Sedulurku tercinta, adikku perempuan pernah mengajukan pertanyaan--apa tidak payah tho Mas, orang kok pergi melulu, mau ketemu Masnya saja kok sulit? Pertanyaan ini aku jawab bahwa, untuk membebaskan dari kelelahan orang harus melintasi--minimal--tiga hal, pertama tubuh, ke dua akal, ke tiga nafsu. Kalau orang berfikir tubuh maka akan didera oleh persoalan sehat sakit, kalau orang berfikir akal akan terbentur suka dan tidak suka berdasar kalkulasi rasional, kalau orang berfikir nafsu maka akan terjebak menang kalah. Di atas ini jiwa bisa terbang bagai merpati--kata Jalaludin Rumi.
Adikku ini seperti menggantikan posisi Ibuku yang sudah tiada, kasih sayangnya itu. Saat dia nelpon--dimana Mas? Aku suka-suka berada, sedang di tetangga slametan, paginya aku di Bojonegoro, hari berikutnya di Menturo Jombang Padang Bulan, hari berikutnya di Bang-Bang Wetan Surabaya, malam berikutnya di Jakarta Kenduri Cinta, tahu-tahu datengi adikku itu sambil bawa oleh-oleh gethuk Magelang sepulang dari Jogja Mocopat Syafaat, malam berikutnya Gambang Syafaat Semarang, saat lain berada di Gondang legi Malang. Terus begitu, belum lagi rutinan di Cepu, Minggu pagi sudah bersimpuh di maulid Pesantren, tambah permintaan pengajian masyarakat yang berbagai kepentingan hajatnya, sampai di luar Jawa--Tarakan, Medan, Pangkalan Bun, Batam, Lampung, Riau, Jambi, Palembang.
Kuncinya adalah setiap bergerak harus dilandasi dengan cinta, maknanya dalam penggapaian Tuhan yang tak bertepi, serta tak tergambarkan, energi itu dilimpahkan kepada makhluknya, karena Tuhan itu qiyamuhu binafsihi (berdiri sendiri). Kalau sudah begini, sakit bisa sembuh, hal yang tak mungkin secara perhitungan akal bisa terjadi dan terlaksana, beban berat dalam perjalanan bagian dari membebani hawa agar ia terkendali, mendorong setiap gerakan hidup.
Sasaran yang ditembak adalah hati manusia, di sanalah rumah Tuhan di bumi, dengan makna kalau penggapaian ke Allah itu tanjakannya adalah membikin hambanya tersenyum, gembira itu. Pandangan ini menjadikan jauh jadi dekat, berat jadi ringan, sakit jadi sembuh dan seterusnya dalam ranah cinta, diri menjadi fana karena yang nampak di hati adalah Tuhan tersenyum dengan membikin hambaNya tersenyum itu. Untuk itu Orang yang paling dicintai Allah adalah orang yang hidupnya lebih bermanfaat bagi sesama manusia, bahkan di sebut Kanjeng Nabi sebaik-baik manusia. Sementara pekerjaan yang paling dicintai Allah adalah pekerjaan yang manakala diselesaikan (ditandangi--Jawa), bisa membikin seneng (surut--Arab) saudaranya.
Penjelajahan hidup model ini sangat mengasyikkan, tanpa melelahkan. Lantas untuk keluarga? Hal ini tetap (pancet), sebab apa artinya penjelajahan dan keasyikan di luar, sementara di rumah tidak kebagian. Maka saat ketemu anak--Bah,, aku dipijitin! Akupun memijitin anak-anak panah cinta itu satu-satu, bahkan yang terkecil musti sambil nyanyi-nyanyi (uro-uro) dan dongeng kancil mencuri timun, sampai dia tertidur......
Kawan-kawan, baru setelah liyap-liyeping asepi (semuanya tertidur), kemesraan indah terjadi,karena saking rindunya sebab lama nggak ketemu itu....
Seperti makan bukan lauknya yang membikin enak, tapi laparnya itu, atau seperti tidur bukan tempatnya yang mewah, tapi kelelahan itu yang menjadikan kita bisa mlungker (tidur berbantal tangan) di mana saja.....
Senin, 07 Juni 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar