Sedulurku tercinta, ketika aku naik bus perjalanan luar kota, ada satu hal yang aku persiapkan, yakni uang untuk para saudaraku yang menyongsong rejeki dengan pertarungan--yakni para pengamen itu. Mereka ternyata antre untuk tampil di perjalanan itu, dengan berbagai jenis musik yang mereka kuasahi dan dengan peralatan yang mereka punyai serta dengan ekspresi mereka yang berbeda-beda.
Ada seorang perempuan muda berbadan gemuk, suaranya parau dan amat pelan, beralat musik tutup botol yang dipaku pada sebilah kayu pendek, menyanyi campursari seadanya--dengan gaya cuek bebek, berlalu. Kemudian ada pengamen berpasangan--kali ini jenis ndangdut--berdendang dengan lirik-lirik mendayu merayu merdu, kemudian berlalu. Lalu ada yang bernyanyi dengan gitar kecil, bernyair melalui lagunya dalam bentuk kritik sosial dan komedi--menurutku sangat kreatif, berlalu.
Diselingi seorang wanita, membawa kotak amal--katanya untuk pembangunan musholla, menunjukkan surat-surat serta alamat lengkapnya, tentu didahului khutbah seadanya yang sesuai dengan kepentingannya, berlalu. Diselingi lagi para penjual barang yang langsung meletakkan jualannya di pangkuan itu, membeli atau tidak bukan masalah, berlalu.
Diselingi lagi penjual kopiyah dengan agak sedikit panjang berkhutbah--dengan model yang sama--meletakkan dagangannya di pangkuan para penumpang, berlalu walau diacuhkan. Kali terakhir ada yang menggelitik hatiku, sosoknya kurus tinggi, bergitar besar, dengan bertutur lembut [pakai bahasa jawa], memberikan prolog sebelum dia bernyanyi: Kepada Bapak sopir dan kernet yang saya hormati serta Bapak Ibu para penumpang yang sangat saya cintai, sebuah perjalanan hidup selalu berhadapan dengan berbagai masalah, jangan sampai menghadapinya dengan marah dan jengkel tetapi hadapilah dengan segenap kerelaan yang penuh--sepenuh hati, termasuk juga kala menghadapiku ini [aku lihat dia bilang sambil tersenyum], lalu dia beruluk salam lengkap--salam sejahtera, assalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh!
Lagu yang ia dendangkan sejenis pop, namun bisa di abstraksikan secara ruhaniyah--walau petikan gitarnya tidak begitu piawai, pesan lagu itu tergantung tingkatan penerimanya itu. Coba simaklah: Bila cinta menggugah rasa/begitu indah mengukir hatiku/menyentuh jiwaku/hapuskan semua gelisah/Duhai cintaku,duhai pujianku/datang padaku dekat di sampingku/ku ingin hidupku selalu dalam pelukannya/Terang saja aku menantinya/terang saja aku mendambanya/terang saja aku merindunya/karena dia,karena dia,begitu indah/Duhai cintaku pujaan hatiku/peluk diriku dekaplah jiwaku/bawa ragaku melayang/memeluk bintang/Terang saja aku menantinya/terang saja aku mendambanya/terang saja aku merindunya/Begitu indah/begitu indah/begitu indah/begitu indah/begitu indah/begitu indah.
Bapak sopir dan kernet serta para penumpang yang berbahagia--lanjutnya, itulah lagu dari Group musik Padi, kali ini akan aku nyanyikan lagunya Gigi, dengarkanlah: Sinar matamu pancarkan kedamaian/Yang slama ini kita impikan/Lirih suaramu taburkan kesejukan/Besar artinya untuk diriku/Lembut sikapmu/Hadirkan kehangatan/Yang slalu ingin kuungkapkan/Manis senyummu getarkan jiwa ini/Abadilah adanya dirimu/Damainya cinta untukmu/Yang tak kan mungkin hilang semua/Lembutnya cinta untukku/Kan kupeluk selamanya/Akhirnya cinta menunggu di sana/Raih dengan hati yang terbuka.
Bapak Ibu para penumpang yang tercinta--lanjutnya, itulah yang dapat aku berikan dalam menemani perjalanan, walau sesaat barangkali akan menjadi kenangan yang indah di hatimu semua, disamping itu aku mendo'akan: semoga engkau semua dianugrahi panjang umur rajin ibadah, dianugrahi rejeki yang banyak halal dan barokah, dianugrahi anak cucu yang saleh dan salekhah, dianugrahi keselamatan dunia dan akhirat, amin2 ya robbal'alamin.
Disamping itu--lanjutnya, saya mengingatkan nanti kalau turun jangan sampai lupa barang bawaannya, walau barang itu tidak begitu berarti namun sangat penting buat keluargamu semua yang menanti di rumah--apalagi oleh-olehnya itu, jangan meletakkan barang sembarangan, waspadalah, waspadalah [menitu Bang Napi] karena kejahatan itu bisa terjadi karena adanya niat dan kesempatan.
Selamat jalan--lanjutnya, selamat beristirahat dalam perjalanan semoga sampai tujuan, amin, saya sadar bahwa engkau semua punya hati dan perasaan: kenapa aku bernyanyi....
Kawan-kawan, kalimat yang terakhir begitu menyentuhku, saat itu aku memintanya lagi menyanyi, ia menggelengkan kepalanya sambil senyum. Pengamen itu dimataku mengingatkan akan simbol untuk berdo'a kepada Tuhan, bagai orang mengamen itu. Kanjeng Nabi mengabarkan bahwa setiap do'a akan dikabulkannya, cuma harus disadari akan waktunya: dikabulkan langsung, atau ditunda waktunya, dan masih tersimpan kokoh disisiNya, bagi yang sampai sekarang belum terkabul ketahuilah: boleh jadi Tuhan senang akan suaramu itu....
Bagai pengamen yang indah tadi, tentu bukan receh yang akan diberikannya....
Sip, Sip, Sip….
Rabu, 04 Mei 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar