Sedulurku tercinta, tidak lengkap rasanya kalau kisah orang sholeh ini tidak aku percikkan, karena menuturkan sejarah dan sifat orang sholeh, wewangian adab mereka akan memercik ke kita, serta mendongengkan fadhilah2 mereka akan memberkati kita, bahkan manakala menemukan kuburan mereka dianjurkan berziarah, jasad mereka meninggal tapi tidak ruhnya.
Tuhan sendiri yang menyatakan, jangan kamu katakan bahwa orang yang berjalan di Jalan Allah itu mati, mereka tetap hidup, sayang kamu sekalian tidak mengerti. Aku tahu kesalehan mereka karena pas mengisi acara di tempatnya, sekitar Semarang ini, kota atlas. Orang sholeh ini, tidak berpangkat, tidak berdarah biru, tidak kaya bahkan tidak punya apa-apa, kecuali cinta, orang kecil (wong cilik) tetapi jiwanya besar, tidak dikenal dunia, insya Allah masyhur disisiNya.
Dia tukang becak, ya becak itu yang menjadi sarananya cari kawelasan dari Allah, umurnya dihabiskan mbecak sampai serenta itu, enam puluh tahun lebih, tapi sorot matanya menyiratkan hasrat jiwa yang menyala, hingga orang yang setara dia sudah lumpuh, otot dia terenergi oleh semangat yang membara. Ketika dia narik becak nafasnya berdzikir dan bersholawat, dengan gagah dan megah bagai nakoda kapal mengarungi samudra.
Setiap yang naik becaknya, dia tanpa transaksi uang, diantar kemana mereka tuju, ketika diberi hadian uang, ia terima dengan takdzim dan rasa syukur tiada tara, sambil mendoakan yang memberi dalam banyak hal, panjang umur, murah rejeki, anak saleh dan seterusnya. Ternyata malah melebihi andai ia main transaksi.
Seminggu dia mbecak, ada satu hari dia libur, preinya ini bukan tidak mbecak tetapi dia tetep mbecak namun membebaskan orang menghadiahinya, ini dia lakukan pas pada hari Jumat. Kebiasaan itu sudah dilakukan puluhan tahun, dengan niat yang sangat indah, mohon kepada Allah supaya mengantarkan dia bisa ziarah ke makam kekasihnya, Kanjeng Nabi itu.
Gayung bersambut, Kanjeng Nabi selalu tidak mengecewakan umatnya, yang mendamba. Pas pada hari Jumat ia dinas mbecak ada seseorang suruh mengantar agak begitu jauh, tapi dia tidak mengeluh, desahan nafasnya terdengar oleh yang naik becak itu, selawatan melulu, dzikir melulu. Begitu sampai dan berhenti, orang itu menghadiai segepok uang sebagai bayarannya, terutama terima kasihnya atas desahan nafas yang indah itu.
Tentu dia tolak karena pas hari Jumat, ia tak pernah ingkar janji. Dengan takdzim dia bilang, punten mas, untuk hari ini aku tidak bisa menerima uang panjenengan, untuk menepati janjiku. Terhenyak ini orang sambil tanya--kenapa mbah, engkau telah demikian payah mengantarku, ada apa sebenarnya? Tukang becak tua itu sambil tersenyum ompongnya bilang, mas kalau pas Jumat begini aku bebaskan orang yang naik becakku, lakon ini sebagai jeritan rinduku kepada Kanjeng Nabi yang telah memperkenalkan hatiku dengan Allah, menunjukkan Akhirat, mengkadoi aku Qur an, menjanjikanku syafaat, walau bagiku tidak mungkin untuk bisa ziarah ke makamnya, tapi aku yakin Kanjeng Nabi menjawab setiap keronto-ronto umatnya, dia tidak akan mengecewakan aku.
Runtuhlah hati orang yang naik becak itu, air matanya muncrat, mulut terkunci, dalam ranah hati yang tersentuh cinta, kata-kata menjadi hilang seketika. Dengan terbata-bata orang yang naik becak itu bilang, kalau begitu mbah berbahagialah engkau sama istrimu, mungkin lewat aku, akan aku hajikan engkau berdua.
Empat mata saling bertatapan, airmata sama2 keluar, kata2 hilang, ruang rindu menjelang. Tukang becak itu bersimpuh terimakasih yang tak terhingga, Kanjeng Nabi mendengar dan menjawab....
Kawan2, bernyanyilah, Yaa imaamarrusli yaa sanadi anta bakdulloohi muktamadi fabidunyaya waakhiroti yaa Rosulallahi khudbiyadi (Wahai Imam para Rasul, wahai sandaran hatiku, engkaulah setelah Allah gondelanku, dunia akhiratku wahai Rasulullah, ambillah tanganku)….
Pada saatnya brangkat ziarah haji, orang yang membeayayi itu mengantar sampai bandara, melihat mereka berdua terbang menemui yang dirindukan, lalu ia sama istri dan anaknya balik, didera oleh percikan rindu yang dimiliki tukang mbecak itu….
Kamis, 03 Juni 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar