Sedulurku tercinta, menurutku kata kasar itu tidak ada, karena ia hanya aran [sebutan] yang bila dipandang ruh dari kata itu, aku menyangka malah inti do'a yang akan menjadikan semangat menuju kebaikan itu, kepadaNya. Adalagi sindiran yang halus, dan ini membutuhkan kepekaan hati karena orang itu mengkritik dan memprotes dengan kelembutan, yang pada ujungnya hanya untuk pemenuhan akan kepedulian tentang kasih sayang dan cinta itu.
Para suami ketika menghadapi istri yang protes, jangan tergesa diprasangkai tanda bahwa istri itu benci, padahal hakekatnya ingin disayang lebih dari yang sudah ada itu, lebih dari yang sudah ditunaikan itu cintamu. Ketika karyawan protes, pihak perusahaan mustinya jangan tergesa marah atau benci kepada karyawan ini, mustinya menyadari lewat protes mereka itulah pada dasarnya: Dia menegurmu dengan sangat nyata itu, dan relakan sepenuhnya hatimu, bos. Ketika anakmu protes kepadamu sebagai orang tua, maka luruhkan hatimu, bukannya anakmu itu nakal, tetapi mereka membutuhkan dan sangat amat akan perhatianmu, sepenuhnya. Ketika rakyat itu protes, maka sebagai pemimpin jangan tergesa menyangka mereka itu rakyat yang tidak baik, atau rakyat yang membenci pemimpin atau rakyat yang "waton suloyo" serta rakyat yang benci kepada pemimpinnya namun mereka rindu akan kasih sayang pemimpin ini untuk tak menunda kebijakan yang nuansanya kasih sayang dan cinta: segera!!
Ketika ada sahabat yang protes kepada kita akan tuntutan supaya kita itu jadi orang jangan "ngomong doank" tentang kisah-kisah hidup ini, maka jangan marahi dan jangan benci sahabat itu, malah prasangkahilah mereka bahwa mereka itu bagian dari utusanNya, agar kita membuktikan antara kata dan perbuatan nyata itu, indahnya sahabat itu.
Ketika ada murid protes kepada guru, maka hati-hatilah wahai para guru bahwa itu tanda mereka [murid-muridmu itu] meminta akan perhatianmu sebagai guru, dimana guru itu adalah ayah bagi anak-anak itu. Ketika ada jama'ah yang protes kepada imamnya, jangan prasangkai itu jama'ah yang berhati busuk namun [bagi imam] terimalah dan sadarilah bahwa imam itu bukan malaikat, maka lewat jama'ah itulah imam bisa menjadi manusia, yang nyata-nyata punya salah dan dosa.
Ketika tetangga protes, maka bagi kita juga jangan cepat menyimpulkan bahwa itu tetangga jelek, boleh jadi kita yang jelek itu, maka lewat tetangga itulah Dia menegur kita sebenarnya. Ketika pembantu rumah tangga kita protes, tuan rumah jangan tergesa menyimpulkan bahwa itu pembantu yang tidak benar, boleh jadi lewat pembantu inilah kebenaran itu datang di rumah kita, supaya kita memberikan hak-haknya yang kita lalaikan--padahal ia telah menunaikan cinta seluruh dirinya di rumah ini. Dari sudut pandang ini bisa ditarik garis pemahaman bahwa protes dengan berbagai bentuknya, dari yang kasar atau halus itu sebenarnya merupakan teguran dariNya, karena kata-kata itu bayangan jiwa dan jiwa itu darimana kalau bukan dari pantulan cahayaNya.
Jadinya, bila ada sebuah protes maka harus diurai secara jujur dan lapang dada, yang pada ujungnya penguraian itu akan membuahkan hasil bahwa pemprotes bagi kita adalah bentuk nyata keinginanNya, agar ada perubahan pada diri kita untuk menjadi yang lebih baik ini. Bukankah sekelas kejahatan saja, itu sebenarnya adalah cahaya yang belum terkuak kedoknya, atau keburukan adalah sebenarnya kebaikan yang tidak mendapat ruang itu. Apalagi sekelas protes, tentu tidak bisa kita anggap keburukan atau kejahatan, ia ada didekat kita setiap waktu....
Kawan-kawan, aku tulis catatan ini setelah membuka fbku pagi ini, ada kiriman dari Kang Rudd Blora dan Kang Susilo, berisi pengumuman pos-pos bantuan beserta nomor hp-nya, kiriman ini amat menyentak hatiku, sepertinya Kang Rudd dan Kang Susilo memprotes diriku: Hai Kiai Budi, jangan nulis melulu, jangan cerita melulu, kapan kau hadir di tengah tangisan umat ini, kapan kau menyeka tangisan hamba ini, kapan, kapan, kapan? Bahkan aku dalam-dalamkan sendiri: Hai Kiai Budi, kamu ini jangan "nyocot doank", derita tak bisa kau jawab dengan kata dan do'a!!!....
Aku tahu sahabat-sahabatku ini, protes Cinta padaku dengan lembut, tepat pada saat aku menunggu anakku Gus Syahiq untuk aku ajak "ngamen" dengan lagu yang ia bisa: You are not alone itu. Tunggulah kawan, aku akan menyusulmu, trimakasih atas protesmu yang halus ini sebagai bentuk cintamu padaku, sepertinya kau menasehatiku jangan menunda cinta, sebagaimana yang Kang Ruud dan Kang Susilo tahu: siapa diriku ini....
Jazakumullah dan barokallah, Labbaik Gus!!!
Selasa, 03 Mei 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar