Minggu, 08 Mei 2011

Wilayah Cinta

Sedulurku tercinta, aku ini bukan orang yang disebut "weruh", tetapi masih bersifat data empirik yang menjadi "sarana" weruh itu, jadilah aku sering disebut orang "weruh", padahal merekalah yang menaburkan cahaya dan aku "melihatnya". Ada orang datang pada suatu ketika, dengan amat sangat panjang menaburkan berita: kenapa dan kenapa aku ini sering sakit-sakitan, kadang kepala pening dan pusing, kadang perut ini terasa melilit nan sakit. Kadang kaki ini terasa pegal melulu, lain waktu badan terasa panas dingin, telinga pada suatu ketika berdengung-dengung, kulit tubuh ini sering gatal-gatal, mata ber kunang sampai langkah terhuyung, gigi ini sungguh tak kuat kalau sedang sakit, pilek yang sering bertandang, nafas kok sering sesak padahal tidak perokok, bibir kalau pas pecah-pecah semua makanan menjadi tidak enak, dan seterusnya dan seterusnya.

Ada lagi orang bertandang dengan seambreg problematika kehidupan: kenapa usahaku sealu gagal dan gagal, apakah aku ini ditakdirkan "kere" oleh Tuhan, mendirikan warung pembelinya jarang, jualan mainan anak-anak keliling hanya memperoleh kelelahan dan kepayahan, menjadi kuli bangunan aku tidak tahan karena sering diremeh-remehkan mandornya, sementara join dengan kawan aku ditipu habis-habisan, sementara kebutuhan rumah tangga harus ditunaikan, anggaran kemasyarakatan musti diwujudkan, anak-anak butuh uang jajan, sementara aku sendiri suka jajan dengan mengejar selera makanan, tambah lagi istriku begitu rewel yang mengarah pada berbagai keadaan ini dan itu ke anak-anak juga demikian, dan seterusnya.

Ada lagi orang ketemu di jalan dengan mengedepankan masalah juga: aku heran dan sunguh heran, katanya bangsa ini melimpah karunia tetapi kenapa rakyatnya dilanda kemiskinan dengan berbagai bentuk, siapa yang salah ini, siapa yang salah, presidennya begitu mengecewakan, MPR-nya sungguh tidak ada nampaknya, DPR-nya tidak mencerminkan suara rakyat, pejabatnya asyik sendiri dengan kenikmatan fasilitas yang dibeayai rakyat, wilayah-wilayah regional mengalami keadaan yang sama secara struktural, alam rusak, generasi hancur moralitasnya, pembunuhan dimana-mana, perampokan, pencabulan, permalingan tak kunjung berhenti, dan seterusnya.

Ada lagi yang agak lebih luas masalahnya, karena ketemu orang yang nampak sebagai begawan dengan abadi kegelisahannya: Amerika itu sungguh biadab, Yahudilah biang keroknya itu, lalu Palestina menjadi abadi kesengsaraannya, inilah gara-gara tatanan ekonomi kapitaslis yang imperialis itu yang menjadikan goncangan dunia sampai Afrika banyak yang dilanda kelaparan dan belahan bumi banyak dilanda kemiskinan dan kebodohan, makanan anjing di Amerika saja bisa menjadi rangsuman kelaparan di Etiopia sebenarnya tetapi apa yang terjadi, karena produk banyak yang bersifat kimiawi maka lahirlah pemanasan global yang menjadikan air laut naik dan rob terjadi di berbagai belahan bumi, dan seterusnya.

Ada lagi, orang datang hanya diam seribu bahasa, ia hanya memandangku sesekali lalu merunduk lagi, sepertinya sedang merenung abadi, ia hanya melihat tetapi tidak berkomentar, kadang tersenyum kadang cemberut, kadang mendesah kadang berguman sendiri, sampai pamit pulang, aneh tapi nyata. Ada lagi yang datang ke rumah dengan berceramah: pemeluk agama ini banyak yang tidak sama dengan Kanjeng Nabi, semua bid'ah dan bid'ah itu jelas akan ditolak mentah-mentah oleh Gusti Allah dan pasti masuk neraka, zaman ini edan, semuanya gila, agama sudah dilecehkan, banyak yang mengaku Nabi, mereka mengejek Nabi, tempat ibadah sunyi dari jama'ah, tokohnya banyak yang hidup dari jama'ahnya, jama'ahnya menderita Kiai-nya sejahtera, dan seterusnya. Ada lagi yang ketemu di Bus, sama-sama jadi penumpang, diam-diam berbicara: mas, aku menolak hal-hal yang tidak rasional, agama tanpa akal tak ada....

Kawan-kawan, aku dengarkan semua ini, lalu aku tersenyum manis, dengan memilah-milah keadaan mereka: ada yang ranah tubuh wilayahnya, ada yang ranah akal wilayahnya, ada yang ranah teritorial jangkauannya, ada yang ranah dunia keluasannya, ada yang ranah ilahiyah wilayahnya, aku hanya tersenyum, dan tidak mau membicarakan mereka, karena semuanya ini wilayah Cinta, semuanya indah, tingggal merangkumnya menjadi kemenyuluruhan ini, jadinya tidak berpetualang dalam banyak bagian, atau isme itu....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar