Sedulurku tercinta, ucapan manakala tidak dicegat oleh kepentingan adalah sebagai tanda dari hati, dan hati adalah rumah Tuhan di bumi. Hati manusia adalah tempat Dia berbagi. Ketika Tuhan pertamakali berusaha menunjukkan wajahNya, Dia menjadikan manusia sebagai kediamanNya. Seorang manusia yang mengenal pikiran batinnya, akan mengenal siapakah Tuhan sebenarnya. Pandangan ini tercipta setelah manusia menyadari bahwa pandangan mata kepala nyata-nyata cacat, terjadilah perniagaan mencari wujud--inilah jual beli besar-besaran--yang akan mengantarkan apa-apa yang diinginkan.
Ada orang yang bernama mBah Kemi, orang dusun dengan rumah reot dari bahan bambu, usianya mendekati seratus, ditemani oleh orang gila sambil membesarkan kambing-kambingnya. Satu hal yang tidak bisa ia tinggalkan, di malam-malam sunyi ia selalu berbisik dengan Allah melalui membaca Al-Qur'an, kalamNya.
Mungkin orang ini pernah mendengan dawuh Kanjeng Nabi, manakala ada Qur'an dibaca orang dan kita mendengar, merasalah bahwa Qur'an baru saja turun di hatimu. Manakala kamu membaca Qur'an, merasalah bahwa engkau sedang berbisik dengan Allah, Sang Kekasih. Kalau pas melihat dua orang satu gubuk ini bercengkrama, mereka sepertinya mentertawakan dunia, mereka asyik dalam dialog-dialog segar hingga tertawa lepas, hingga gigi-gigi ompong mereka nampak jelas, senyum yang menyiratkan kegembiraan temanten mau dipertemukan.
Anak mBah Kemi ini sudah meninggal semua, istrinya juga sudah meninggal. Bahkan gurunya yang mengantarkan dia bisa membaca Qur'an sebagai sarana berbisik dengan Gusti Allah, juga meninggal. Guru ngajinya itulah yang memberi kisah unik dalam hidupnya. Disebut unik, karena mBah Kemi ini atas terimakasihnya bisa mengaji, menjanjikan untuk mencarikan jodoh kepada gurunya yang masih remaja saat itu. Pada usia yang matang, guru ini menagih janji kepada mBah Kemi, janji cinta. Karena ikhtiar mentok tidak memperoleh calon istri bagi gurunya itu--masyaAllah--maka istrinya mBah Kemi ini diberikan kepada guru ngajinya, setelah alot dia cerai, karena mana ada istri diberikan kepada gurunya, hanya untuk menepati janji itu, janji cinta. Ini istri akhirnya mau, dengan niat menaati mBah Kemi itu.
Kini mereka semua sudah tiada, tapi MBah Kemi masih hidup--ya sama orang gila itu, dan bercumbu denganNya melalui Qur'an secara tartil. Semua diceritakan mBah Kemi dengan enteng tanpa beban, kadang dengan gurau-gurau lepas. Satu hal yang ditunggu masyarakat sekitarnya adalah saat hari raya Idul Qurban, disenja sebelum takbir orang sepuh dan orang gila itu menggiring beberapa kambing untuk menjadi sembelihan qurban di Masjid desanya.....
Kawan-kawan, aku percaya atas keamanan dunia ini, negara ini, kampung ini sebab masih ada orang yang sebaik Mbah Kemi. Allah sendiri menyatakan janjiNya, janji cinta juga bahwa Dia tidak akan memberikan kerusakan pada suatu negeri, manakala masih ada ahli negri tersebut masih saja ada orang yang berbuat kesalehan. Kesalehan seseorang--syukur kita--akan memberikan perlindungan cinta, sehingga laknat Tuhan tidak jadi diturunkan, cuma semua ini tidak bisa menjadi berita. Justru banyak berita yang hanya mengisyaratkan makan daging saudaranya, bukan kambing-kambingnya.....
Kamis, 17 Juni 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar