Selasa, 10 Mei 2011

Doa Cinta

Ya Allah,
Ilhamkan kepada kami ketaatan kepadaMu
Jauhkan dari kami maksiat kepadaMu
Mudahkan kepada kami meraih apa yang kami cari dari ridhoMu
Tempatkan kami pada puncak surgaMu
Singkirkan dari pandangan kami kabut keraguan
Singkapkan dari hati kami tirai kebimbangan
Hancurkan kebatilan dari kalbu kami
Teguhkan kebenaran pada hati nurani kami
karena ragu dan syak wasangka mengundang bencana
dan mencemari kesucian pemberian.

Ya Allah,
Bawalah kami pada bahtera keselamatanMu
Hiburlah kami dengan kelezatan munajatMu
Basahi kami dengan cucuran cintaMu
Senangkan kami dengan manisnya kasih dan kedekatanMu
Jadikanlah kesungguhan kami di jalanMu
dan urusan kami dalam mentaatiMu
Bersihkan niat kami dengan mengabdiMu
Karena kami hanya karenaMu dan hanya untukMu
Tidak ada jalan bagi kami kepadaMu kecuali melaluiMu.

Ya Allah,
Jadikan kami di antara orang-orang baik yang disucikan
Gabungkan kami dengan orang-orang yang beramal shaleh
yang bersegera melakukan kemuliaan
yang berlari mengerjakan kebaikan
yang berdamba mencapai ketinggian derajat
Engkaulah Yang Maha Layak memberikan ijabah.
Amin ya Rabbal'alamin.
Rumah Cinta,22.45 wib.

Etika Cinta

Sedulurku tercinta, ketika manusia menyerah kepadaNya itulah akan menetes segala bentuk kelebihan manusiawi yang telah ditanamkan di dalam batin, dan semuanya itu dinamakan akhlak. Misalnya, orang menangis melalui mata, dan seiring dengan itu di dalam hatinya terdapat rasa haru. Apabila itu digunakan pada tempatnya, melalui akal anugerah Tuhan, maka ia merupakan suatu akhlak. Begitu pula manusia melawan musuh dengan tangan, dan sejalan dengan gerakan itu di dalam hati timbul suatu kekuatan yang disebut keberanian. Jadi apabila manusia menggunakan kekuatan tersebut sesuai dengan tempat dan keadaan, itupun dinamakan akhlak. Demikian pula kadang-kadang manusia dengan tangannya ingin menyelamatkan orang-orang teraniaya dari orang dzalim. Atau, ia ingin memberikan sesuatu kepada orang miskin dan orang-orang lapar, atau dengan cara lain ingin mengkhidmati umat manusia.

Dan sejalan dengan gerakan itu di dalam hatinya timbul suatu kekuatan yang disebut kasih sayang. Dan kadang-kadang manusia memberi hukuman dengan tangannya kepada orang dzalim, dan bersesuaian dengan itu di dalam hatinya terdapat sesuatu kekuatan yang disebut pembalasan. Kadang-kadang manusia tidak ingin membalas serangan dengan serangan, dan membiarkan saja perbuatan dzalim itu, seiring dengan gerakan tersebut di dalam hatinya terdapat sesuatu kekuatan yang di sebut maaf dan sabar. Dan kadang-kadang manusia ingin membantu sesamanya dengan menggunakan tangan atau kakinya, perasaan dan pikirannya, serta membelanjakan harta bendanya untuk kesejahteraan mereka, maka sejalan dengan gerakan itu terdapat di dalam hatinya suatu kekuatan yang disebut kedermawanana.

Pendeknya, apabila manusia menggunakan semua kekuatan sesuai dengan tempat dan keadaan, maka pada waktu itu kekuatan-kekuatan tersebut dinamakan akhlak atau etika--etika Cinta.

Makanya kalau Dia menyatakan di dalam Al-Qur'anul Karim pada Surah Al Qalam ayat 5: Sesungguhnya engkau [Muhammad] orang yang mempunyai akhlak yang agung, menunjukkan bahwa segala macam akhlak: kedermawanan, keberanian, keadilan, kasih sayang, baik hati, lurus hati, tabah hati, dan sebagainya terhimpun dalam diri engkau Wahai Rasulullah SAW.

Ringkasnya, sekian banyak kekuatan yang terdapat di dalam hati manusia, seperti: sopan, malu, jujur, sayang, harga diri, teguh, pembatasan diri/suci, bersih hati, keseimbangan, setia kawan, baik hati, lurus hati, setia dan sebagainya, apabila semua keadaan thabi'i ini ditampilkan sesuai dengan tempat dan kesempatan, serta mengikuti pertimbangan akal dan pikiran, maka semua akan dinamakan akhlak. Semua akhlak ini pada hakekatnya merupakan keadaan-keadaan thabi'i serta gejolak-gejolak alami manusia, dan mereka baru dapat disebut akhlak apabila digunakan dengan sengaja, sesuai tempat dan keadaan. Dikarenakan pada potensi-potensi alami manusia terdapat suatu potensi sebagai makhluk hidup yang maju, maka dengan menganut agama yang benar, dengan berkumpul bersama orang-orang baik, dan dengan ajaran yang suci, maka gejolak-gejolak alami semacam itu dapat diubahnya menjadi akhlak, dan hal ini tidak dimiliki oleh makhluk bernyawa lainnya.

Inilah upaya untuk tidak sekedar cinta agama, tetapi menampilkan citra agama cinta, dimana tindakan dan ucapan para meluknya menetes pada jiwa-jiwa dengan manis nan menyenangkan, dan alam pun tersenyum menawan....
Jenguklah orang yang sakit,
dan engkau akan sembuh sendiri.
Orang sakit itu mungkin saja seorang guru Sufi,
dan kebaikanmu akan terbayar dalam kebijaksanaan.
Sekalipun orang yang sakit itu adalah musuhmu,
engkau tetap beroleh manfaat,
sebab kebaikanmu mempunyai kekuatan untuk mengubah musuh,
menjadi teman sejati.
Dan bila rasa permusuhan tidak berubah,
rasa dendam tentu akan berkurang,
karena kebaikan adalah balsem termanjur.
[Jalaludin Rumi]

Rumah Cinta,02.44 wib.

Etika Cinta

Sedulurku tercinta,melihat keterangan di atas bisa difahami bila pada saat kuatnya dorongan-dorongan thabi'i menjadi sangat berbahaya dan kadang-kadang membinasakan akhlak serta kerohanian,dan karena itu di dalam Kitab Al-Qur'anul Karim dia dinamakan keadaan-keadaan nafs ammarah itu.

Hai,Tuan Licik!
Jangan lakukan amal saleh karena niat egois yang tersembunyi.
Cepat masuklah ke dalam api seperti ngengat.
Jangan timbun kebaikan.
Biarkan cintamu mengalir bebas.
[Jalaludin Rumi]

Jika dipertanyakan, apa pengaruh Al-Qur'an Suci terhadap keadaan-keadaan thabi'i manusia, dan bimbingan apakah yang diberikannya dalam hal itu, serta secara amal, sampai batas manakah yang diperkenankannya?

Hendaknya diketahui bahwa menurut Al-Qur'an Suci keadaan-keadaan thabi'i manusia mempunyai hubungan yang sangat erat sekali dengan keadaan-keadaan akhlaki serta rohaninya. Bahkan, cara manusia makan minum pun mempengaruhi keadaan-keadaan akhlaki dan rohani manusia. Jika keadaan-keadaan thabi'i dipergunakan sesuai dengan bimbingan-bimbingan syari'at, maka sebagaimana benda apa pun yang jatuh ke dalam tambang garam akan berubah menjadi garam juga, seperti itu pula semua keadaan tersebut berubah menjadi nilai-nilai akhlak dan memberi pengaruh yang mendalam sekali pada kerohanian. Oleh karena itu, Al-Qur'an Suci amat memperhatikan kebersihan jasmani, tata-tertib jasmani, dan keseimbangan jasmani dalam berusaha untuk mencapai tujuan segala ibadah, kesucian batin, kekhusyukan, dan kerendahan hati.

Taman kalbu berair dan segar,
dengan bunga melati,mawar,dan pohon cemara.
Kata-kataku membawa aroma mereka.
Ikuti aroma itu ke Taman Firdaus.
[Jalaludin Rumi]

Dengan ini bisa ditarik kandungan makna bahwa tingkah laku jasmani amat besar pengaruhnya pada ruh. Sebagaimana kita saksikan perbuatan-perbuatan alami, walaupun pada lahirnya bersifat jasmani, namun tidak ayal berpengaruh pada keadaan rohani kita. Misalnya, apabila kita mulai menangis, kendatipun hanya pura-pura serta dibuat-buat, air mata menggugah suatu perasaan dalam hati dan hati pun ikut merasa sedih. Demikian pula, apabila kita mulai tertawa secara pura-pura dan dibuat-buat, di dalam hati pun akan timbul rasa gembira. Kita saksikan juga bahwa gerakan sujud secara jasmani pun menimbulkan suatu perasaan khusyuk dan kerendahan hati dalam ruh. Sebaliknya kita saksikan pula bahwa apabila kita berjalan dengan menegakkan kepala seraya membusungkan dada, hal ini segera menimbulkan semacam rasa takabur dan tinggi hati.

Sebagaimana perbuatan dan tingkah laku jasmani berpengaruh pada ruh, begitu pula adakalanya ruh pun berpengaruh pada tubuh. Orang yang mengalami kesedihan, matanya tentu tergenang air mata, sedangkan yang bergembira tentu akan tertawa. Makan, minum, tidur, bangun, bergerak, istirahat, mandi dan lain-lain merupakan perbuatan alami. Segala perbuatan itu pasti mempengaruhi keadaan rohani kita. Struktur jasmani kita sangat erat hubungannya dengan perangai kemanusiaan kita. Penderitaan jasmani juga akan memperlihatkan pemandamngan menakjubkan yang dengan itu terbukti bahwa antara ruh dan tubuh terdapat pertalian sedemikian rupa, di luar kemampuan manusia untuk menyingkap rahasianya.

Perhatian Tuhan menganugerahkan kepada manusia ajaran-ajaran perbaikan terhadap keadaan thabi'i, lalu secara perlahan-lahan menganngkatnya ke atas dan ingin mengantarkan sampai kepada derajat tertinggi keadaan rohani, memiliki beberapa alasan:
Pertama, Dia berkehendak melepaskan manusia dari cara-cara hewani dengan mengajarkan kepadanya: cara duduk, bangun, makan-minum, bercakap-cakap dan segala macam tata-cara hidup bermasyarakat. Dan dengan menganugerahkan perbedaan nyata dari kesamaan terhadap hewan, Dia mengajarkan suatu derajat dasar keadaan akhlaki yang dinamakan adab dan tata krama itu.
Kedua, Dia memberikan keseimbangan pada kebiasaan-kebiasaan alami manusia yang dengan kata lain dapat disebut akhlak razilah [akhlak rendah]. Sehingga dengan mencapai keseimbangan itu, ia dapat masuk ke dalam warna akhlak fadhilah [akhlak tinggi]. Akan tetapi, kedua langkah ini pada hakekatnya sama, sebab bertalian dengan perbaikan keadaan-keadaan thabi'i. Hanya perbedaan tinggi rendah sajalah yang menjadikannya dua macam. Dan Sang Maha Bijaksana telah mengemukakan tatanan akhlak dengan cara demikian sehingga melaluinya manusia dapat maju dari akhlak rendah mencapai akhlak tinggi.
Ketiga, Dia berkehendak manusia tenggelam dalam kecintaan dan keredhaan Sang Maha Penciptanya Yang Hakiki, serta segenap wujudnya menjadi milik Allah. Inilah suatu tingkat yang untuk mengingatkannya, maka agama orang-orang muslim telah diberi nama Islam. Sebab, yang disebut Islam ialah penyerahan diri secara sempurna kepada Tuhan dan tidak menyisihkan sesuatu bagi dirinya sendiri, sebagaimana Dia berfirman dalam Surah Ali Imran ayat 32: Katakanlah kepada mereka, jika kamu cinta kepada Allah, maka ikutilah aku, dan berjalanlah pada jalanku supaya Allah pun cinta kamu dan mengampuni dosa-dosamu. Dan Dia adalah Maha Pengampun dan Maha Penyayang.

Kekasih adalah Esa
yang tidak berawal maupun berakhir.
Ketika engkau temukan Dia,
engkau tak akan mengidamkan yang lain.
Di lah Yang Maha Lahir dan Yang Maha Batin.
Air asin dan air tawar selamanya terpisah di dunia ini.
Tinggalkanlah keduanya.jalan teruslah sampai Sumbernya.
[Jalaludin Rumi]

Etika Cinta

Kesalahan ada pada orang yang menyalahkan.
Ruh melihat tidak perlu ada yang dikritik.
Kawan-kawan menjadi musuh karena kita melihat mereka sebagai terpisah dari kita.
Namun, dalam kenyataannya, kita bertengkar dengan diri kita sendiri.
Meskipun engkau tidak mempunyai kesalahan yang sama dengan orang yang engkau kritisi, mungkin engkau akan membangun kesalahan itu dalam hidupmu kelak.
Pikirkanlah hal itu!
Dunia adalah sebuah gunung dan perbuatan kita adalah teriakan-teriakan
yang bergema kembali kepada kita.
[Jalalaludin Rumi]

Sedulurku tercinta, sudah seyogianya aku permaklumkan bahwa setiap penganut salah satu kitab, yang olehnya dianggap sebagai kitab dari Tuhan, hendaknya menerangkan dan mengedepankan tiap-tiap masalah dengan mengambil keterangan-keterangan dari kitab itu juga dan dalam memelihara lingkup hak pembelaannya ia tidak memperluas jangkauannya demikian jauh, sehingga ia seakan-akan mengarang suatu kitab baru. Upaya ini sebagai ekspresi berbagi cahaya Cinta dengan sesama tanpa batas melalui cara menguraikan keindahan-keindahan keberagamaanku sebagai seorang muslim, yang berdasar pada Kitab Suci Al-Qur'anul Karim, serta akan menyuguhkan kesempurnaan-kesempurnaannya dengan cara menulis segala uraianku sesuai dengan acuan atau penjelasan atau kutipan dari ayat-ayatnya sehingga di tengah puing peradaban sekalipun bisa bersama diciptakan Taman Kebahagiaan di Bumi ini, kalau ingin tahu wujudnya adalah kerukunan dan kebersamaan itu, teriring do'a: semoga Dia berkenan membantuku dalam usaha ini, amin yaa Rabbal'alamin.

Sedulurku tercinta, perlu disadari bahwa manusia itu punya tiga macam keadaan [pembawaan alami, akhlaki dan rohani], bagai tiga mata air yang daripadanya memancar keadaan-keadaan itu secara terpisah.

Seorang manusia adalah sebuah belantara.
Waspadalah bila engkau berasal dari Nafas Ilahi.
Ada ratusan dan ribuan serigala dan babi liar tengah menanti di sana.
Hutan ini penuh dengan setan dan peri.
[Jalaludin Rumi]

Keadaan Pertama: Nafs Ammarah.
Sumber perdana yang merupakan pangkal dan daripadanya timbul semua keadaan pembawaan alami [thabi'i] manusia, yang menurut panduan Cinta [Al-Qur'anul Karim] sebagaimana difirmankanNya dalam Surah Yusuf ayat 54, di mana ciri khas nafs ammarah bahwa ia membawa manusia kepada keburukan yang bertentangan dengan kesempurnaannya serta bertolak belakang dari keadaan akhlaknya dan ia menginginkan manusia supaya berjalan pada jalan yang tidak baik dan buruk itu.

Jadinya, melangkahnya manusia ke arah pelanggaran dan keburukan adalah suatu keadaan yang secara alami menguasai dirinya, sebelum ia mencapai keadaan akhlaki. Sebelum manusia melangkah dengan dinaungi oleh akal dan makrifat [pengetahuan], keadaan ini dinamai keadaan thabi'i [pembawaan alami]. Bahkan seperti halnya hewan-hewan berkaki empat, di dalam kebiasaan mereka makan-minum, bangun tidur, menunjukkan emosi dan naik darah, dan begitu juga kebiasaan-kebiasaan lainnya, manusia ikut kepada dorongan thabi'inya itu. Dan manakala manusia tunduk kepada akal dan makrifat serta memperhatikan timbang rasa, maka saat itu keadaan tersebut tidak lagi dinamakan keadaan-keadaan thabi'i, melainkan saat itu keadaan-keadaan ini disebut keadaan-keadaan akhlaki.

Bergeraklah seperti embrio,
Kembangkan panca indra yang dapat melihat Cahaya.
Matangkan dalam dunia-rahim ini,
dan persiapkan untuk kelahiran keduamu
dari dunia menuju ketakterhinggaan.
[Jalalaludin Rumi]

Keadaan kedua: Nafs Lawwamah.
Inilah keadaan akhlaki, sebagaimana firmanNya dalam Surah Al-Qiyamah ayat 3, di mana Aku [Allah] bersumpah dengan nafs [jiwa] yang menyesali dirinya sendiri atas perbuatan buruk dan setiap pelanggarannya. Nafs lawwamah ini merupakan sumber kedua bagi keadaan-keadaan manusia yang daripadanya timbul keadaan akhlaki, dan sesampainya ke martabat itu manusia terlepas dari keadaan yang menyerupai keadaan hewan-hewan lainnya. Jadi, dengan meningkatnya dari keadaan nafs ammarah kepada keadaan nafs lawwamah, yang merupakan kemajuan, ia layak menerima penghormatan di sisi Allah.

Dinamai lawwamah karena dia mencela manusia atas keburukannya dan tidak senang kalau manusia bertingkah-laku sewenang-wenang dalam memenuhi keinginan-keinginan thabi'inya dan menjalani hidup seperti hewan-hewan berkaki empat. Bahkan ia menghendaki supaya manusia menghayati keadaan-keadaan yang baik serta memiliki budi pekerti luhur, dan dalam usaha memenuhi segala keperluan hidupnya manusia jangan sekalipun melakukan pelanggaran, dan ia menghendaki agar perasaan-perasaan serta hasrat-hasrat thabi'inya diberi penyaluran yang sesuai dengan pertimbangan akal. Jadi, karena dia menyesali tindakan yang buruk, maka ia dinamai nafs lawwamah, yaitu jiwa yang sangat menyesali.

Walaupun nafs lawwamah tidak menyukai dorongan-dorongan thabi'i, bahkan selalu menyesali dirinya sendiri, akan tetapi dalam melaksanakan kebaikan-kebaikan ia belum dapat menguasai diri sepenuhnya. Kadang-kadang dorongan-dorongan thabi'i mengalahkannya, kemudian ia tergelincir dan jatuh. Bagaikan seorang anak kecil yang masih lemah, walaupun tidak mau jatuh, namun karena lemahnya ia jatuh juga, lalu ia menyesali diri sendiri atas kelemahannya itu. Inilah merupakan keadaan akhlaki bagi jiwa ketika di dalam dirinya telah terhimpun akhlak fadhilah [budi pekerti luhur] dan dia sudah jera dari kedurhakaan, akan tetapi belum lagi dapat menguasai diri sepenuhnya.

Maukah engkau tumbuh?
Maka, isaplah ajaran-ajaran ini seakan-akan payudara Ibumu.
Ikutikah aromanya yang harum menuju Taman Kebahagiaan.
Bersihkan cermin jiwamu hingga memantulkan Cahaya.
Cari tahulah demi kebaikan dirimu.
Gunakan waktumu dengan bijak,
sebelum engkau dihukum sebagai seorang yang bangkrut.
Jangan tunggu esok hari!!!
[Jalaudin Rumi]

Keadaan Ketiga: Nafs Muthmainnah.
Inilah keadaan-keadaan rohani, panduan Cinta menyebut sumber ini nafs muthmainnah, sebagaimana difirmankanNya dalam Surah Al-Fajr ayat 28-31, Hai jiwa yang tenteram dan mendapat ketentraman dari Tuhan! Kembalilah kepada Rabbmu! Kamu senang kepadaNya dan Dia senang kepadamu. Maka bergabunglah dengan hamba-hambaKu dan masuklah ke dalam surgaKu.

Martabat inilah dimana manusia memperoleh keselamatan dan kebebasan dari segala kelemahan, lalu dipenuhi oleh kekuatan-kekuatan rohaniah dan sedemikian rupa melekat jadi satu dengan Tuhan sehingga ia tidak dapat hidup tanpa Dia. Inilah musim perayaan itu.

Tuhan sedang menantimu untuk melumuri tanganmu dengan maduNya.
Dia telah melakukan permainan petak-umpet,tetapi kini tempat tinggalNya di hatimu.
Bukalah pintu hati!
Engkau mengandung Tuhan,lahirkan anak-cintamu.
Biarkan cinta nan manis membasuhmu hingga bersih dari kepahitan.
Mabuklah dengan pengbdian sampai engkau tidak mengetahui keadaan yang sebenarnya.
Tanggalkan konsep-konsep yang menyelubungi kesadaran dan kenalilah kesadaran yang sesungguhnya.
Itulah pintu masuk Hadirat Ilahi.
[Jalaludin Rumi]

Dari sinilah manusia akan menciptakan perubahan-perubahan yang gilang gemilang, dan di dunia ini ia akan bisa merasakan suasana surga, ia akan memperoleh pemeliharaan dari Tuhan. Dan kecintaan Tuhan merupakan makanan baginya, dari mata air pemberian kehidupan inilah ia akan mereguknya, dan ia akan terlepas dari keterpenjaraan dunia ini, sebagaimana firmanNya Surah Asy-Syams ayat 10-11, barangsiapa yang membersihkan jiwa dari hasrat-hasrat duniawi, sungguh ia telah selamat dan tidak akan binasa. Akan tetapi barangsiapa yang membenamkan dirinya dalam hasrat-hasrat duniawi, yang merupakan dorongan-dorongan thabi'i, sungguh telah putus asalah ia dari hidup ini.

Cinta menjadikan manis segala yang pahit.
Cinta mengubah tembaga menjadi emas.
Dengan cinta kotoran tenggelam menjadi kebersihan.
Dengan cinta penderitaan berakhir.
Cinta menghidupkan kemali yang mati.
Cinta mengubah raja menjadi hamba.
Cinta adalah perwujudan makrifat.
Bagaimana mungkin seorang yang pandir duduk di atas singgasana seperti itu?
[Jalaludin Rumi]

Dunia Cinta

Sedulurku tercinta, pagi ini aku melihat berita adanya sampah yang menggunung setelah perayaan tahun baru, dan tentu barang-barang itu tadinya merupakan sesuatu yang sangat mempesona jiwa-jiwa, setelah merasakan isinya dibuanglah kulit atau wadahnya. Dalam sebuah taman kota tentu sudah tersedia bak sampah, namun karena kuantitas sampah yang sedemikian banyaknya maka orang membuangnya begitu saja, di mana mereka mau.

Aku lihat plastik-plastik pembungkus makanan,terompet-terompet yang hancur, bungkus mercon, sisa-sia makanan, bahkan ada kaos-kaos yang lusuh disapu bersih oleh petugas pembersih kota. Dengan adanya sampah ini terbayang olehku sebelumnya, dibalik bungkus-bungkus itu ada makanan yang mereka rasakan, dibalik terompet-terompet itu ada suara-suara menggesa menembus asa, dibalik sisa-sia makanan itu ada yang tak tertampung di perutnya, dibalik kaos-kaos lusuh itu ada pesona temporal yang membalutnya, dibalik semua yang terbuang itu ada kegembiraan yang dibawa pulang ke rumahnya, setelah lelah, setelah lunglai, setelah payah, setelah, setelah, setelah, setelah.

Bekas dari kegembiraan sesaat ini ternyata punya matarantai, dimana kelelahan ini dibaringkan, dimana melilitnya perut karena kekenyangan itu pada ujungnya akan dibuang, dimana semua kehendak nafsunya itu akan di letakkan. Ternyata ujung dari kegembiraan sesat ini tergiring pada pembaringan di tempat tidur, ternyata kekenyangan atas kehendak-kehendak itu berujung pada pencarian toilet-toilet, bahasa kasarnya kakus, bahasa "keren"nya WC itu. Pada saat yang sama aku melihat peristiwa ini, terbayang olehku saat itu Kanjeng Nabi SAW berdiri di dekat tempat sampah, lalu beliau bersabda: Mari kita lihat dunia! Kemudian beliau mengambil pakaian usang dan rusak di tempat sampah itu, berikut beberapa tulang yang hancur. Beliau bersabda: Inilah dunia, sebagai lambang bahwa perhiasan dunia akan rusak seperti pakaian ini, dan tubuh-tubuh yang engkau lihat akan hancur seperti tulang-tulang ini, sesungguhnya dunia adalah sesuatu yang manis dan hijau, dan Allah menciptakan kamu sebagai penguasanya, dan Dia selalu memicing bagaimana kamu memperlakukan dunia, sesungguhnya bangsa Bani Israil telah diberhasilkan urusan dunianya, dan mereka berhamburan gemerlap perhiasan, wanita, wangi-wangian dan pakaian.

Aku yakin, tukang pembersih sampah-sampah itu terpercik cahaya di hatinya sebagaimana sabda Kanjeng Nabi itu, mereka tidak merasakan pesona pestanya tetapi menetes dihatinya pesona cahaya yang menjadikan mereka tidak sekedar tukang sapu dan pembersih kota, tetapi pembersih kotoran yang berujung pada kesimpulan bahwa dunia bagai sampah itu, merekalah pembersihnya. Tukang sapu kalau demikian bisa dibaca bukan sekedar cinta dunia, tetapi menanjak merasakan dunia cinta yang sangat mendalam, semoga.

Kanjeng Nabi SAW juga mengisahkan ketika Nabi Adam as makan buah khuldi bersama Ibu Hawa, maka perutnya melilit-lilit ingin memuntahkan kotoran, dan tidak dijadikan makanan sesuatupun kecuali buah ini, maka dari itu keduanya dilarang untuk memakannya, maka Nabi Adam as kemudian bergerak mengitari surga, dan Allah mengutus malaikat untuk menanyainya. Dia berfirman: Katakan apa yang dia kehendaki? Nabi Adam as pun menjawab: Aku ingin membuang kotoran yang menusuk dalam perutku. Difirmankan kepada malaikat: Katakan padanya, dimana kamu ingin membuangnya? Di atas tempat tidurkah, tahta, sungai-sungai atau dibawah pepohonan? Apakan ada tempat di sini yang pantas untuk itu? Maka turun sajalah ke dunia....

Kawan-kawan, kini kita anak cucu Nabi Adam as berada di dunia, maka kisah di atas mengajarkan akan kesadaran bahwa dalam ranah Cinta kita tidak perlu putus asa, karena Cinta bisa mensucikan segala yang najis, maknanya mari yang material kita rokhaniahkan, yang benda kita transedenkan, yang duniawi kita ukhrawikan sesuai dengan panduan Cinta yang diamanatkan kepada kekasih-kekasihnya itu, pada kesimpulan yang baku Kanjeng Nabi saw menyatakan: Dunia adalah ladang Akhirat itu....

Alangkah indahnya--dalam pandanganku, tukang-tukang sapu itu, jazakumullah....

Minggu, 08 Mei 2011

Buih Cinta

Sedulurku tercinta, ada pepatah: kuman di seberang lautan tampak sementara gajah di pelupuk mata tidak tampak, dalam ranah Jawa ada ungkapan: lihatlah tengkukmu sendiri [delengen ghithokmu dewe]. Pernyataan ini tentu hasil dari perasan pengalaman hidup, dimana orang sering cermat mengomentari dan mendiagnosa keburukan orang lain sementara ia lupa kepada keburukannnya sendiri, yang amat sangat besar. Makanya Dia melarang untuk bersikap demikian, disamping lucu tetapi juga menunjukkan kebodohan itu sendiri. Kuncinya adalah: siapakah orang lain itu? Padahal dalam ranah Tauhid Kesatuan, orang lain itu sebenarnya adalah diri kita sendiri.

Lihatlah pernyataan Kanjeng Nabi SAW, bahwa merawat satu orang pahalanya sama dengan merawat seluruh manusia dan membunuh satu orang dosanya sama dengan membunuh semua manusia. Dalam berbagai tulisan aku sampaikan ungkapan Rumi, bahwa dunia bagai sebuah gunung itu, dimana baik dan buruknya tergantung suara kita itu, dan akan kembali kepada kita, baik buruk itu.

Jadinya, kalau aku melihat tulisan atau ungkapan serta tindakan yang mencitrakan keburukan orang lain, maka aku tersenyum saja dengan asumsi: lucu dan silahkan sakit hati sendiri. Mustinya, semua kejadian ini harus direnungkan dan diselami dari sudut pandang yang orkrestatif itu, sehingga nanti ujungnya akan menetes kesadaran bahwa tidak ada yang salah dalam dunia ciptaanNya, kalau orang Jawa paling banter akan menggesa dengan sebuah huruf: Oooo, yang dijadikan suluk dalam dunia pewayangan itu. Makanya orang Jawa punya cara pengalihan yang agung bila menyangkut kritik keburukan dalam bentuk dialihkan kepada wayang, yang asli maknanya adalah bayang-bayang itu, bayang-bayang untuk menerangkan karater, bukan menuding manusianya. Bayang-bayang itu selubung, yang menunjukkan bukan aslinya, sehingga manusia harus ekstra hati-hati manakala menyangkut orang lain, soal keburukan itu, sebab kalau tidak hati-hati maka ia akan berseberangan dengan kehendak CintaNya.

Andai kita memandang samudra, jangan hanya sebatas buihnya karena cara ini akan menutupi semua keberadaan yang terkandung dalam samudra itu, artinya [lagi-lagi] jangan memandang bagian-bagiannya namun pandanglah kemenyeluruhannya itu. Andai benar bahwa buih itu kita pandang, maka ketahuilah bahwa dalam metabolisme samudra buih-buih itu akan diproses dan dikemas menjadi pasir yang indah di pinggir pantai....

Kawan-kawan, kecanggihan sarana media jangan menjadi corong atas kebodohan kita dalam hal menghakimi dan mengomentari pihak lain, jadikan saja kecanggihan sebagai sarana ini untuk tujuan berbagi Cinta dan kasih sayang di bumi, misalnya soal sepakbola nanti malam. Kalau toh ada ketegangan itupun sebagai bunga-bunga, dan aku yakin ketegangan yang tetap disemangati Cinta, pada ujungnya akupun mendendangkan suluk: Oooo.... Bumi gonjang-gajing, Langit kelap-kelap "katon"....

Punten.

Doa Cinta

Ya Allah,
Temani aku dengan sebaik-baiknya teman dari sisiMu
dari sahabat dan tetanggaku
Anugrahilah kepada mereka kemampuan untuk menjalankan sunnahMu
Biarlah mereka mengambil pahala dariMu
dengan memperkuat yang lemah di antara mereka
mencukupi yang kurang di antara mereka
mengunjungi yang sakit di antara mereka
memberi petunjuk bagi mereka yang membutuhkan
menasehati mereka yang memerlukan
mendatangi mereka yang kembali dari perjalanan
menyembunyikan rahasia mereka
menutupi aib-aib mereka
membenahi kesalahan mereka
bersama dengan mereka dalam kebaikan
menemui mereka dengan harta yang berkecukupan
dan memberi mereka apa yang mereka butuhkan sebelum mereka memintanya

Biarkan aku membalas kesalahan mereka dengan kebaikan
menjauh dari kezaliman mereka dengan kesabaran
memandang mereka dengan prasangka baik
menemani mereka dengan pengabdian
menelungkupkan pandanganku dengan penghormatan
mendekatkan diri kepada mereka dengan kasih sayang
membahagiakan mereka dengan cinta yang tiada putusnya
berikan kepada mereka sebagaimana aku berikan kepada keluarga terdekatku
perhatikan kepada mereka sebagaimana aku perhatikan pada sahabat-sahabat dekatku

Berikan kepada mereka pengetahuan untuk mengetahui keutaman hidup
sehingga mereka beruntung berteman denganku
dan aku beruntung bersahabat dengan mereka.
Amin ya Rabbal'alamiin.

Natal Cinta

Sedulurku tercinta, dalam kamus bahasa Indonesia, natal itu ada dua makna, pertama bermakna mengenahi kelahiran manusia, sementara yang ke dua bermakna mengenahi kelahiran Isa Al Masih. Terlepas dari kepentingan primordial maka makna kedua-duanya tentu bukan masalah lagi, karena semua bisa digiring pada reposisi yang "empan papan" itu.

Kata dalam ranah Cinta bisa difahami sebagai bayang-bayang jiwa, lah jiwa itu dari mana kalau bukan dari pantulah Sang Ruh itu sendiri, sehingga bila kata bukan sekedar dipakai dalam sarana komunikasi maka kata bisa mengantarkan hubungan yang intim dengan tujuan-tujuan mulia--antar manusia itu, bahkan kata bisa menjadi suci dalam do'a-do'a atau munajat dengan Tuhan. Saudara-saudara kita yang beragama Nasrani hari ini merayakan Natal, tentu hati mereka bergetar atas lahirnya Isa Al Masih ini, sang juru selamat manusia. Aku yakin keberagamaan mereka tentu berakar dalam perasaan takjub atas misteri abadi, dimana mereka merasakan kekaguman dan keterpesonaan pada misteri keghaiban, dan bergerak dalam pencarian abadi untuk memperoleh jawaban pada teka-teki perenial, dengan kerinduan untuk menemukan kebenaran segala sesuatu, kebenaran yang universal dan absholut, yang berlaku bagi semua orang di semua tempat dan segala waktu.

Bila agama disadari dengan makna yang demikian, maka kehadiran agama-agama justru bukan menjadi ajang konfik malah agama-agama bisa disimbolisasikan sebagai jari-jemari Tuhan yang menjadi sentuhan lembut bagi manusia untuk keluar dari kegelapan menuju cahaya itu. Kalau toh mereka berkeyakinan bahwa Isa Al Masih itu sebagai anak Allah, yang mereka sebut Yesus Kristus, maka ini berada pada dataran personal sebagai komitmen kepada keyakinan untuk memelihara nilai-nilai dan berdasarkan pada penemuan nilai hakiki dan martabat individu serta dengan hubungannya dengan dunia realitas yang lebih tinggi, yakni Allah itu sendiri.

Dalam hal ini Rumi menyatakan: setiap ikat pinggang kependetaan, substansinya adalah pelayanan kemanusiaan. Dari sinilah, kita harapkan mengemuka sebuah sikap rasa hormat kepada pengikut semua agama lain, yang menolak pertikaian antar sektarian, fanatisme, dendam dan permusuhan kepada orang lain atas nama agama itu. Aku sendiri tidak mau bergabung dengan siapa pun yang secara spiritual menyadari kalau-kalau dia masih mengizinkan hatinya untuk membeda-bedakan pikiran antara apa yang disebut kebenaran sejati dan kesalahan ajaran, karena dalam diri manusia dalam penggapaian kepada yang misteri itu memiliki tingkatan sendiri-sendiri, yang diyakini sepenuhnya.

Kaitannya dengan ini Rumi menyatakan: orang yang menyembah berhala dengan tingkat kegairahan mencari, itu lebih baik daripada orang yang bersimpuh di masjid tetapi merasa sok suci. Lewat tulisan ini, aku ingin membangkitkan sebuah sikap persahabatan yang saling berbagi dan pelayanan kepada sesama umat manusia serta untuk mendukung perkembangan kualitas-kualitas manusia, dan melalui panutan masing-masing mereka menjunjung tinggi cita-cita ini. Sikap ini akan menetes pada kehalusan perkataan, sikap yang menyenangkan, air muka yang gembira, sifat derma, toleransi, sikap memaafkan mereka yang mengakui kesalahan, sampai pada mengabaikan kebajikan atau ketidak adilan orang lain.

Ada sebuah kisah, ketika ada orang yang berselisih dengan seorang Yahudi di pasar dan di tengah sengitnya perdebatan orang itu memanggilnya "anjing", saat itu Syeh Mansur Al Hallaj sedang lewat dan mendengar perkataannya, maka Syeh Mansur itu memandangnya dengan marah dan berkata: suruh "anjing"mu berhenti menyalak!!!, lalu beliau berlalu dengan geram. Orang itu lalu mencari Syeh Mansur, tetapi beliau berpaling melihatnya, beliau mau memandangnya setelah minta maaf dan membangun prasangka baiknya....

Kawan-kawan, tak seorang pun akan mencapai tingkatan kasih sayang kepada makhluk ciptaan, sampai dia menyadari pada tingkatan yang paling jauh untuk memberikan kepatuhannya kepada Tuhan. Selamat Natal kawan-kawan dan Tahun Baru 2011, mari bergandengan tangan dalam kafilah tak bertepi ini, menuju Sang Khaliq, Sang Ruh, Yang Satu itu....

Doa Cinta

Ya Allah,
Dunia dengan segala isinya ini milikMu
Dan aku mencintaiMu dengan mencintai dan menyayangi milikMu
Segala Puji bagiMu dalam kerelaan bagi semua hukumMu ini
Aku bersaksi Engkau membagikan penghidupan kepada semua hamba-hambaMu
Dan melimpahkan karunia kepada seluruh makhlukMu
Indahkanlah diriku dengan ketentuanMu
Legakanlah dadaku dengan tonggak-tonggak hukumMu
Anugrahilah kepadaku kepercayaan sehingga aku mengakui ketentuanMu tidak berlaku
kecuali untuk kebaikan
Jagalah aku dari menduga kehinaan hamba-hambaMu
Jangan uji aku dengan apa yang Engkau tahan dariku
sehingga aku iri hati kepada makhlukMu
dan menyesali ketentuanMu
Biarkan aku memasuki kerajaan abadiMu
selalu.
Amin ya Rabbal'alamiin.

Doa Cinta

Ya Allah, terhadap anakku
Anugerahkan kelangsungan hidupnya, kemaslahatannya,dan kegembiraannya
Panjangkan usianya dalam ke'asyikan taat kepadaMu
Sehatkan badan, akhlak, dan agamanya
Sejahterakan jiwa raganya dalam segala urusan
Alirkan rezekinya yang penuh berkah adanya.

Jadikan mereka orang-orang baik dan takwa
Yang punya pandangan dan pendengaran taat kepadaMu
Yang mencintai dan setia kepada kekasihMu
Pelihara hal-hal kecil yang dimilikinya
Kuatkan orang-orang lemah yang mengelilinginya saat berjarak dariku.

Cintaku kepadanya menjadikan kokoh badanku,lurus punggungku
Jadikan mereka mencintaiku, mendekatiku, menyayangiku walau aku sudah tiada
Jadikan mereka taat dan tidak membantahku, tidak durhaka dan berbuat salah kepadaku walau aku tiada
Aku rela tiada asal mereka ada
Aku rela menderita asal mereka tersenyum bibirnya
Aku rela terjaga asal mereka nyenyak tidurnya
Aku rela lapar asal mereka kenyang perutnya
Aku rela bekerja asal menjadi wasilah dan sarana cita-citanya.

Bantulah aku untuk merawat dan mendidik mereka
Anugerahkan kepadaku atas keberadaan mereka sebagai kebaikan bagiku
Anugrahilah mereka akan cintaMU, cintanya orang yang paling mencintaiMu
Dan cinta kepada barang serta amal yang mendekatkan cinta kepadaMu
Jadikan mereka pembantuku untuk menjadi aku lebih dekat kepadaMu.

Lindungi aku dan keturunanku dari keburukan
Kuyubkan aku dan keturunanku akan cinta dan kasih sayang selalu
Tempatkan aku dan keturunanku bersama orang-orang yang saleh,
orang-orang yang selalu bermunajat kepadaMU
orang-orang yang Kau kabulkan do'anya
orang-orang yang Kau ridloi
orang-orang yang tawakkal kepadaMu
orang-orang yang terbiasa berlindung kepadaMu
orang-orang yang beruntung karena berdagang denganMu
mereka yang terlindung dalam naunganMu
mereka yang mendapat anugrah dalam limpahan nikmatMu
mereka yang dimuliakan setelah menghinakan dirinya di depanMu
mereka yang dilindungi dari kesalahan melalui keadilanMu
mereka yang terhindar dari kecelakaan melalui kasih sayangMu
mereka yang dicukupkan dari kemiskinan dengan kekayaanMu
orang-orang yang karena ketaqwaannya Kau lindungi dari dosa, lalai dan kesalahan
orang-orang yang beramal saleh, dan mendapat pahala karena ketaatannya kepadaMu
orang-orang yang Kau lindungi dari dosa melalui kekuatanMu
orang-orang yang Kau cegah dari berbuat maksiat kepadaMu
orang-orang yang berada di dekatMu.

Anugrahilah pada saudaraku, muslimin dan muslimat, mukminin dan mukminat
dan semua hambaMu apa yang aku minta dariMu
bagiku dan anak-anak istriku
Sungguh Engkau Maha Dekat
Maha Pengasih dan Penyayang
Amin ya Rabbal'alamiin....

Doa Cinta

Ya Allah,
Kepada kedua orang tuaku,
Terutama Ibuku :

Rendahkan kepada mereka suaraku
Indahkan kepada mereka ucapanku
Haluskan kepada mereka tabiatku
Jadikan aku orang yang sangat mencintai mereka
Balaslah kebaikan mereka karena telah mendidikku
Berikan kepada mereka ganjaran karena telah memuliakanku
Jagalah mereka sebagaimana mereka memelihara pada masa kecilku

Untuk setiap derita yang menimpa mereka karenaku
Untuk setiap hal yang tidak enak yang mengenai mereka karenaku
Untuk setiap hak mereka yang aku abaikan
Jadikanlah hal itu menghapus terhadap dosa mereka
Jadikanlah ketinggian dalam drajat mereka
Jadikanlah kelebihan dalam kebaikan mereka

Untuk setiap pembicaraan mereka yang melanggar batas terhadapku
Untuk setiap perbuatan mereka yang berlebihan terhadapku
Untuk setiap hak aku yang mereka lalaikan
Untuk setiap kewajiban terhadapku yang mereka abaikan
Semua sudah aku berikan kepada mereka dan aku ikhlaskan atas mereka
Karena aku tidak mendakwa kepada mereka terhadap diriku
Aku tidak menganggap mereka lambat dalam pelayanan kepadaku
Dan aku tidak membenci cara mereka memperlakukanku

Mereka mempunyai hak terlalu besar dari diriku
Kebaikan yang terlalu utama terhadapku
Pemberian yang terlalu banyak bagiku
Sehingga aku tidak dapat membalasnya dengan adil
Atau memberikan kepada mereka imbalan yang sepadan
Bagaimana harus kubalas budi mereka lamanya kesiukannya mengurusiku
Dan penanggungan meraka akan derita untuk keluasan diriku

Aku tidak akan bisa memenuhi hak mereka terhadapku
Aku tidak mampu melaksanakan kewajiban kepada mereka
Aku taidak sanggup menjalankan kewajibanu untuk melayani mereka
Jangan jadikan aku orang yang durhaka kepada mereka pada hari perhitungan
Jangan jadikan aku lupa untuk menyebut mereka sesudah shalatku
Pada saat malam-malamku, pada saat siang-siangku

Jika ampunanMu datang lebih dulu kepada meraka izinkan mereka memaafkanku
Jika ampunanMu datang lebih dulu sampai kepadaku izinkan aku memaafkan mereka

Sehingga dengan kasih sayangMu kami berkumpul di rumah muliaMu
Sungguh Engkau pemilik karunia yang besar dan anugerah abadi.
Amin ya Rabbal’alamin…

Semi Cinta

Sedulurku tercinta, Ibumu, Ibumu, Ibumu. Mengingat Ibu adalah mengenang Cinta yang telah ditunaikan dan kita tak mampu membalasnya, sampai mati. Mengenangnya adalah bagai mengamati musim semi kehidupan, dimana diri kita mengalami masa pertumbuhan. Masa dimana jiwa kita merasakan aroma harum dari cintanya, menuju Taman Kebahagiaan.

Dari payudaranya lah tubuh kita berkembang, dari cintanya lah jiwa kita mengembang, sehingga kita tak mengalami keterpenjaraan hidup ini. Rahimnya adalah busur yang menjadikan kita bagai anak panah yang terlepas menuju kebebasan dengan cara terus berkembang, ya terus berkembang. Dibalik busur ini, ada Dia yang Maha Pembidik menganugrahi kita cermin bening yang bernama kalbu, untuk memantulkan CahayaNya, dan ditebarkan di persada sebagai rahmat ini. Senyumnya mengisyaratkan pesan: Jangan cari barang usang, cari tahulah kamu demi kebaikan dirimu, jangan mengejar bayang-bayang, peluklah misteri Cinta, jangan sekedar mengagumi sebuah kendi, minum dan reguklah isinya, gunakan waktumu dengan bijak sebelum engkau dihitung sebagai orang yang bangkrut, jangan tunggu esok hari, intinya adalah sekarang, menyelamlah dalam Sungai Transformasi dan berenanglah menuju Samudra Cinta.

Saat yang lain, senyum Ibu itu mengisyaratkan pesan lagi: jangan kaget, Dia kadang melakukan permainan petak-umpet denganmu, tetapi jangan lari karena tempat tinggalNya adalah di hatimu, bukalah pintu hati, engkau mengandung Dia yang akan melahirkan anak cintamu, biarkan cinta nan manis membasuhmu hingga bersih dari kepahitan, mabuklah dengan pengabdian sampai engkau tidak mengetahui keadaan dirimu sebenarnya, berhentilah terlampau rasional karena itu tak akan membawamu ke mana-mana, usahakan spontan hidupmu, cobalah sedikit kegilaan, kenalilah kesadaran yang sesungguhnya, di sana engkau akan bisa masuk ke Hadirat Ilahi, engkau akan tahu kapan engkau mendapatkan apa yang tengah engkau cari, dalam cinta tak membutuhkan sertifikat sebagai bukti, cinta tak ada keraguan, kejarlah momentum, sekarang juga.

Masih dalam senyum Ibu, terbaca sebagai isyarat kata-kata: jangan berpaling, ratapilah dengan pedih bagai lengking seruling, ini akan membuatmu tulus, seolah engkau ditelantarkan olehNya, tetapi tidak, tetaplah pilihanmu, Kekasih tengah menanti engkau untuk tenggelam dalam lautan ketiadaan diriNya. Pada kali yang lain senyum Ibu itu berpesan mendalam: jangan takut akan kematian, karena ia bukanlah hal yang buruk, setiap kematian akan membawamu lebih banyak kehidupan, tanpa kematian tidak ada kelahiran kembali, engkau telah menjalani kehidupan tak terbilang dan mengalami kematian tak terhitung dalam proses evolusi tanpa akhir ini, kematian akhir tidak berhubungan dengan raga, ini karena kematian dirimu karena berpisah dengan Tuhan, engkau bagai berdiri di tepi samudra CintaNya, terjunlah ke bawah ombak besar perpisahan, menyelamlah ke kedalaman misteri Cinta ini, larutkan dirimu dalam samudra itu, bagai seekor ngengat di seputar lilin, biarkan dirimu terseret tanpa daya dalam api sampai engkau terlumat, pecinta memilih api karena mengetahui rahasia dibalik api ada kematangan, dibalik kejauhan ada kedekatan, dibalik kenajisan ada kesucian, dibalik keberatan ada keringanan, dibalik lempung ada mutiara, dibalik derita ada bahagia, dibalik selubung semesta ada Dia, ada Dia, ada Dia, ada Dia, Dialah yang melumuri tanganmu dengan maduNya, ada satu hal di dunia ini yang tidak pernah boleh dilupakan, bila kau melupakan hal lain, tetapi mengingat hal ini engkau tak akan menyesal selamanya, namun jika engkau mengingat hal lain tetapi melupakan hal yang satu ini maka engkau belum mengerjakan apa pun dalam hidup ini, bagai seorang raja telah mengutusmu ke sebuah negri asing untuk melakukan tugas khusus, jika kau pergi menjalankan seratus tugas lainnya, maka engkau belum menyelesaikan apa pun, inilah kehadiranmu di dunia ini untuk suatu tugas khusus, inilah yng dinamakan perjalanan spiritual, memasuki misteri kehidupan dan kematian, menyatu dengan Tuhan, siapakah Tuhan itu, Dia adalah Kesatuan dari segala sesuatu yang ada, Di adalah yang nyata dan yang misteri, Dialah Allah, Dia adalah kekuatan Cinta di dalam kalbumu....

Kawan-kawan, carilah abstraksi senyum Ibumu yang indah itu, mengenang senyumnya maka akan mengenal Cinta, mengenang senyumnya menyeka derita, mengenang senyumnya mengembang cita, mengenang senyumnya bersemilah taman dalam kalbu kita, semi Cinta....

Mahkota Cinta

Sedulurku tercinta, ketika aku merasa terpercik dari percikan percikannya tetesan Cinta, benar adanya bahwa dunia tak mau menerimaku kecuali sebagai orang asing itu--pesan Kanjeng Nabi, namun dari sinilah aku merasa akan kehadiranNya, kalau boleh disebut bukan aku yang berkuasa tetapi Dia lah yang bermahkota. Bukan aku nahkoda hidup ini tapi Dia yang menahkodai itu. Penggiringan pada titik ini ternyata butuh peranan dari semesta, maka apa dan siapa yang menyingkirkanku seharusnya aku ucapkan terimakasih yang tiada tara kepadanya, ternyata peranan mereka lah--walau pahit--membanting diri, menuju fana itu.

Dalam posisi Dia bermahkota, aku harus menyerahkan seluruhnya bila Dia memerintahkan. Bagaimanapun dunia bukan surga, dan tak mungkin diubah menjadi surga, dunia adalah dunia. Dan di dunia, tiap dua orang atau lebih bertemu, langsung lahir kepentingan dan pamrih-pamrih. Kepentingan dan pamrih-pamrih tak selamanya buruk, tetapi bila upaya meraih atau mewujudkan kepentingan dan pamrih-pamrih tadi orang yang satu berbenturan dengan orang lain, kelompok yang satu dominan atas kelompok yang lain, maka ketegangan pun muncul secara otomatis.

Di altar Cinta, sebenarnya ketegangan adalah bunga-bunga mekar, yang menyemarakkan suasana, bagai memoles kecantikan yang sedang ditata dan dibangun. Makanya di ranah Cinta, manusia mustinya bersitegang dengan semangat Cinta itu. Sederhana persoalannya, bahwa tiap diri kita mungkin perlu, atau malah wajib meneropong diri kembali, adakah kita ini memang benar telah bersikap mulia, dan benarkah orang-orang lain berseberangan dengan kemuliaan kita. Dengan ini, ketegangan demi ketegangan akan dengan sendirinya surut. Kemuliaan kita yang memancar dari kekuasaan yang agung akan bertemu, dan kawin mawin dengan kemuliaan orang lain. Kedamaian pun kemudian muncul, dan kedamaian itulah reposisi Dia bermahkota itu. Sebaliknya kekerasan macam apa--dalam sejarah--yang pernah membawa rasa tenteram, dan makmur bagi alam semesta?

Cinta, kita tahu bukan sekedar satu dua tiga unsur, tetapi Cinta beroperasi pada wilayah kesadaran yang orkrestatif unsurnya, yang kita perlukan, yang kita butuhkan, selalu. Ada kisah--oleh Gibran, seorang raja yang didemo oleh rakyatnya, tetapi sang raja tetap kalem menghadapi mereka, dengan lembut raja berkata: Kawan-kawanku, yang tak akan menjadi kawanku lagi, dengan ini ku serahkan mahkota dan tongkat kerajaanku, aku akan menjadi salah seorang diantara kamu. Suasana senyap, alam penuh ketulusan yang memancar dari Baginda Raja terbaca: Kini, engkaulah yang menjadi raja, aku akan bekerja keras di ladang seperti yang lain agar hidup menjadi lebih enak bagi semuanya, ambillah mahkota ini, untukmu semua. Rakyat lalu menyatakan kekagumannya, tidak disangka, begitu mudah raja menyerahkan mahkota dan tongkat kerajaan, lalu raja bekerja seperti rakyatnya, di ladang.

Ternyata tanpa raja, keadaan tetap muram, kabut kekecewaan tetap menggantung di langit jiwa, kehidupan kacau lagi, rakyat gemuruh lagi, jiwa-jiwa gemuruh lagi. Mereka mencari raja lagi dan menggesa dengan tangis: Naiklah lagi ke tahta wahai Baginda, perintahkan kami dengan kekuasaan dan keadilan. Dunia fajar baru berembus ke seluruh negri dengan jiwa-jiwanya. Rakyat berdaulat suara mereka di dengar, mereka puas. Tapi suatu hari rakyat gemuruh lagi di bawah menara istana, mereka memanggil-manggil Baginda. Dengan anggun Baginda muncul di depan mereka: Apa lagi kehendak kalian? Tahtaku ingin kau cabut lagi? Tidak--jawab mereka dengan suara menggema ke langit, Engkaulah raja kami, Engkau telah membersihkan negri kita dari ular-ular berbisa, dan dari serigala, maka kami menghadapmu buat menghadiahkan lagu terimakasih, mahkotamu mulia, tongkatmu agung!!!

Bukan--jawab Baginda kalem, bukan, Engkaulah sekalian raja sejati, kita sekarang maju, mari, ini semua adalah jerih payahmu, aku hanya sarana bagi cita-citamu, aku cuma lantaran, aku hanya wasilah. Baginda masuk, rakyat bubar tetapi masing-masing merasa memegang mahkota di tangan kiri, sementara di tangan kanan memegang tongkat, tetapi mahkota dan tongkat yang sebenarnya ada di tangan raja....

Kawan-kawan, dari sanalah bisa kita abstraksikan kemana-mana, dalam hubungan manusia ini, kalau bisa demikian maka mimpi tentang suasana surga yang diturunkan Tuhan di Bumi menjadi nyata, bentuknya adalah kerukunan itu, bukan kekerasan....

Sakinah Cinta

Sedulurku tercinta, rahasianya Allah mencintai orang yang beriman karena ia itu di dalam kesehariannya melihat dengan pandangan iman, mendengar dengan pancaran keimanan dan berbuat dengan sinar keimanan, karenanya orang beriman itu hidup dalam bimbingan Allah, mengharap ridho Dia dan berharap rahmat Dia serta berserah diri dan tawakkal kepadaNya itu. Iman inilah yang disebut Rumi sebagai harta karun yang tak ternilai harganya tersembunyi di sudut hati, dan kalau ingin tahu wujudnya adalah Cinta itu sendiri.

Asumsinya adalah bahwa iman itu cabangnya banyak—70 lebih, diantaranya adalah: menyingkirkan duri dari jalan sampai kalimah tahlil Laailaaha illallah [ringan dibibir namun berat dalam mizan], dimana
tetesannya adalah berbentuk pelayanan semua, maka inilah essensi dari Cinta itu, pelayanan.

Dia itu Maha Berdiri sendiri, maka tidak membutuhkan makhluk, jika hamba mencintaiNya maka cinta itu harus dilimpahkan kepada makhlukNya, dalam bentuk pelayanan tadi. Mencintai makhluk di bumi, maka akan dicintai siapa yang di langit itu. Bagi pasangan suami istri yang mengarungi bahtera rumah tangga tentu tidak akan pernah lepas dari peran dan fungsi iman, wujudnya adalah Cinta itu, sehingga kelangsungan hidup dalam pernikahan akan semakin terasa hangat dan lestari, sehingga hal tersebut akan nampak meningkat ketaatan ajaranNya, dengan sendirinya ketenangan [sakinah] benar-benar hadir dan terwujud adanya--inilah sakinah Cinta.

Dari sinilah Kanjeng Nabi SAW menyatakan: Barang siapa berumah tangga maka baginya separuh agamanya telah tercapai. Orang yang memiliki Cinta, maka Cinta inilah yang akan menuntun hidupnya, sehingga menjadikan hidupnya lurus, karena dengan Cinta, ia akan mampu memilah mana yang benar dan mana yang salah menurut ajaranNya itu. Orang yang memiliki Cinta maka hatinya akan senantiasa dibimbing Yang Maha Cinta. Cinta dalam hati seseorang akan mendorongnya berbuat kebajikan, semakin kuat Cintanya maka semakin kuat pula ketaatan dalam berbuat kesalehan itu, hal ini berlaku siapa yang tidak kuat Cintanya maka ia akan malas berbuat kesalehan atau kebajikan. Cinta akan mampu juga untuk mengerem seseorang untuk berbuat maksiat atau kesalahan, semakin orang kehilangan Cinta maka Dia tak akan melindunginya efeknya godaan akan menjerumuskannya, kepada kehinaan itu. Cinta akan sanggup mengatasi juga dalam keresahan, karena kekuatan Cinta akan melahirkan kesabaran dan kepasrahan, dengan asumsi setiap goresan hidup pasti ada hikmahnya itu.

Dengan berorientasi akan CintaNya, maka seorang suami mencari nafkah keluarga, walau penuh derita dan kepayahan namun tidak dirasa karena selalu menatapNya, seorang istri penuh setia melayani suami dengan penuh keikhlasan karena mengharap kasih sayangNya, orang tua akan mendidik anak-anaknya dengan tulus karena menyakini bahwa anak adalah amanahNya yang harus dirawat sebagai perpanjangan cintaNya, anak-anak pun akan menghormati orang tuanya dengan mengenang cinta mereka itu yang tak akan tertebus olehnya, pembantu rumahtangga pun akan ikhlas bekerja dengan sepenuhnya karena tetesan cinta dari tuan rumahnya, dan masih banyak lagi kegiatan yang berlandaskan cinta itu, dalam keluarga....

Kawan-kawan, aku mendoakan dirimu semua: semoga senantiasa dianugrahi keluarga yang sakinah ini, suasana rukun damai, selalu setia dalam saling mencinta, dianugrahi anak cucu yang saleh dan salehah, dianugrahi rizki yang halal dan barokah, sehat jasmani dan rokhani, hatimu abadi dalam mengingatNya, dianugrahi umur panjang rajin ibadah, Dia selalu menaburi hatimu cinta kepada orang yang mencintaiNya, cinta kepada barang yang barang itu mendekatkan cinta kepadaNya, yang pada ujungnya mati dalam khusnul khatimah, amin-amin ya rabbal'alamiin....

Obat Cinta

Sedulurku tercinta, cinta itu sebenarnya adalah suatu penyakit, tetapi justru ia menyelamatkan penderitanya dari setiap penyakit--menjadi obat, jadi bila seseorang menderita penyakit cinta maka ia tidak akan pernah mengalami penyakit lain. Rumi sampai menyatakan: aku telah mati tetapi hidup kembali, aku adalah tangis tetapi kini aku tersenyum, Cinta datang dan mengubahku menjadi keagungan kekal.

Bila melihat kenyataan ini berarti cinta adalah kesehatan rohani, bahkan hakekat kesehatan, dimana para penggila kenikmatan akan membelinya, meskipun dengan mengorbankan seluruh kesenangan dan kenyamanan mereka, sekiranya para penguasa mengetahuinya niscaya mereka akan menghunuskan pedangnya demi meraih cinta itu. Lagi, Rumi lebih lantang bicara: Sungguh cinta tidak butuh alam. Jika terpikat dengan sang Kekasih dan meniadakan yang lainNya dianggap suatu kegilaan, maka aku adalah pemimpin orang-orang yang gila. Semua penderita sakit pasti berharap sembuh, kecuali penyakit cinta yang justru berharap agar penyakitnya semakin "parah".

Mereka suka bila kepedihan dan derita mereka semakin bertambah. Dalam cinta, kedengkian mencair sebagaimana garam dalam air. Cinta abadi adalah tongkat sihir, cinta bisa menyihir hati yang membatu dan kering serta karakter-karakter yang membangkang dan culas, lalu menggiringnya ke arah yang dikehendakiNya. Cinta yang murni akan mengubah musuh bebuyutan menjadi sahabat yang setia dan mengubah kebencian dan permusuhan menjadi kasih dan persahabatan. Cinta mampu membentuk dua kubu yang saling bertarung dan berperang menjadi satu kesatuan dan satu hati, jika ada anggota tubuh yang merasa sakit maka semuanya juga merasa sakit.

Bila kita cermati keadaan yang sedemikian dilematis pada berbagai sudut, maka satu hal yang dilupakan adalah berkurangnya cinta yang tidak ditebar di antara manusia. Cinta di hati ini adalah amanat langit yang bisa mensucikan segala yang kotor, tanah liat itu juga mengandung air tetapi tidak bisa dipakai membasuh ke dua tanganmu. Jangan dikira bahwa sesuatu yang berdebar di dada kita adalah hati. Sungguh hati lebih tinggi daripada langit yang tinggi, seperti hati para Nabi dan orang-orang pilihan.

Persamaan antara hati yang mati dan hidup hanya dalam kata [penamaan] dan kemiripan fisikal, keduanya dinamakan hati. Seperti penamaan air yang mengalir pada mata air yang jernih dengan air yang mengalir di sungai, keduanya dinamakan air. Begitu juga air yang bercampur tanah dan lumpur serta air yang ada di rawa-rawa, semuanya dinamakan air. Namun air yang pertama dapat memuaskan dahaga dan mensucikan pakaian, sedangkan yang kedua tidak dapat digunakan bahkan untuk cuci tangan atau menghilangkan kotoran dari pakaian.

Dari sinilah Rumi menyatakan: Kalian jangan tertipu oleh kata "hati" [jantung], hati bukan organ yang berdebar di dadamu tempat berkumpulnya syahwat dan ambisi. Bukanlah hati, sesuatu yang tidak merasakan cinta dan tidak mengenal makna "yakin" serta tidak memiliki kerinduan....

Kawan-kawan, rasakanlah itu, kalau sudah merasakan maka apa pun peraturan dariNya kita taati lalu akan membawa hati dari alam yang sempit ke alam yang lebih luas, dari cinta ke makhluk menjadi cinta kepada Khaliq, dari sini Cinta akan menjadi obat semua penyakit itu....

Reguklah Cinta, wahai kamu: diriku....

Merah Putih Cinta

Sedulurku tercinta, dalam filosofi warna, merah adalah simbol keberanian dan kesemangatan yang menyala sementara putih adalah simbol kesucian hati dan kebaikan budi pekerti itu. Warna ini menjadi bendera bangsa Indonesia, dimana kemerdekaan yang diperoleh disadari atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa, lalu didendangkan Gombloh: merah darahku, putih tulangku, menyatu. Memasuki dunia Jawa adalah memasuki dunia rimba raya simbolik, dimana bagi orang Jawa harus memiliki kekuatan merenung untuk mengetahui dibalik selubung simbol ini semua, wujudnya adalah semesta raya ini.

Watak ini tidak harus orang Jawa yang memilikinya, tetapi dimiliki juga oleh semua manusia, dimana kekuatan merenung ini bagian dari "ilmu hayat" atau "ilmu hidup"--orang Jawa bilang "ilmu teles"[basah] itu. Ilmu "teles" ini menghasilkan kesegaran jiwa-jiwa karena dipethik dari kesegaran perubahan yang abadi, dan terus menerus sehingga menuntut setiap orang untuk terjaga hatinya mengamati siklus jantera alam semesta.

Sementara pada sisi yang lain ada ilmu "garing" [kering], dimana ilmu ini bersumber dari teks kitab atau buku yang mana kata-kata itu adalah bayangan jiwa dan jiwa itu bersumber dari Dia itu juga. Pada galibnya kedua ilmu ini disebut "kauniyah" dan "qauliyah" itu. Terlepas dari heterogenitas makna, maka berkaitan dengan merah putih ini, ada tradisi "slametan" membikin bubur merah putih di dunia Jawa atau bubur "abang putih" di bulan Muharram atau bulan "Syuro"--terambil dari kata asyura[tanggal 10] bulan Muharram. Pada tanggal sepuluh ini, menurut titian sejarah terjadi peristiwa-peristiwa tragis yang dialami para kekasih Allah itu, diantaranya adalah: Ibrahim dibakar Namrut, Musa dikejar-kejar Fir'aun, Nuh menghadapi badai topan, Ayyub menghadapi problem amat berat dalam perjuangannya, Kanjeng Nabi terusir dari tanah kelahirannya dan hijrah ke Medinah, dan Sayyina Hussein terbunuh di Karbala oleh pemerintahan Yazid bin Abu Sofyan itu.

Dalam dunia teks memang tidak ada yang mengajarkan tentang simbol membikin bubur merah putih itu, tetapi dalam dunia hati dengan kerjanya yang "mengenang" itu maka akan nampaklah kehadiran peristiwa yang menyayat hati, demi kebenaran dan cinta yang suci itu, manakala melihat merah putih itu. Cinta selalu melintasi batas sekedar peraturan, tetapi meningkat pada dataran moralitas, dimana puncaknya adalah rasa malu bila melakukan sesuatu yang bersifat kegembiraan, sementara pada saat yang sama hadir di hatinya peristiwa yang menyayat hati manusia itu.

Misalnya, apa tega bila perut ini kenyang sementara tetangga sebelah kelaparan, apa tega membangun rumah yang mewah di tengah kekumuhan hunian sekelilingnya, apa tega di tengah saudara sakit gigi lalu bernyanyi-nyanyi, apa tega di tengan kita mengenang derita yang tak terperikan para kekasih Allah itu lalu kita melakukan kegiatan yang menunjukkan berlawanan dengan keadaan-keadaan beliau itu, apa tega kita melakukan pesta di tengah mengenang derita--misalnya--Sayyidina Husein yang ditengah kehausan dan kelaparan beserta keluarganya lalu dibantai oleh Yazid, dengan dipenggal kepalanya itu, kemudian dijadikan bola tendang di kaki-kaki tak berperikemanusiaan itu, apa tega, apa tega, apa tega, apa tega, apa tega, apa tega, apa tega, apa tega, apa tega, apa tega, apa tega, apa tega, apa tega, apa tega, apa tega, apa tega, apa tega, apa tega, apa tega, apa tega, apa tega, apa tega, apa tega, apa tega, apa tega, apa tega, apa tega, apa tega, apa tega, apa tega, apa tega, apa tega, apa tega, apa tega, apa tega, apa tega, apa tega, apa tega, apa tega, apa tega, apa tega, apa tega, apa tega, apa tega, apa tega, apa tega, apa tega, apa tega, apa tega, apa tega, apa tega, apa tega, apa tega, apa tega, apa tega, apa tega, apa tega, apa tega, apa tega, apa tega, apa tega, apa tega, apa tega, apa tega, apa tega, apa tega, apa tega, apa tega, apa tega, apa tega, apa tega, apa tega, apa tega, apa tega, apa tega, apa tega, apa tega, apa tega, apa tega, apa tega, apa tega, apa tega, apa tega, apa tega, apa tega, apa tega, apa tega, apa tega, apa tega, apa tega, apa tega, apa tega, apa tega, apa tega, apa tega, apa tega, apa tega, apa tega....

Kawan-kawan, ambillah hari atau bulan yang lain, carilah hari atau bulan yang lain, hadirkan darah merah yang muncrat dari leher kekasihNya itu, hadirkan kepala yang dijadikan bola para kuasa yang di dadanya tak ada cinta itu, kenanglah putih tulang para kekasihNya yang tegak karena cinta itu, merah putih Cinta berkibar tidak hanya pada lembaran kain itu, berkibarlah di hatimu, berkibarlah di hatimu, berkibarlah di hatimu, berkibarlah di hatimu, berkibarlah di hatimu, berkibarlah di hatimu, berkibarlah di hatimu, berkibarlah di hatimu, berkibarlah di hatimu, berkibarlah di hatimu, berkibarlah di hatimu, berkibarlah di hatimu, berkibarlah di hatimu, berkibarlah di hatimu, berkibarlah di hartimu, berkibarlah di hatimu, berkibarlah di hatimu, berkibarlah di hatimu, berkibarlah di hatimu, berkibarlah di hatimu, berkibarlah di hatimu, berkibarlah di hatimu, berkibarlah di hatimu, berkibarlah di hatimu, berkibarlah di hatimu, berkibarlah di hatimu, berkibarlah di hatimu, berkibarlah di hatimu, berkibarlah di hatimu, berkibarlah di hatimu, berkibarlah di hatimu, berkibarlah di hatimu, wujudkan dalam tindakanmu, wujudkan dalam tindakanmu, wujudkan dalam tindakanmu, wujudkan dalam tindakanmu, wujudkan dalam tindakanmu, wujudkan dalam tindakanmu, wujudkan dalam tindakanmu, wujudkan dalam tindakanmu, wujudkan dalam tindakanmu: merah putih Cinta itu, merah putih Cinta itu, merah putih Cinta itu, merah putih Cinta itu, merah putih Cinta itu, merah putih Cinta itu, merah putih Cinta itu, merah putih Cinta itu, merah putih Cinta itu....

Wilayah Cinta

Sedulurku tercinta, aku ini bukan orang yang disebut "weruh", tetapi masih bersifat data empirik yang menjadi "sarana" weruh itu, jadilah aku sering disebut orang "weruh", padahal merekalah yang menaburkan cahaya dan aku "melihatnya". Ada orang datang pada suatu ketika, dengan amat sangat panjang menaburkan berita: kenapa dan kenapa aku ini sering sakit-sakitan, kadang kepala pening dan pusing, kadang perut ini terasa melilit nan sakit. Kadang kaki ini terasa pegal melulu, lain waktu badan terasa panas dingin, telinga pada suatu ketika berdengung-dengung, kulit tubuh ini sering gatal-gatal, mata ber kunang sampai langkah terhuyung, gigi ini sungguh tak kuat kalau sedang sakit, pilek yang sering bertandang, nafas kok sering sesak padahal tidak perokok, bibir kalau pas pecah-pecah semua makanan menjadi tidak enak, dan seterusnya dan seterusnya.

Ada lagi orang bertandang dengan seambreg problematika kehidupan: kenapa usahaku sealu gagal dan gagal, apakah aku ini ditakdirkan "kere" oleh Tuhan, mendirikan warung pembelinya jarang, jualan mainan anak-anak keliling hanya memperoleh kelelahan dan kepayahan, menjadi kuli bangunan aku tidak tahan karena sering diremeh-remehkan mandornya, sementara join dengan kawan aku ditipu habis-habisan, sementara kebutuhan rumah tangga harus ditunaikan, anggaran kemasyarakatan musti diwujudkan, anak-anak butuh uang jajan, sementara aku sendiri suka jajan dengan mengejar selera makanan, tambah lagi istriku begitu rewel yang mengarah pada berbagai keadaan ini dan itu ke anak-anak juga demikian, dan seterusnya.

Ada lagi orang ketemu di jalan dengan mengedepankan masalah juga: aku heran dan sunguh heran, katanya bangsa ini melimpah karunia tetapi kenapa rakyatnya dilanda kemiskinan dengan berbagai bentuk, siapa yang salah ini, siapa yang salah, presidennya begitu mengecewakan, MPR-nya sungguh tidak ada nampaknya, DPR-nya tidak mencerminkan suara rakyat, pejabatnya asyik sendiri dengan kenikmatan fasilitas yang dibeayai rakyat, wilayah-wilayah regional mengalami keadaan yang sama secara struktural, alam rusak, generasi hancur moralitasnya, pembunuhan dimana-mana, perampokan, pencabulan, permalingan tak kunjung berhenti, dan seterusnya.

Ada lagi yang agak lebih luas masalahnya, karena ketemu orang yang nampak sebagai begawan dengan abadi kegelisahannya: Amerika itu sungguh biadab, Yahudilah biang keroknya itu, lalu Palestina menjadi abadi kesengsaraannya, inilah gara-gara tatanan ekonomi kapitaslis yang imperialis itu yang menjadikan goncangan dunia sampai Afrika banyak yang dilanda kelaparan dan belahan bumi banyak dilanda kemiskinan dan kebodohan, makanan anjing di Amerika saja bisa menjadi rangsuman kelaparan di Etiopia sebenarnya tetapi apa yang terjadi, karena produk banyak yang bersifat kimiawi maka lahirlah pemanasan global yang menjadikan air laut naik dan rob terjadi di berbagai belahan bumi, dan seterusnya.

Ada lagi, orang datang hanya diam seribu bahasa, ia hanya memandangku sesekali lalu merunduk lagi, sepertinya sedang merenung abadi, ia hanya melihat tetapi tidak berkomentar, kadang tersenyum kadang cemberut, kadang mendesah kadang berguman sendiri, sampai pamit pulang, aneh tapi nyata. Ada lagi yang datang ke rumah dengan berceramah: pemeluk agama ini banyak yang tidak sama dengan Kanjeng Nabi, semua bid'ah dan bid'ah itu jelas akan ditolak mentah-mentah oleh Gusti Allah dan pasti masuk neraka, zaman ini edan, semuanya gila, agama sudah dilecehkan, banyak yang mengaku Nabi, mereka mengejek Nabi, tempat ibadah sunyi dari jama'ah, tokohnya banyak yang hidup dari jama'ahnya, jama'ahnya menderita Kiai-nya sejahtera, dan seterusnya. Ada lagi yang ketemu di Bus, sama-sama jadi penumpang, diam-diam berbicara: mas, aku menolak hal-hal yang tidak rasional, agama tanpa akal tak ada....

Kawan-kawan, aku dengarkan semua ini, lalu aku tersenyum manis, dengan memilah-milah keadaan mereka: ada yang ranah tubuh wilayahnya, ada yang ranah akal wilayahnya, ada yang ranah teritorial jangkauannya, ada yang ranah dunia keluasannya, ada yang ranah ilahiyah wilayahnya, aku hanya tersenyum, dan tidak mau membicarakan mereka, karena semuanya ini wilayah Cinta, semuanya indah, tingggal merangkumnya menjadi kemenyuluruhan ini, jadinya tidak berpetualang dalam banyak bagian, atau isme itu....

Sapaan Cinta

Sedulurku tercinta, Kanjeng Nabi mengingatkan: tidak akan dicintai bagi orang yang tidak mencintai, wasiat ini mengajarkan tentang Cinta yang "aktif" dari diri untuk memulai terlebih dahulu, bukan menunggu secara pasif. Malah secara simpel Beliau menganjurkan: mulailah dari dirimu sendiri, ibda' binafsik itu.

Ketika aku berwudlu, dengan amat jelas bagai menasehati diri ini: aku basuh mukaku biar punya rasa malu, aku basuh tanganku biar benar cara kerjaku, aku usap kepalaku biar benar berfikirku, aku usap telingaku biar benar pendengaranku, aku basuh kakiku biar benar langkahku selalu. Kemudian berdiri sejenak dalam sembahyang demi sembahyang, meletakkan kepala dibawah tumit dalam sujud demi sujud, bersimbuh dalam tafakkur demi tafakkur, dan bersunyi ria dalam khalwat demi khalwat--berdepan-depan denganNya.

Dari sini, bisa dimulai kefanaan diri itu, lalu yang nampak seluruhnya adalah Dia, Dia, Dia, bagai matahari ada dalam dada ini, ketika cahaya itu ada nampaklah semuanya ini dengan terang benderang itu. Semua selubung semesta ini menjadikan Dia nampak lebih terang dibaliknya. Dalam bentuk sederhana saja, ketika aku temui siapa saja lalu aku sapa, detik itu juga mereka bisa menjadi saudara, menjadi sahabat, dan bisa menjadi apa saja yang memberkahi adanya.

Ketika aku berjama'ah di masjid atau mushalla, begitu usai dan aku sapa mereka, jadilah mereka saudaraku—seiman [dari aliran dan faham apapun itu], ketika aku mengisi sebuah acara pengajian maka detik itu juga tercipta hubungan keintiman dalam tawa dan tangis sebagai saudara, ketika aku berada di peron stasion atau di terminal bis atau di bandara dan menyapa mereka maka detik itu tersambung jiwa-dengan jiwa tanpa sekat primordial itu, dan menjadi sedulur seketika yang menyenangkan--dengan rata-rata ngasih nomor hape-nya.

Ketika aku membuka facebook, sampai hari ini [baru 5 bulanan lah], maka seketika mengalir sedulur sebagai teman dan banyak yang meningkat menjadi sahabat, semua menyenangkan dan menggembirakan--melintasi batas teritorial. Ketika aku naik taxsi, aku sapa itu sopir dengan dialog mesra, lalu menjadi saudara. Ketika aku naik bis, naik kereta, naik pesawat, maka aku sapa mereka yang duduk disamping kanan atau kiri dengan mesra, maka seketika mereka menjadi saudara.

Ketika aku jajan nasi "kucing" [istilah Semarang], atau nasi "angkringan" [istilah Jogja sekitarnya], atau nasi "jotos" [istilah Mediun] maka aku sapa dalam obrolan yang mengasyikkan, seketika mereka semua menjadi sedulur yang saling melepas rindu itu. Ketika aku belanja di pasar, maka aku rasakan sendiri bahwa hakekatnya mereka itu semua adalah melayani antar sesama manusia, bukan sekedar transaksi uang, karena tanpa kehadiran mereka maka mata rantai "rahmat" Dia belum tentu kita temukan, lalu terjadilah hubungan yang saling menguntungkan, bahkan meningkat menjadi pelangggan, dan bahkan lebih dari itu.

Ketika aku menyapa bunga-bunga, maka ia pun membalas dengan menaburkan aroma wanginya. Ketika aku menyapa pepohonan, maka ia pun menebar senyum dengan menyodorkan buah-buahan itu. Ketika aku menyapa burung-burung, maka ia membalasnya dengan berlebih akan kicauan yang merdu merayu itu. Ketika aku menyapa milikNya, maka seketika aku merasa dalam keluargaNya itu, sebagai saudara satu sama lainnya.

Makanya sering aku merenungkan firmanNya: semua makhluk adalah keluargaKu. Ya, semua gerak semesta ini terajut oleh tali cintaNya. Ketika aku membaca Kitab SuciNya, aku merasa berbisik denganNya, ketika aku baca kisah kekasihNya terasa olehku berdepan-depan dengan beliau itu, ketika aku baca manaqib para kekasih kekasihNya maka terasa olehku kehadiran sosok yang telah membukakan jalan Cinta ini, dari beliau-beliaulah cahaya ini terpercik itu, sampai di dada ini.

Ketika aku mengenang orang tuaku, terbayang beliau sebagai "busur"nya, sementara aku ini panahnya, dan dibalik busur itu ada Dia, Sang Maha Pembidik itu. Ketika, ketika, ketika....

Kawan-kawan, sampai kepada ketika aku betemu orang atau barang, yang nampak citra buruk lahiriyahnya, maka tetap aku sapa dengan cinta, karena aku tidak melihat keburukannya, aku abaikan aib-aibnya, dan aku pandang bahwa semua ini,mereka semua itu adalah sentuhan "tangan" lembut dariNya itu....

Maha Suci Dia!!!....

Pembawa Cinta

Sedulurku tercinta, sekalian aku tulis nama-nama pembawa Cinta, yakni Kanjeng Nabi Muhammad saw, juga aku syiirkan dengan dendang: Ya sayyidi Ya Rasulallah, Ya man lahuljahu 'indallah, innalmusiiina qadjauuk, lidzdzambi yastaghfirunallah.

Boleh juga nama-nama ini bisa dipethik untuk nama-nama anak cucumu, semoga adab mereka bisa mendekati akhlak Kanjeng Nabi itu, banyak sih tapi asyik dan indah juga, bagiku: Ya Hamidu Ya Rasulallah@Ya Mahmudu Ya Rasulallah/Ya Ahiidu Ya Rasullah@Ya Wahiidu Ya Rasulallah. Ya Maahin Ya Rasulallah@Ya Haasyiru Ya Rasulallah/Ya 'Aaqibu Ya Rasulallah@Ya Thaahaa Ya Rasulallah. Ya Yaasiin Ya Rasulallah@Ya Thaahiru Ya Rasulallah/Ya Muthahhiru Ya Rasulallah@Ya Thayyibu Ya Rasulallah. Ya Sayyidu Ya Rasulallah@Ya Rasuulu Ya Rasulallah/Ya Nabiyyu Ya Rasulallah@Ya Rasularrahmah Ya Rasulallah. Ya Qayyimu Ya Rasulallah@Ya Jaami'u Ya Rasulallah/Ya Muqtafin Ya Rasulallah@Ya Muqaffin Ya Rasulallah. Ya Rasulal Malahim Ya Rasulallah@Ya Rasularrahmah Ya Rasulalah/Ya Kaamilu Ya Rasulallah@Ya Ikliilu Ya Rasulallah. Ya Mudatstsiru Ya Rasulallah@Ya Muzammilu Ya Rasulallah/Ya Abdallah Ya Rasulallah@Ya Habiiballah Ya Rasulallah. Ya Shofiyallah Ya Rasulallah@Ya Najiyyallah Ya Rasulallah/Ya Kaliimallah Ya Rasulallah@Ya Khatimal ambiya' Ya Rasulallah. Ya Khatimarrusul Ya Rasulallah@Ya Muhyin Ya Rasulallah/Ya Munajjin Ya Rasulallah@Ya Mudzakkiru Ya Rasulallah. Ya Naashiru Ya Rasulallah@Ya Manshuuru Ya Rasulallah/Ya Nabiyyarrahmah Ya Rasulallah@ Nabiyyattaubah Ya Rasulallah. Ya Hariisho 'alaikum Ya Rasulallah@Ya Ma'luumu Ya Rasulallah/Ya Syaahiru Ya Rasulallah@Ya Syaahidu Ya Rasulallah. Ya Syahiiidu Ya Rasulallah@Ya Masyhuudu Ya Rasulallah/Ya Basyiiru Ya Rasulallah@Ya Mubasysyiru Ya Rasulallha. Ya Naadziru Ya Rasulallah@Ya Mundziru Ya Rasulallah/Ya Nuuru Ya Rasulallah@Ya Siraaju Ya Rasulallah. Ya Misbaahu Ya Rasulallah@Ya Hudaa Ya Rasulallah/Ya Mahdiyyu Ya Rasulallah@Ya Mundziru Ya Rasulallah. Ya Daa'in Ya Rasulallah@Ya Mad'uwwu Ya Rasulallah/Ya Mujiibu Ya Rasulallha@Ya Mujaabu Ya Rasulallah. Ya Hafiyyu Ya Rasulallah@Ya 'Afuwwu Ya Rasulallah/Ya Waliyyu Ya Rasulallah@Ya Haqqu Ya Rasulallah. Ya Qowiyyu Ya Rasulallah@YaAmiinu Ya Rasulallah/Ya Ma'muunu Ya Rasulallah@Ya Kariimu Ya Rasulallah. Ya Mukarromu Ya Rasulallah@Ya Makiinu Ya Rasulallah/Ya Matiinu Ya Rasulallah@Ya Mubiinu Ya Rasulallah. Ya Muammilu Ya Rasulallah@Ya Washuulu Ya Rasulallah/Ya Dza Quwwatin Ya Rasulallah@Ya Dza Hurmatin Ya Rasulallah. Ya Dza Makanatin Ya Rasulallah@Ya Dza 'Izzin Ya Rasulallah/Ya Dza Fadllin Ya Rasulallah@Ya Mutho'u Ya Rasulallah. Ya Muthii'u Ya Rasulallah@Ya Qodama shidqin Ya Rasulallah/Ya Rahmatu Ya Rasulallah@Ya Busyroo Ya Rasulallah. Ya Ghutsu Ya Rasulallah@Ya Ghoitsu Ya Rasulallah/Ya Ghiyatsu Ya Rasulallah@Ya Nikmatallah YaHadiyyatallah. Ya 'Urwatal wutsqo Ya Rasulallah@Ya Shirathallah Ya Rasulallah/Ya Shiraatho Mustaqim Ya Rasulallah@Ya Dzkrallah Ya Rasullah. Ya Saifallah Ya Rasulallah@Ya Hizballah Ya Rasulallah/Ya Najmatsysaaqib Ya Rasulallah@Ya Musthafaa Ya Rasulallah. Ya Mujtabaa Ya Rasulallah@Ya Muntaqaa Ya Rasulallah/Ya Ummiyyu Ya Rasulallah@Ya Mukhtaru Ya Rasulallah. Ya Ajiiru Ya Rasulallah@Ya Jabbaru Ya Rasulallah/Ya Abal Qosim Ya Rasulallah@Ya Abaththohir Ya Rasulallah. Ya Abaththoyyiib Ya Rasulallah@Ya Aba Ibrahim Ya Rasulallah/Ya Musyaffa' u Ya Rasulallah@Ya Syafii'u Ya Rasulallah. Ya Sholihu Ya Rasulallah@Ya Mushlihu Ya Rasulallah/Ya Muhaiminu Ya Rasulallah@Ya Shodiqu Ya Rasulallah. Ya Mushoddiqu Ya Rasulallah@Ya Shidqu Ya Rasulallah/Ya Sayyidal Mursaliin Ya Rasulallah@Ya Imaamal Muttaqiin Ya Rasulallah. Ya Qoidal 'izzi wal Muhajjaliin Ya Rasulallah@Ya Khaliilarrahman Ya Rasulallah/Ya Barru Ya Rasulallah@Ya Mabarru Ya Rasulallah. Ya Wajiihu Ya Rasulallah@Ya Nashiihu Ya Rasulallah/Ya Naashihu Ya Rasulallah@Ya Wakiilu Ya Rasulallah. Ya Muwakkilu Ya Rasulallah@Ya Kafiilu Ya Rasulallah/Ya Syafiiqu Ya Rasulallah@Ya Muqimassunnah Ya Rasulallah. Ya Muqaddasu Ya Rasulallah@Ya Ruuhal Qudduus Ya Rasulallah/Ya Ruuhal Haqqi Ya Rasulallah@Ya Ruuhal Qisthi Ya Rasulallah. Ya Kaafin Ya Rasulallah@Ya Muktafin Ya Rasulallah/Ya Baalighu Ya Rasulallah@Ya Muballighu Ya Rasulallah. Ya Syaafin Ya Rasulallah@Ya Washilu Ya Rasulallah/Ya Maushulu Ya Rasulallah. Ya Saabiqu Ya Rasulallah@Ya Saaiqu Ya Rasulallah/Ya Haadin Ya Rasulallah@Ya Muhdin Ya Rasulallah. Ya Muqaddamu Ya Rasulallah@Ya 'Aziizu Ya Rasulallah/Ya Faadlilu Ya Rasulallah@Ya Mufadldhalu Ya Rasulallah. Ya Faatihu Ya Rasulallah@Ya Miftaahu Ya Rasulallah/Ya Miftaaharrahmah Ya Rasulallah@Ya Miftahal Jannah Ya Rasulallah. Ya 'Alamal Iman Ya Rasulallah@Ya 'Alamal Yaqin Ya Rasulallah/Ya Daliilal Khoirat Ya Rasulallah@Ya Mushahhihal Hasanat Ya Rasulallah. Ya Muqiilal 'atsaraat Ya Rasulallah@Ya Shahuufu 'aniidzzalaat Ya Rasulallah/Ya Shahibasysyafaah Ya Rasulallah@Ya Shahibal Maqom Ya Rasulallah. Ya Shaahibal Qodam Ya Rasulallah@Ya Mahshushu bisysyaraf Ya Rasulallah/Ya Shaahibal Washiilah Ya Rasulallah@Ya Shhahibassaif Ya Rasulallah. Ya Shaahibal Fadliilah Ya Rasulallah@Ya Shahibal izaar Ya Rasulallah/Ya shaahibal hujjah Ya Rasulallah@Ya Shaahibassulthon Ya Rasulallah. YaShaahibarrida' Ya Rasulallah@ya Shaahibaddraojatirrofii'ah Ya Rasulallah/Ya Shaahibaattaaji Ya Rasulallah@Ya Shaahibal mighfar Ya Rasulallah. Ya Shaahiballiwa' Ya Rasulallah@Ya Shaahibal Mi'raj Ya Rasulallah/Ya Shaahibal Qodliib Ya Rasulallah@Ya Shaahibal Buraq Ya Rasulallah. Ya Shaahibal Khotam Ya Rasulallah@Ya Shaahibal 'alaamah Ya Rasulallah/Ya Shaahibal Burhan Ya Rasulallah@Ya Shaahibal Bayan Ya Rasulallah. Ya Fadliihallisan Ya Rasulallah@Ya Muthahharol Janan Ya Rasulallah/Ya Rouufu Ya Rasulallah@Ya Rahiimu Ya Rasulallah. Ya Udzuna khoirin Ya Rasulallah@Ya Shahiihal Islam Ya Rasulallah/YaSayyidal Kaunain Ya Rasulallah@Ya 'Ainan Na'iim Ya Rasulallah. Ya 'Ainal Ghurri Ya Rasulallah@Ya Sa'dallah Ya Rasulallah/Ya Sa'dal Kholqi Ya Rasulallah@Ya Khothiibul Umam Ya Rasulallah. Ya 'Alamal Hudaa Ya Rasulallah@Ya Kaasyifal Kurbi Ya Rasulallah/Ya Raafi'arrutab Ya Rasulallah@Ya 'Izzal 'Arob Ya Rasulallah. Ya Shaahibal Faraj Ya Rasulallah@Ya Robbi bil Mushthafa Ya Rasulallah/Balligh maqosidana Ya Rasulallah@ Ya waasi'al karomi Ya Rasulallah....

Kawan-kawan, kalau ini diterjemahkan semacam puisi dengan empat bait itu, kalau dibilang puisi semua menyadari ini wilayah mu'amalah yang walau urusan dunia [yang dipersilahkan Kanjeng Nabi itu], tetapi kalau dengan niat yang baik, toh juga akan menjadi amal akhirat, padahal aku menulis cuma hanya menulis, tak mau ada imbalan apa-apa, kecuali ingin senyuman dari hambaNya, Dia ada di dada mereka, bukan ditempat lain....

Barokallah, Allahumma sholli 'ala sayyidina Muhammad!!!

Nama Cinta

Sedulurku tercinta, sudah banyak sebenarnya berbagai bentuk asmaul husna [nama-mana indah] yang disyi'irkan atau dinadhomkan, tentu dengan "cengkok" dendang yang bermacam juga, tetapi kali ini akan aku suguhkan nadhom nama-nama indah itu dengan "cengkok" wirid Maiyah [Wirid Kasih Sayang]. Syi'iran ini pernah aku sodorkan kepada Cak Nun di Pengajian Maiyah Gambang Syafaat Semarang, dan Cak Nun mengomentari: sae-sae [bagus-bagus] Kiai.

Daripada di laci nanti hilang, maka aku simpan di catatan ini dengan harapan kalau ada yang kurang mohon untuk diluruskan, semoga ada gunanya. Lain waktu akan aku suguhkan videonya, inilah nadhomnya:
Ya Allah Ya Rahmanu Ya Rahiim@Ya Allah Ya Maliku Ya Qudduus/Ya Allah Ya Salaamu Ya Mu'min@Ya Allah Ya Muhaiminu Ya 'Aziiz.Ya Allah Ya Jabbaru Ya Mutakabbir@Ya Allah Ya Kholiqu Ya Bari'/Ya Allah Ya Mushawwiru Ya Ghaffaar@Ya Allah Ya Qahhararu Ya Wahhaab.Ya Allah Ya Razzaqu Ya Fattaah@Ya Allah Ya 'Aliimu Ya Qaabidl/Ya Allah YaBaasithu Ya Khaafidl@Ya Allah Ya Raafi'u Ya Mu'izz.Ya Allah Ya Mudzillu Ya Samii'@Ya Allah Ya Bashiiru Ya Hakam/Ya Allah Ya 'Adlu Ya Lathiif@Ya Allah Ya Khabiiru Ya Haliim.Ya Allah Ya 'Adziimu Ya Ghafuur@Ya Allah Ya Syakuuru Ya 'Aliyy/Ya Allah Ya Kabiiru Ya Hafiidz@Ya Allah Ya Muqiitu Ya Hasiib.Ya Allah Ya Jaliilu Ya Kariim@Ya Allah Ya Raqiibu Ya Mujiib/Ya Allah Ya Waasi'u Ya Hakiim@Ya Allah Ya Waduudu Ya Majiid.Ya Allah Ya Baa'itsu Ya Syahiid@Ya Allah Ya Haqqu Ya Wakiil/Ya Allah Ya Qawiyyu Ya Matiin@Ya Allah Ya Waliyyu Ya Hamiid.Ya Allah Ya Muhshiy Ya Mubdi'@Ya Allah Ya Mu'iidu Ya Muhyiy/Ya Allah Ya Mumiitu Ya Muhyiy@Ya Allah Ya Qayyumu Ya Waahid.Ya Allah Ya Maajidu Ya Waahid@Ya Allah Ya Ahadu Ya Shomad/Ya Allah Ya Qaadiru Ya Muqtadir@Ya Allah Ya Muqaddimu Ya Muakhkhir.Ya Allah Ya Awwalu Ya Aakhir@Ya Allah Ya Dzohiru Ya Baathin/Ya Allah Ya Waliy Ya Muta'aaly@Ya Allah Ya Barru Ya Tawwaab.Ya Allah Ya Muntaqimu Ya 'Afuww@Ya Allah Ya Rauufu Ya Maalik/Ya Allah Ya Malikal Mulki Ya Rabby@Ya Allah Ya Dzal Jalaali wal Ikraam.Ya Allah YaMuqssitu Ya Jaami'@Ya Allah Ya Ghoniyyu Ya Mughniy/Ya Allah Ya Dloorru Ya Maani'@Ya Allah Ya Naafi'u Ya Nuur.Ya Allah Ya Badii'u Ya Haadiy@Ya Allah Ya Wararitsu Ya Baaqiy/Ya Allah Ya Rasyiidu Ya Shobuur@Ya Allah Ya Allah Ya Allah.

Wirid ini menjadi bagian dari mujahadah pagi di Pesantren Al-Ishlah Semarang, yang aku sebut Rumah Cinta [dan akan aku buka Rumah Cinta di mana-mana], didendangkan para jama'ah bersama-sama [jangan dibid'ahkan lho, awas, hehe] setelah pembacaan Rathibul 'Athas dan Tahlil dan Maulidirrasul--Simthuddurornya Habib Ali Al-Habsyi.

Dalam ranah majlis ini hal-hal yang diwiridkan hanyalah manifestasi rasa syukur atau maturnuwun yang tiada tara atas kenikmatan yang tak bertepi ini, mencuri-curi waktu duduk-duduk sebentar untuk menikmati Taman-Taman Surga--yakni majlis-majlis Ilmu itu, seminggu sekali pada setiap bakda subuh sampai jam 08.00 wib, setelah itu sarapan "nampanan" bersama dengan lauk "urap" atau "kluban" daun pepaya yang pahit itu. Namun demikian juga tidak aku salahkan bagi siapa saja yang datang masih dalam ranah "transaksi" itu, misalnya: ingin apa.

Yang penting dalam mengisi waktu menunggu maut menjemput ini, hawa nafsu harus dibebani dengan berbagai ketaatan sedemikian rupa supaya: setelah kehendak buruknya kita hina-hina lalu tambah kita bebani dengan kabajikan-kebajikan apapun bentuknya, agar hawa itu terkendali dan menjadikan hidup berjalan dengan harmoni dan indah rasanya....

Kawan-kawan, kalau soal dalil bisa dicari dengan berbagai interpretasi atau tafsir itu, namun disini cukup kiranya wirid itu cukup sebagai bagian dari "menyapa" yang menggunakan instrumen lisan, agar ia tidak terbiasa dijadikan corong oleh hawa tercela, lalu kita basahi dengan kuyub akan asma-asmanya, syukur-syukur hal ini bila dibiasakan akan semakin menancap di dada, dimana Dia bermahkota itu. Hal ini bukan yang utama dari Iman, tetapi cabangnya cabang dari Iman itu, atau cabangnya cabang dari cabangnya iman itu, atau cabangnya cabang dari cabangnya cabang dari cabangnya cabang, bagi yang tidak melakukan asal tidak memperolok-olok saja, cukup indah bagiku....

Tabik dan Barokallah....

Pujian Cinta

Sedulurku tercinta, dalam penyampaian pesan bisa dengan berbagai cara, agar sampai kepada hati manusia, dan salah satu tradisi lisan di ranah Jawa adalah dengan puji-pujian [syair yang didendangkan], tradisi ini biasanya juga dibaca antara Adzan dan Iqomat shalat [jangan dibid'ahkan lho, ada haditse soale]. Setelah aku memperoleh tautan dari Kang Rio Jakarta, langsung aku minta tolong temen-temen facebook untuk menuliskan syairnya, dan sekarang sudah lengkap. Bahkan kemaren langsung aku sampaikan ke jamaah Simaatul Qur'an asuhan Gus Munif Girikusumo, dengan jawaban shalawat sejumlah 7.000 orang, aku sendiri bergetar dan berguncang hatiku--termasuk para jama'ah banyak yang menangis mengharu biru [selapan berikutnya akan aku fotokopikan sejumlah jama'ah itu].

Aku kira dalam rekaman itu suaranya Gus Dur, namun ada yang mengabarkan bukan, itu suara dari Gus [aku lupa] yang mirip benar suara Gus Dur. Ini aku persembahkan syair lengkapnya: Astaghfirulloh robbal baroya/astaghfirulloh minal khotoya/robbi zidni ilman nafi'a/wawaffiqni amalan sholiha. Ya Rosulalloh salamun 'alaik/ya rofi'asya niwad taroji/atfatayaji rotal'alami/ya uhailaljudiwal karomi[2x]. Ngawiti ingsun nglaras syi'iran/kelawan muji maring Pengeran/Kang Paring rahmat lan kanikmatan/rino wengine tanpo petungan[2x]. Duh, bolo konco priyo wanito/ojo mung ngaji syari'at bloko/nggur pinter ndongeng nulis lan moco/tembe mburine bakal sengsoro[2x]. Akeh kang apal Qur'an Haditse/seneng ngafirke marang liyane/kafire dewe gak digatekke/yen isih kotor ati akale[2x]. Gampang kabujuk nafsu angkoro/ing pepaes gebyare ndonyo/iri lan meri sugihe tonggo/mulo atine peteng lan nistho[2x]. Ayo sedulur jo nglaleake/wajibe ngaji sak pranatane/nggo ngandelake iman lan tauhidte/baguse sangu mulyo matine[2x]. Kang aran sholeh bagus atine/kerono mapan seri ngelmune/laku thoriqot lan ma'rifate/ugo hakeqot manjing rasane[2x]. Al-Qur'an qodim wahyu minulyo/tanpo ditulis biso diwoco/iku wejangan guru waskitho/den tancepake ing njero dhodho[2x]. Kumanthil ati lan pikiran lan pikiran/mrasuk ing badan kabeh jeroan/mu'jizar Rosul dadi pedoman/minongko dalan manjinge Iman[2x]. Kelawan Alloh Kang Moho Suci/kudu rangkulan rino lan wengi/ditirakati lan diriyadhoi/dzikir lan suluk jo nganti lali[2x]. Uripe ayem rumongso aman/dununge roso tondho yen Iman/sabar narimo najan pas-pasan/kabeh tinakdir saking Pengeran[2x]. Kang anglakoni sekabehane/Alloh kang ngangkat drajate/senajan ashor thotho dhohire/ananging mulyo maqom drajate[2x]. Lamun palastro ing pungkasane/ora kesasar ruh dan sukmane/den gadang Alloh swargo manggone/utuh mayite ugo ulese[2x].

Terjemahan bebasnya, setelah istighfar dan sholawat adalah: Aku memulai syairan yang indah ini dengan menyebut asmaNya, Dia yang memberi rahmat dan nikmat, siang dan malam tanpa bisa dihitung. Wahai saudaraku pria dan wanita, jangan mengaji hanya pada dataran syari'at saja, ujungnya hanya pandai ceramah, nulis dan membaca, nanti berakhir pada penyesalan diri. Banyak orang yang hafal Al-Qur'an dan Hadits, masih senang meng"kafir"kan saudaranya yang lain, sementara kafirnya sendiri tidak ditinjau, wujudnya adalah masih kotor hati dan akalnya ini. Semua ini sebab mudah terbujuk nafsu angkara murka, dalam hiasan gebyarnya dunia ini, wujudnya iri dan tamak kekayaan tetangga, akhirnya berakibat hatinya gelap dan hina. Makanya, mari saudaraku jangan melalaikan wajibnya menuntut ilmu dengan segala ajarannya, buat menebalkan Iman dan Tauhid, sebagus-bagusnya bekal adalah khusnul khotimah. Yang namanya sholeh itu bagus hatinya, karena tahu berbagai tingkatan ilmunya, tindakan tarekat dan makrifat, juga hakekat merasuk dalam dada rasanya. Al-Qur'an qodim itu wahyu yang mulia, walau tidak ditulis tetapi bisa dibaca, itulah wasiat dan nasehat guru yang arif, yang harus ditancapkan di dalam dada. Semua dirangkul dalam hati dan pikiran, merasuk juga dalam diri semua hikmah-hikmahnya, termasuk mukjizat Rasul jadi landasan, sebagai jalan masuknya Iman. Bersama Allah Yang Maha suci harus merangkul diri ini, siang dan malam hari, ditirakati dan diriyadloi, dzikir dan suluk jangan sampai lupa. Dengan demikian hidup akan tentram dan aman, wujudnya rasa itu tandanya Iman, sabar dan qona'ah walau hidup pas-pasan saja, karena semua ini sudah menjadi ukuran Tuhan. Barang siapa yang melakukan ini semua, Allah akan mengangkat derajatnya, walau orang itu nampak rendah lahirnya, tetapi mulya deratnya disisiNya. Kalau dia mati pada akhirnya, tidak akan tersesat Ruh dan Sukmanya, dirindukan Allah surgalah tempatnya, sampai utuh mayitnya dan kain kafannya....

Kawan-kawan, inilah pujian Cinta yang nampak sederhana tetapi bernuansa makna yang sangat indah adanya, di Jawa [umum Indonesia] ini bertaburan pujian seperti ini, mari kita buru harta karun ini, sebelum tersimpan di perpustakaan luar negri....

Aku dulu yang mulai!!!

Rabu, 04 Mei 2011

Cahaya Cinta

Sedulurku tercinta, mungkin orang banyak yang jenuh lalu bosan dan apatis terhadap sejarah yang carut marut, dimana wajah anggun peradaban seolah lenyap dan tinggal kenangan. Kekerasan demi kekerasan menghiasi bumi, negara, keluarga dan diri sendiri, sehingga kesantunan hidup musnah dan nampaklah wajah beringas sebagai letupan kemarahan--mudah tersentil. Seolah keadaan ini mengotori kehidupan secara luas, tetapi tidak bagiku, kehidupan yang dicipta dengan cintaNya ini akan selalu memiliki harmoni, sementara kotoran itu akan dikembalikan kepada siapa yang mengotorinya.

Aku mendengar banyak orang yang gelisah dan tidak tenteram, aku mendengar keluarga yang terkoyak, aku mendengar kampung yang bentrok gara-gara pesoalan yang tidak jelas jluntrungnya, aku mendengar antar desa saling perang, aku mendengar antar wilayah porak poranda karena permusuhan, aku mendengar antar negara bersitegang karena perang berbagai kepentingan, aku mendengar, aku mendengar, aku mendengar.

Agama yang notabene menentramkan manusia ternyata diperalat juga untuk membenarkan konflik itu sehingga keadaan menjadi tambah tak terkendali, semua berujung kepada tragedi kemanusiaan: terkoyaknya jiwa-jiwa dan raga-raga. Ada sebuah syair yang mengatakan: aku heran ada orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk, tetapi aku lebih heran lagi ada orang yang membeli dunia dengan agama, yang lebih mengherankan lagi dari keduanya adalah orang yang menjual agamanya dengan dunia, yang lain adalah orang yang menghutangkan agama itu--inilah yang lebih mengherankan lagi.

Dalam kaitan ini Rumi menyatakan: pertengkaran orang dewasa itu sama tidak berartinya dengan pertengkaran dunia kanak-kanak. Bahkan beliau menyatakan juga bahwa induk dari segala berhala adalah apa yang disebut: aku atau kami. Adalagi syair Jawa yang menyatakan bahwa b anyak orang yang tahu tentang dalil-dalil tetapi suka mengkafirkan pihak lain, sementara kafirnya diri sendiri tidak sempat digubris, kafirnya diri sendiri ini bentuknya adalah kotornya hati dan akalnya itu. Bukankah dalam realitas sosial sering terdengar: aku harus menang dan harus kuasa, hal ini menjadi ruh terjadinya konflik berkepanjangan, rumit dan jlimet itu. Bukankah dalam banyak kasus bentrok itu bagian dari pertentangan yang saling mencari klaim: kami harus menang dan harus kuasa, hal ini menjadi pembangkit peperangan yang tidak lucu itu.

Dimanakah "kita" dalam pengertian kebersamaan itu? Kita dalam komitmen sama-sama makhluk Sang Khalik, yang harus saling mengenal antar pribadi, suku dan bangsa itu. Kita dalam pengertian sebagai keluarga Tuhan semua, sebagaimana firmanNya itu: semua makhluk adalah keluargaKu. Ternyata aku lihat semua bentrok itu berada dalam lapisan buih--kalau diibaratkan samodra, dan buih itu semua berada di pinggir-pinggir pantai, di manapun--kata Rumi--kalau di pinggir pantai yang akan ditemukan adalah penjajah demi penjajah-- yang hanya berbicara kuasa bukan cinta.

Dalam sunyi di kedalaman semesta ternyata masih aku temukan butiran mutiara-mutiara yang tak terhingga banyaknya, dari sinilah aku selalu yakin terhadap cinta itu selalu ada dan abadi. Dan buih yang terapung itu ternyata akan lenyap lalu menjadi butiran-butiran pasir di pinggir pantai yang indah juga--di tanganNya. Cinta akan mensucikan segala yang najis, cinta akan mendekatkan segala yang jauh, cinta akan mendamaikan segala yang konflik, cinta akan mewangikan segala yang busuk, cinta akan meringankan segala yang berat, cinta akan menyembuhkan segala yang sakit, cinta akan memaafkan segala yang salah, cinta akan meng-emaskan segala yang tembaga, cinta akan menyambung segala yang putus, cinta akan memudahkan segala yang sulit, cinta akan memaniskan segala yang pahit, cinta akan menggembirakan segala yang menyusahkan, cinta akan mensenyumkan segala tangisan, cinta akan mensahayakan segala raja, cinta akan, cinta akan, cinta akan....

Kawan-kawan, sudah saatnya segala bentuk kekerasan dan pertentangan harus dihentikan, lebih-lebih kekerasan bernuansa agama dengan cahaya Cinta, di tengah puing peradaban jangan putus asa karena selalu ada cahaya, di tengah porandanya sejarah jangan putus harapan karena selalu ada harapan itu sendiri, abadi....

Ambillah Cinta

Sedulurku tercinta, dalam hidup aku punya sesanti [filosofi Jawa]: ojo rumongso biso nanging bisoho rumongso [jangan merasa sok. tetapi merasalah untuk tahu diri]. Kesadaran ini mudah bagiku karena hidup ini tadinya tidak ada, sekarang merasa ada dan kapan-kapan kembali ke tiada, hidup ini dari mana sekarang dimana dan setelah mati mau kemana. Inilah Jalan Misteri bagiku tetapi Nyata, nyata yang harus aku lalui, nyata yang harus aku nikmati, nyata yang harus aku sabari semua goresan hidup ini.

Bahkan ajaran yang aku sesap dari para "salafushsholeh" yang mengajarkan tentang "tahu diri" itu adalah: merasa hina, merasa bodoh, merasa lemah, dan merasa rendah itu. Dengan ini sudah selayaknya kalau ada yang menghina-hina diriku, membodoh-bodohkan diriku, melemah-lemahkan diriku, dan meremeh-remehkan diriku, yaya sudah selayaknya. Dalam keyatimanku sejak kecil, sudah mengajarkan bahwa tidak ada sandaran ke kanan, ke kiri, ke depan, ke belakang, dan hanya ada dua kemungkinan: ke bawah [alias mati] lalu ke atas [hanya Dia yang menjadikan aku tidak sendiri, ya ada Dia].

Reposisi ini menjadikanku hidup merasa ringan walau pas-pasan, menjadikanku selalu bergembira [bersyukur], aku merasa selalu ada cahaya dan selalu ada harapan--siang dan malam, dan merasa kenikmatan ini tiada bertepi, tiada tara--dari Dia. Aneh, pengusiran dunia dengan berbagai bentuknya ini, menggiring lagi pada posisi "keyatiman" itu, sehingga aku tidak berani melawan siapa pun, karena hal ini aku pandang "peranan" mereka menempatkanku pada posisi Dia bermahkota di hati ini. Kalau ada yang mengambil sesuatu dariku, aku tidak merasa kehilangan karena memang aku tidak berhak merasa punya apa-apa, kalau ada yang mengores hidupku dengan berbagai peristiwa, aku song-song dengan segenap hasrat yang menyala karena goresan apa pun hidup ini aku sadari "kado" terindah dari Dia.

Dalam prinsip ketauhidanku, Dia menyatakan: semua makhluk adalah keluargaKu, suara ini membawa diriku memandang bahwa semua adalah saudaraku, kalau orang tua adalah orang tuaku, kalau lebih tua adalah kakakku, kalau lebih muda adalah adikku, kalau anak-anak adalah anak-anakku juga. Inilah wilayah cintaku, karena itu aku tidak berani kepada mereka semua untuk menyakiti, sebab kalau aku menyakiti mereka maka jelas-jelas secara tauhid ini aku menyakiti Dia, mana aku berani, mana aku berani, mana aku berani.

Aku memilih disakiti, dihina, diremehkan, diolok-olok, diintimidasi, dibodoh-bodohkan, diusir, asal mereka bisa tersenyum. Senyum bagiku tidak sesederhana hanya sesungging itu, tetapi aku lihat Dia di dada mereka tersenyum, aku tidak sekedar menemukan Dia dalam tempat-tempat ibadah tetapi aku lebih intim menemukan Dia pada hati-hati milikNya itu, di jalan-jalan kehidupan ini--yang semuanya indah. Aku tidak sekedar melumat bibirku untuk membaca kalam-kalam suci tertulisnya yang pernah juga diucapkan oleh lidah suci Kanjeng Nabi saw itu, tetapi aku merasa kuyup oleh kalam-kalam Dia yang tidak tertulis ini namun bisa aku baca dan aku tancapkan di dadaku ini, sebagai manifestasi imanku.

Aku rangkul cahaya ini --siang dan malam, aku bayar dengan segenap derita dan kesusahan dan aku tidak minta tebusan karena ranah cinta tidak ada unsur transaksi. Dengan ini aku merasa hidupku ayem trentem bukan karena tanpa masalah, tetapi aku songsong segenap masalah sebagai pemanis iman ini bagai racun aku ubah menjadi madu. Dalam citra lahiriyah, aku relakan keremehan, dalam mata batinku apa yang disebut keremehan itu adalah mutiara yang berkilau sebenarnya. Dalam berbagai bentuk kehilangan dalam hidupku, ini bukan kehilangan karena apa yang disebut hilang pasti akan jatuh kepada "saudara-saudaraku" itu, tidak yang lain.

Siapa selain diriku itu kalau bukan milikNya? Aku memang tidak punya atribut apa-apa, jabatan apa-apa, tetapi aku merasa menjadi "raja" bagi diriku, sementara seluruh instrumen tubuhku adalah rakyatnya, aku hadapi diriku dan akan aku semakin sempurnakan instrumen diriku, bagai membikin senyum rakyat bagi pemimpin itu. Aku merasa bahwa ini dulu yang musti digarap, sebagaimana pesan Nabi: mulailah dari dirimu sendiri itu. Aku berfikir, kalau diri ini disharmoni mana mungkin bisa menebar cinta dan cahaya, aku tidak menunggu saudaraku mengambil apa-apa dari diriku tetapi aku datang dan menyerahkan apa-apa yang akan membikin senyumnya itu: ambillah, ambillah, ambillah....

Kawan-kawan, aku melihat kepasrahan semesta untuk manusia: ayam dipotong untuk kelaparan manusia, bayam dipangkas untuk kenyang manusia, pohon-pohon bagai nampak punya ribuan tangan yang menyodorkan buah-buahan kepada manusia, hewan-hewan disembelih untuk kepuasan manusia, padi ditumbuk, gandum dilumatkan dan seterusnya, semua ternyata untuk jamuan pesta para kekasih-kekasihNya, seburuk apapun mereka aku melihat bukan keburukannya tetapi semua ini aku pandang sentuhan lembut tanganNya itu, aku tahu Dia lebih tahu daripada tahuku....

Buku Cinta

Sedulurku tercinta, buku bagiku amat sangat berarti dan penting, walau sudah ada sarana canggih notebook atau komputer serta laptop itu, namun buku memiliki romantika tersendiri--saat membacanya. Aneh, bahkan apa-apa yang aku ambil dari sarana canggih itu aku bukukan menjadi perpustakaan pribadi. Sejak kecil aku melihat ayahku memilki se-almari buku, walau saat itu aku tidak faham namun aku senang buka-buka buku dengan berbagai judul, dengan ejaan lama dan kertasnya banyak mudah rapuh, berwarna kekuningan.

Setelah aku masuk Madrasah Diniyah Awaliyah sore hari, paginya Sekolah Dasar di kampung, lagi-lagi aku bertemu buku-buku, kini kusadari bahwa pagi itu mengajarkan perenungan agar mecerdaskan akal, sementara sore hari mengajarkan "mengenang" agar mencerdaskan hati, yang berujung kepada pengenalan akan cinta. Sampai pada saat malam-malam tidur di musholla [langgar, surau] berbantal "dongkal" [bantal dari bahan kayu randu] setelah lelah belajar dan mengaji serta bermain dengan kawan-kawan, semua ini mengajarkan akan kesederhanaan dan keakraban yang sangat perpengaruh sampai saat ini, sangat indah, sangat indah, sangat indah.

Dari sinilah aku karib dengan buku-buku yang lain, maksudnya ada buku yang tertulis dan ada buku yang tidak tertulis, yakni "kauniyah" dan "qauliyah" itu. Aku ingat ketika berada di sawah: mulai dari mengirim nasi bungkus daun jati dengan angkringan bambu, ikut naik bajak dengan ditarik dua kerbau dan didendangkan kidung-kidung Jawa oleh tukang bajaknya [luku], sampai mikul padi untingan pakai tongkat bambu yang mengkilat karena seringnya dipakai, bermesraan dengan burung-burung manyar yang datang dan pergi sehingga membikin pelatihan suaraku melengking-lengking--saat hampir panen tiba padi menguning, sampai kembali menanam lagi, lagi, dan lagi--yang paling nikmat makan di "galengan" sawah sambil bersama Ibu-ibu Bapak-Bapak dengan "muluk" [pakai tangan langsung] dan membersihkan tangan pada bekas telapak kerbau yang airnya bening itu, indah, indah, indah.

Pada sisi yang lain aku teringat: puji-pujian di Mushalla--misalnya: biyen aku ora ono/yen saiki maleh ono/besok bakal ora ono/sowan marang sing Kuwoso, Biyen soko ngendi/saiki ono ngendi/besok maring ngendi/Tan liyo bakale mati, buku-buku baik di Sekolah dasar dan sekolah Madrasah Diniyyah Awaliyah yang aku sampuli dengan kertas semen coklat itu dengan pojoknya aku kasih nomor-nomor yang aku potongkan dari kertas tanggalan sesuai dengan mata pelajarannya, bahkan karena hasratku mencari sering aku ambil potongan-potongan koran yang terbuang lalu aku baca dan yang sangat bagus-- aku kliping, semuanya indah.

Aku teringat buku-buku: matematika, fisika, geguritan, bahasa Indonesia dan pendidikan budi pekerti, nahwu, shorof, tajwid, akhlak, bacaan Qur'an dan sebagainya yang aku songsong dengan segenap kegairahan mencari itu. Aku teringat buku-buku berupa sosok Bapak Ibu guruku yang senyumnya sampai hari ini masih terlihat di hatiku: Pak Wur, Bu Nanik, Pak Sis, Pak Niswanto, Pak Suyut, Pak Adib, Pak Tain [Allahu yarham], Pak Abdul Karim [Pak Mul], Pak Zaeni dan masih banyak lagi, semuanya indah di hatiku.

Aku teringat kawan-kawanku: Fauzan, Munadi, Siti Sudarsi, Sri Wahyuningsing, Supar, Musta'in dan seterusnya. Dasar ini terbawa sampai sekolah menengah pertama, menengah atas dan sampai kuliyah di IAIN Walisongo Semarang Fakultas dakwah, sampai hari ini, sampai detik ini, semua masih aku simpan bagai harta karun tersembunyi, semuanya indah. Lintasanku saat itu: sekolah, madrasah, sawah dan langgar.

Ada lagi buku yang tidak akan kutemukan gantinya, dimana harus aku cari, kemana harus aku temui, yakni Ayahku yang rapuh fisiknya karena kena penyakit paru-paru basah, namun hasrat jiwanya bernyanyi di hatiku: gairah mencari itu. Ayakku—Soetikno [Allahu yarham], seorang yang ramah karena setiap yang melintas di jalan pasti beliau sapa dengan sesuai logat dan "cengkok" suara mereka, suaranya indah walau parau--beliau menimangku dalam kidung-kidung mocopatan. Adalagi buku yang tak kuasa aku menulisnya kecuali dengan airmata, yakni Ibuku--Hajjah Roekanah [Allahu yarhamhaa], cintanya yang telah ditunaikan sepenuhnya kepadaku, air susunya yang telah menjadi darah daging dan tulangku, do'a-do'anya yang telah bernyanyi di hatiku, deritanya yang telah menjadi saksi bagiku, pengabdiannya yang telag menjadi polesan indah hidupnya, yang sering menyembunyikan derita di depan mataku, tetapi aku melihat mata indah itu sampai ke lubuk hatinya, walau beliau sudah tiada tetapi di hatiku beliau menjadi buku cinta yang tiada akan usai aku baca dan aku selami selama hidupku, aku didera rasa malu karena tak mampu membalasnya itu, nampak jelas sampai detik ini senyumnya yang membungkus derita itu, dalam relung hatiku ini aku menjerit: wahai Ibu, dibalik tabir dunia ini, datanglah walau hanya dalam mimpi, menemani hari-hari anak yang pernah kau lahirkan ini, agar seperti dirimu: begitu megah membungkus derita dengan senyuman yang indah itu, aku ingin menjadi nyanyian hatimu....

Syair Cinta

Sedulurku tercinta, bila keyakinan bahwa semua hal telah lengkap tersedia di dalam wahyu Tuhan, seolah ilmu dan cahaya sudah selesai, sehinga persoalan-persoalan detail di dalam pernik-pernik kehidupan keseharian--termasuk kreasi hidup itu. Dari sinilah sumber permasalahan yang melahirkan sejarah menjadi jalan di tempat, semua yang berada diluar citra Tuhan akan dianggap salah, sesat dan bid'ah itu.

Kecendurungan ini menggiring kepada pertentangan dan konflik yang berkepanjangan, sampai kepada peperangan di berbagai belahan bumi. Misalnya soal lagu dengan syair-syairnya, bila syair ini berkenaan dengan keagamaan lalu orang bilang ini syair religius, dan bila tak sesuai dengan pola Tuhan maka ini jenis lagu sekuler dan profan itu. Kalau menurutku, jangan dipertentangkan karena keduanya dalam wilayah CintaNya, yakni wilayah Ar-Rahman dan wilayah Ar-Rahiim itu.

Pandangan ini menjadikan semua ciptaan bagian dari kehendak CintaNya, sehingga setan sekalipun jangan disalah-salahkan karena dalam mekanisme pematangan kemanusian, ia punya peran atas izinNya ini. Kalau ternyata setan dan segenap pengikutnya memiliki kreatifitas "menggoda", maka manusia harus menempa diri untuk membikin kreatifitas yang tak tergoda, bukan malah mengutuk-ngutuk mereka, bukan malah memperolok mereka.

Sikap ini lahir--menurutku, hanya karena kalah dalam pertarungan, apakah ini tidak memalukan bagi manusia. Jadi kalau ada yang sampai kalah dalam pertarungan, akuilah saja bahwa diri ini kalah dalam kreatifitas menggapai cahaya Tuhan, bukan malah menyalahkan mereka yang berurgensi atas pematangan diri ini, aneh.

Dalam hal ini Iqbal menyindir dalam sebuah syairnya, yang berjudul Nyanyian Setan: Aku bosan kepada manusia yang belum aku goda, mereka datang kepadaku: tangkaplah daku! Tetapi aku rindu kepada manusia yang berani menyatakan "tidak "kepadaku, aku puas kalau ketemu dengan orang seperti itu. Menurutku, bagi siapapun yang sering "cangkeman" mengkritik keburukan orang lain, ini bagian dari wujud kekalahan dan kehinaan, karena tidak mampu melawan dengan kreatifitas namun melawan dengan hanya bermodal dalil dan mulut [atau cankgkem] itu.

Andai dunia ini sebuah lapangan yang sangat luas, maka di sana berkumpul dua kelompok yang berbeda--misalnya, yang satu berdendang dengan wahyu Tuhan, yang satu berdendang dengan gubahan syair-syair dengan tetabuhan-tetabuhan. Kalau kita lihat hasrat jiwanya, tentu mereka itu sama karena sama-sama dalam kafilah menuju kepadaNya, tetapi hanya dalam bentuk yang berbeda itu, jangan sampai dipersoalkan eksistensinya.

Semua dalam wilayah CintaNya, kalau menurut Rumi, bagi yang berkidung tentang wahyu Tuhan--baiklah, itu wilayah Rahim. Tetapi bagi yang bersyair dan berdendang dengan tetabuhan itu wilayah RahmanNya, dimana mereka akan menanjak pada tataran Rahim pada ujungnya, sebab kalau tidak, mau kemana lagi kalau bukan kembali kepadaNya ini, ilahi raaji'auun. Satu contoh syair lagu dari The Cat ini: Ingin ku terbang jauh/Mengejarmu ke langit biru/Karna aku tak sanggup berdiri/Tanpa kamu disampingku/Kau di mana?/Aku tak sanggup bila sendiri/Tanpa dirimu di sisiku/Cepatlah pulang aku menunggumu/Ingin ku pergi saja/Dari sini mencarimu/Karena aku mebutuhkanmu/Bantu aku melangkah/Kau di mana?/Di sini sendiri tampamu/Tidaklah kau tahu/Diriku tenggelam dalam/Cinta kasihmu/Ku ingin cepatlah kau pulang/Di sini sendiri tanpamu.

Syair ini bisa kita runut dengan dua wilayah di atas: kalau kalimat kamu, kau, mu itu berujung kepada makhluk maka jelas wilayah rahman, tetapi kalau kamu, kau, mu berujung kepada Sang Khaliq maka jelas itu wilayah rahim. Dari lagu bisa melebar kepada kejahatan dan kebaikan, kepada maksiat dan taat, kepada kepada dunia dan akhirat, kepada neraka dan surga itu, sampai kepada keterjauhan dan keterdekatan denganNya itu....

Kawan-kawan, simaklah baik-baik semua kejadian di jantera alam sementa ini [termasuk syair-syair itu] dengan sudut pandang rahman dan rahim ini, sehingga kita akan menemukan teritorial CintaNya yang tak bertepi, kalau Tuhan mencintai hanya karena ingin disembah, bukankah ini cinta transaksi, subhanalllah, Dia mencintai melintasi ranah transaksi. Makanya siapapun juga kalau memulai pekerjaan tanpa berdasar akan bismillahirrahmanirrahim, maka ia akan terputus dengan rahmatNya. Dus, mereka yang suka "camgkeman" itu harus menyadari bahwa sebenarnya akuilah saja masih kalah dalam pertarungan kreatifitas dengan setan dan segenap "bolo" kurawanya itu, jangan suka memperolok, wis kalah moyok, ora ilok [hahahaha]....

Nyuwun Duko, dan Punten....