Sedulurku tercinta, aku percaya, sangat percaya surga neraka itu ada dalam pemahaman ciptaan yang aku sebut kurnia-kurnia. Bila orang merindukan surga dengan makna tempat fisikli, aku dukung. Dan bila orang takut masuk neraka dalam pengertian ruang dan waktu, aku maklumi. Tengoklah puncak peradaban benda yang sekarang saja, otomatisasi dan digitalisasi yang semakin memudahkan manusia memenuhi kebutuhannya--bagai di surga--melahirkan tragedi jiwa kesepian dan kesunyian, sehingga bunuh diri adalah jalan yang harus tempuh di saat mereka tua dan senja.
Tengoklah prahara peradaban materi, manusia terkoyak oleh keserakahan yang melahirkan keputusasaan, peperangan yang tak terperikan--bagai di neraka--melahirkan tragedi yang sama keterasingan. Dalam perjalanan arus cinta, kerinduan itu tidak bertepi, tidak sekedar mandek pada surga dan neraka itu, karena keduanya adalah ranah wujud ciptaan. Peluklah misteri itu maknanya, perjalanan arus cinta itu terus abadi. Tengoklah keberagamaan dengan pola pemaknaan surga neraka dengan ranah ruang dan waktu, mereka akhirnya rebutan tempat seperti pengkaplingan itu. Debat tidak terelakkan, pertengkaran akan kelompok dan paham tak terhindarkan, saling membunuh antar agama menjadi kenyataan.
Di tengah perkembangan akal yang semakin maju, pola pemahaman kalau hanya rebutan kapling surga menjadi amat primitif. Belum lagi kalau dipahami bahwa Tuhan akan memberikan siksa neraka, ini benar, aku juga yakin. Kemudian dikejar sebuah pernyataan Tuhan sendiri, bahwa Dia ada di mana-mana, ketika dia Ada tidak akan ada siksa (laakhaufun alaihim walaayahzanun).
Dimanakah tempat dimana Dia tidak ada, lalu dimana itu siksa neraka. Nah, kembali kita pada pendekatan antara yang kongkrit dengan yang abstrak. Surga neraka yang kongkrit dan absrtak. Serta berhala yang kongkrit dan abstrak, dan seterusnya. Sejauh sorga dan neraka yang berwujud ciptaan, tetap kita yakini--kalau tidak nanti menjadi geger--tetapi tanjakan kepada Allah yang menciptakan sorga neraka, untuk apa ranah benda kongkrit, ciptaan yang bersifat sementara dihadapkan pada keabadian Tuhan.
Juga bagi mereka yang suka menghakimi sesama, walau mereka tidak menyembah berhala kongkrit, tetapi dengan merasa benar sendiri, bukankah itu manifestasi berhala abstraksi, yang menempel di dinding hatinya, mungkin lebih banyak dari yang mereka hina itu. Sorga neraka absraksi bagian dari arus cinta menuju yang tak terlukiskan kata, dimana kemana saja tipuan ego kita menampak, itulah neraka kita, kemana saja ego itu menghilang, itulah surga....
Kawan-kawan, bagi yang mentarget sorga neraka kongkrit ya monggo (silahkan), bagi yang meneruskan arus cinta nan abadi dengan makna abstraksi ya silahkan, surga neraka cinta......
Kamis, 17 Juni 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar