tanah Pesantren lewat tangan kekar dia itu, kalau mulai bekerja dia berucap: Bismillah wolowolokuwato, ternyata kalimat yang terakhir itu maksudnya Laahaula walaaquwwata. Dengan seambrek pekerjaan itu menjadikan dia jarang di rumah walau sepanjang malam [dia kuwat melek], bahkan kalau aku minta pijit rata-rata setelah pulang pengajian, sekitar jam 3 pagi sampai subuh menjelang.

Nah, dari sinilah nampaknya menjadi sumber masalah dengan istrinya [anaknya empat], jarang di rumah. Orang segagah dan sekuat itu ternyata sedemikian mengalah dengan istrinya yang [masyaAllah] crewetnya [na'udzubillah], hal ini aku ketahui sendiri saat pas mijiti aku, istrinya meradang tanpa tedeng aling-aling: Kamu edan ya, sejak tadi siang tak nongol hidungmu ternyata seharian tidak kerja [kata tetangga] malah jajan di warung janda itu, kamu itu kalau ngomong ndobol dan suka berbohong, sejatinya aku ini muak dengan sikapmu, wong lanang tak tahu perasaan, kamu itu manusia apa bukan, setan kamu ya, aku menjadi istrimu kurang apa, ngeboti dapurmu apa untungnya, kamu selalu menyakiti hatiku, sejak dulu aku kan minta cerai sama kamu, sungguh bajingan kamu itu, sontoloyo kamu, suka berjanji mau kasih apa ternyata omong kosong, aku sudah tidak percaya dengan janjimu, kamu tak tahu di rumah berhadapan dengan anak-anakmu sedemikian repot, kalau mereka minta jajan kamu tidak kasih aku duit, dasar lelaki tak tahu diri, kamu terlalu asik dengan duniamu, kalau memang sudah tidak seneng sama aku ayo lepaskan aku, aku bisa hidup tanpa kamu, aku tak akan tergantung sama kamu, aku bisa mandiri, seandainya aku tidak berjodoh dengan kamu nasibku bisa menjadi lain, tahu nggak kamu, mana hasilnya kamu membelah batu, mana hasilnya kamu nuruti kemauan orang melulu kala menggali kubur itu, mana, mana, mana, mana, di rumah aku ini bukan budakmu, aku ini manusia yang berperasaan tahu nggak, aku ini bukan bonekamu, bukan robot, aku butuh bercengkerama dengan kamu dan anak-anakmu, sudah berapa kali kamu menipuku, melihat potonganmu aku menjadi jijik, mustinya kamu bisa membagi waktu, ini waktu bekerja, ini waktu duduk kubur, ini waktu di rumah, ini waktu pijit, apa dikira aku tidak butuh kamu, atau kamu sudah tidak butuh aku, kamu itu menggantung diriku, apa dikira aku takut sama Kiai, walau di depan Kiai dengarkan kata-kataku, tidak sekali dua kali ini, apa salahnya mijiti Kiai bilang dulu, bibirmu dimana, tahu rumahmu nggak, tahu rumahmu nggak, di warung lama-lama kalau di rumah hanya sesaat sebagai ampiran, apa aku ini gundikmu, mendekat hanya kalau kamu butuh setelah itu ngeloyor pergi, ayo omongo aku tampar mulutmu nanti....

Kawan-kawan, sepanjang aku dipijiti, Jumian Tunggak itu sepertinya tak mau meladeni amarah istrinya itu [bukan acuh tak acuh], mendengar kata-katanya aku menghawatirkan akan dia bogem istrinya itu, ternyata tidak, begitu usai mijiti [sementara tarkhim masjid bergema] Jumian Tunggak ini pamitan, aku melihat dia bagai kerbau dicocok hidungnya digiring sama istrinya pulang, masih aku dengar sayup-sayup antara tarkhim dan marah istrinya sepanjang jalan: kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu.

Aku pernah bilang sama Jumian Tunggak itu bahwa surgamu memang karena istrimu itu, bahkan dia bilang sendiri: sabar, sabar, sabar kalau diladeni malah menjadi berabe, biarlah aku yang menjadi sasaran daripada ke orang lain. Duh, andai aku yang mengalami belum tentu memiliki kesadaran setinggi itu, fajar itu aku memperoleh pelajaran amat sangat berharga, semoga demikian bagi anda, amin2 ya rabbal'alamin....

Doa Cinta

Ya Allah,
Dosa-dosaku telah membungkamku
Patah pembicaraanku
Tak ada lagi hujjahku
Aku telah menjadi tawanan bencanaku
Aku tergadai dengan perbuatanku
Aku tenggelam dalam kesalahanku
Aku bingung dalam tujuanku
Aku terputus karenaku
Aku terhijab oleh kebodohanku

Ya Allah,
Aku telah membawa diriku pada perhentiaan orang hina dan berdosa
Aku terseret pada perhentian para pendurhaka yang berani menentangMu
dan yang melecehkan janjiMu

Maha Suci Engkau
Maha Besar Engkau
Maha Terpuji Engkau
Betapa beraninya aku menentangMu
Betapa lenanya aku menipu diriku

Ya Allah,
Kasihi diriku atas tersungkurnya mukaku
Welasi diriku atas tergelincirnya kakiku
Balaslah kejahilanku dengan santunanMu
Balaslah kesalahanku dengan kebaikan
Aku mengakui dosa-dosaku
Aku mengakui kesalahan-kesalahanku
Inilah tanganku dan ubun-ubunku
Jiwaku siap menerima pembalasan
yang semuanya aku prasangkai sebagai cintaMu

Ya Allah,
Ubanku mulai bicara
Hari-hariku terasa hilang begitu saja
Dekatnya ajalku menjelang setiap masa
Kelemahan dan kemiskinanku melanda
Kurangnya kemampuanku mendera
Sayangilah daku
Sayangilah daku
Sayangilah daku

Ya Allah,
Belas kasihi aku kala jejakku terhapus di dunia
dan sebutanku hilang dari para makhlukMu
aku dilupakan orang seperti orang yang terlupakan

Ya Allah,
Sayangilah aku ketika berubah bentukku dan keadaanku
ketika hancur tubuhku dan berserakan anggotaku serta bercerai berai sendi-sendiku
Sayangi aku pada hari dikumpulkan dan dibangkitkan
Jadikan pada hari itu kedudukanku bersama para kekasihMu
kemunculan bersama para wali-waliMu
dan tenpatku di sampingMu
Ya Kariim
Ya Karim
Ya Kariim..

Kehilangan Cinta

Sedulurku tercinta, aku merasakan pesan Kanjeng Nabi SAW yang sebelumnya didahului bahwa barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka berkatalah yang baik, dan kalau tidak bisa maka diamlah. Kalimat suci ini bila direnungkan akan menggiring kita pada titik memilih diam bila tak mampu berbicara yang baik, bicara [atau menulis] yang pada ujungnya akan menawan hati manusia, menyenangkan orang lain itu. Ini pesan bagi kita yang terbiasa ngomong atau menulis, lacaklah dasar nawaitu itu agar kita tak akan kehilangan cinta. Hal yang paling harus disadarai adalah manusia itu ada komunitasnya, ada kelompoknya, ada gerombolannya, ada jamaahnya, ada keluarganya, ada, ada, ada.

Dalam setiap keberadaannya itu, jelas bahwa masing-masing punya reposisi yang punya peran dalam metabolisme semesta raya, dimana Allah meletakkan dan memproses sesuai irodahNya, yang pada ujungnya pasti tak akan ada yang salah itu, Maha Suci Dia, Maha Suci Dia, Maha Suci Dia, tak ada yang sia-sia itu. Aku sebenarnya merasa ngeri manakala melihat realitas, yang pada akhirnya akan menggiring pada kehilangan cinta itu. Misalnya aku bicara kasar sama istriku, diam-diam ada anakku yang menohokku: Ayah, jangan sakiti Ibu. Ketika aku mengatakan kasar sama anakku, setelahnya Istriku nylethuk: Ayah, jangan sakiti anakmu. Momen sedekat di rumah saja, bagiku menggores sedalam bahwa aku merasa kehilangan cinta atas tindakanku itu, yang ternyata membutuhkan waktu yang lama untuk kembali kepada suasana semula.

Andai aku disuruh memilih, maka bila tak bisa menetes di hati manusia dengan perasaan senang dan gembira, aku akan memilih diam, aku akan memilih diam, aku akan memilih diam. Terus aku lebarkan sendiri, bila aku mengatakan sesuatu atau menulis sesuatu atau bertindak sesuatu kepada sosok atau kelompok dengan meneteskan kebencian, maka aku merasa kehilangan cinta dari siapa pun yang mencintai mereka itu karena aku yakin sebejat penjahat pasti ada komunitasnya itu, jangan kan manusia hewan saja memiliki insting atau tabi'at membela kawannya itu. Sebaliknya manakala aku mencintai apa dan siapa [dengan cara bertutur dan bertidah baik], maka aku merasa memperoleh limpahan cinta dari apa dan siap itu, karena hal ini sangat menawan hati yang bagai menanam benih yang baik, pada ujungnya kita sendirilah yang akan mengetamnya itu.

Dalam pandangku, jangankan sebuah komunitas atau gerombolan, sosok seseorang saja bagiku bagai memandang samudra itu, dimana sebesar kejahatannya aku abaikan karena dalam sentuhan lembut tanganNya, di dadanya ada ribuan taman yang indah itu, walau mereka sendiri belum merasakannya. Dalam ranah samudra aku tak akan melihat hanya buihnya, namun akan aku selami pesona-pesona yang tak terhingga itu sampai pada titik menemukan mutiara-mutiaranya, dalam memandang buih pun masih saja akan aku prasangkai dalam dunia proses buih pun akan berujung menjadi butiran-butiran pasir yang menjadi penghias indah di pinggir pantai itu.

Sampai titik kulminasi ini ada rumusanku: terhadap diri aku beranikan mengedepankan aib-aibku, terhadap orang lain aku selalu cari kebaikan-kebaikannya itu. Pada dataran ini bila ada pihak lain yang menjelek-jelekkan diriku, maka amat jelas bahwa mereka membantu diriku dalam pencarian aibku sendiri itu, pasti aku berterimakasih, dalam simbolik "pingsut" bila ada yang mengedepankan jari telunjuknya [karena menuding-nuding sesuatuku] maka akan aku ajukan jempolku, sebaliknya bila ada yang mengedepankan jempolnya [karena memujiku], maka akan aku ajukan kelingkingku itu.

Kanjeng Nabi saw adalah sosok yang menunjukkan ketakhilangan cinta itu, dimana apa dan siapa beliau cintai, makanya cinta ikhlasnya pada umat manusia bagai cahaya suawarga dan siapa pun tak akan mampu mebalasnya, kecuali hanya dengan bersahaja, ya dengan bersahaja, bersahaja. Karena cinta yang tanpa batas dan tanpa tepi itulah yang menjadikan beliau dicintai Allah Yang Memiliki segalanya ini. Dalam kongklusi diriku ada wewangian dari beliau: cintailah apa dan siapa namun lebih cintalah kepada yang membikin apa dan siap itu, jangan benci apa dan siapa karena apa dan siapa ada pemiliknya itu....

Kawan-kawan, aku tak ingin kehilangan cinta darimu, dan cinta dari orang yang mencintaimu, aku tak akan membencimu karena aku sangat takut yang memilikimu akan membenciku, aku tak berani memperolok dirimu karena hal itu hakekatnya memperolok diriku, aku tak akan menghina dirimu karena aku sebenarnya lebih hina dari dirimu, aku tak akan menghakimimu karena aku sendiri dalam posisi dihakimi olehNya ini, aku tak akan membodoh-mbodohkan dirimu karena ternyata aku lebih bodoh dari dirimu, aku tak akan menajis-najiskan dirimu karena aku merasa lebih najis dari dirimu, aku tak akan melawanmu karena aku merasa sering gagal melawan diriku sendiri, aku, aku, aku, aku, aku, tak ingin kehilangan cintamu....

Huhuhuhuhuhuhuhu...

Doa Cinta

Ya Allah,
Apakah orang yang telah mencicipi manisnya cintaMu
akan menginginkan pengganti selainMu
Apakah orang yang telah bersanding di sampingMu
akan mencari penukar selainMu

Ya Allah,
Jadikanlah kami di antara orang yang Kau pilih untuk pendampingMu
yang Kau ikhlaskan untuk kekasihMu
yang Kau rindukan untuk datang menemuiMU
yang Kau ridlokan hatinya untuk menerima qodloMu
yang Kau anugrahkan kebahagiaan melihat wajahMu
yang Kau limpahkan keridloanMu
yang Kau lindungi dari pengusiran dan kebencianMu
yang Kau persiapkan baginya kedudukan mulia di sisiMu
yang Kau istimewakan dengan makrifatMu
yang Kau arahkan untuk pengabdianMu
yang Kau tenggelamkan hatinya dalam irodahMu
yang Kau pilih untuk menyaksikanMu
yang Kau kospongkan dirinya untukMu
yang Kau bersihkan hatinya untuk diisi cintaMu
yang Kau bangkitkan hasratnya akan karuniaMu
yang Kau ilhamkan padanya mengingatMu
yang Kau dorong padanya mensyukuriMu
yang Kau sibukkan dengan ketaatanMu
yang Kau jadikan dari makhlukMu yang baik hati dan menawan hati.
Amin ya Rabbal'alamiin.

Selasa, 09 Agustus 2011

Status Cinta

Sedulurku tercinta, berjalan-jalan di beranda bila aku rangkai status-status itu ternyata menjadi nasehat yang indah, sastra yang mempesona yang bersumber dari pemikiran cinta berbagai teman facebook baik yang aku kenal atau belum, simaklah: Assalamu'alaikum Wr.Wb, apa kabar teman, jangan cemas jangan putus asa selalu ada cahaya dan harapan, dunia tak selebar daun kelor, syukuri apa yang ada hidup adalah anugrah, begitu saja kok repot, dunia punya musim demikian juga jiwa, engkau tidak sendiri, Tuhan selalu menemani, segala goresan hidup adalah kado dariNya bila dibuka berisi sekuntum teratai yang sedang mekar bermahkotakan seribu bunga, sayapilah jiwamu dengan syukur dan sabar, suka dan duka adalah melodi hidup ini, ketika cinta memanggilmu pasrahlah walau mengaburkan pikiranmu, hidup ini bukan milikmu, merasa kehilangan itu karena merasa memiliki, ojo dumeh, kepasrahan akan membingkai kebahagiaan, dunia bagai gunung gaung enak dan tidak tergantung pekik tindakan kita, siapa menamam mengetam, berbuat baik seberat atom Dia akan menampakkannya begitu sebaliknya, berjalanlah lurus nanti kamu akan melingkar, urip iku nyokro manggilingan, udan panas panas udan aling-aling caping gunung, wani ngalah luhur wekasane, diri bagai seruling Dia lah peniupnya, mau apa, diri bagai patung Dia lah pemahatnya, sopo salah seleh, jangan pukuli dirimu karena pantai demi pantai dunia adalah penjajah, biarlah Dia yang menahkodai perahumu, dunia bagai lautan sudah banyak yang tenggelam, tampillah untuk menjadi yang terbaik, membahagiakan manusia adalah menemukan Dia di dadanya, mencintai apa yang di bumi yang di langit akan mencitaimu, kau sendiri tetapi jangan menyendiri, kebaikan itu bersumber dari paseduluran dan kebersamaan, mabuklah dalam pelayanan sampai tidak tahu siapa dirimu, sesaplah ajaran-ajaran agama bagai menyusu puting Ibu maka akan berkembang jiwamu, agomo ageming aji, agama jangan hanya nampak dalam pernik tasbih kemegahan jubah dan lembaran sajadah, Tuhan tidak bisa di tipu, semua menjadi saksi, mulailah dari dirimu, semua tidak ada yang sia-sia, jangan putus asa, mentari selalu menjemputmu di fajar hari, wahai kawan di jalan ini tiada tempat berhenti, sikap lamban berarti mati, mereka yang bergerak merekalah yang di depan, yang menunggu sejenak saja akan tergilas, wahai kamu: diriku, maukah kau hidup di zaman baru, hembuskan panas nafasmu agar harum segalanya, tajamkan matamu setajam mata elang, nuwun sewu, yang lalu biarlah berlalu, hidup adalah untuk masa depan, jangan lupakan sejarah, akal merenung hati mengenang, kecanggihan jangan hanya menjadi sarana tetapi harus mengantar pada tujuan, apa sih tujuan hidupmu, adakah cinta di hatimu, sibakkan selubung lihatlah Dia, dunia ini kurnia apa kamu tak rindu yang membikin kurnia itu, jangan menuding kesalahan orang lain, hukum Tuhan berlaku setiap waktu, gunakan waktumu sebelum engkau dihitung sebagai orang yang bangkrut, ada belantara dalam diri manusia, burulah kesalahan diri agar tak sempat memburu aib orang lain, orang lain itu bukan orang lain tetapi dirimu juga, Cahaya Dia menyemburat di dunia dengan berbagai warna, jangan kaget, ojo pangkling, bila saudaramu terluka bisa berdarah padamu, dunia sebenarnya mencukupi konsumsi manusia tetapi dunia tak mampu menampung ketamakan manusia, tanpa dirimu apa jadinya aku, tanpa aku kau bisa berlalu, dalam titian lorong-lorong waktu usia merambat semakin senja umur berangsur semakin uzur, jangan sembarangan, mau apa, apa maumu, becik ketitik olo ketoro, berfikir tubuh hasilnya kelelahan berfikir akal hasilnya selalu perhitungan berfikir kuasa hasilnya kalang menang, berfikirlah tentang Cinta jiwamu bisa terbang bagai merpati, gak usah ruwet-ruwet, tetap jalani hidup ini, siang malam adalah kendaraan keduanya maka naikilah sebagai sarana menuju akhirat, sesungguhnya dalam ciptaan langit dan bumi serta pergantian siang dan malam hari itu menjadi tanda bagi orang yang cerdik cendikia, jangan salahkan Setan, propaganda Setan lebih cerdas dibanding kecerdasan dirimu, Setan bagai api maka tergantung dirimu mau matang apa mentah, dunia bagai pohon makanya buah yang matang tentu akan berpisah dengannya bagi yang mentah tentu selalu nempel padanya, jangan merasa sok lah, kenali dirimu kau akan menemukan Dia di hatimu bukan di tempat lain, ada harta karun yang terselip di hatimu bila kau ingin tahu maka Cintalah wujudnya, sssssssssssssttttt, diam itu emas, jangan malu bertanya biar tak tersesat di jalan, hai-hai, malam begitu larut, sudah dulu ya aku ngantuk, prepat-prepet mataku, pekerjaan menumpuk, aku lelah lemah, sampai jumpa esok hari, menyongsong matahari lagi, Wassalamu'alaikum!....

Kawan-kawan, aku merasa berhutang budi dengan statusmu-statusmu itu, semuanya indah dan aku jadikan lentera di hati, kadang memotifasiku, kadang menyindirku, kadang menusukku, kadang seperti menaksirku, kadang kau tangsikan aku, kang kau usir aku, kadang kau, kadang kau, tetapi aku tetep trimakasih selalu, jazakumullah n barokallah, teriring do'a: semoga kau selalu sehat lahir batin, amin2, termasuk sehat sakunya itu... hahahahaha....