Selasa, 10 Mei 2011

Etika Cinta

Sedulurku tercinta,melihat keterangan di atas bisa difahami bila pada saat kuatnya dorongan-dorongan thabi'i menjadi sangat berbahaya dan kadang-kadang membinasakan akhlak serta kerohanian,dan karena itu di dalam Kitab Al-Qur'anul Karim dia dinamakan keadaan-keadaan nafs ammarah itu.

Hai,Tuan Licik!
Jangan lakukan amal saleh karena niat egois yang tersembunyi.
Cepat masuklah ke dalam api seperti ngengat.
Jangan timbun kebaikan.
Biarkan cintamu mengalir bebas.
[Jalaludin Rumi]

Jika dipertanyakan, apa pengaruh Al-Qur'an Suci terhadap keadaan-keadaan thabi'i manusia, dan bimbingan apakah yang diberikannya dalam hal itu, serta secara amal, sampai batas manakah yang diperkenankannya?

Hendaknya diketahui bahwa menurut Al-Qur'an Suci keadaan-keadaan thabi'i manusia mempunyai hubungan yang sangat erat sekali dengan keadaan-keadaan akhlaki serta rohaninya. Bahkan, cara manusia makan minum pun mempengaruhi keadaan-keadaan akhlaki dan rohani manusia. Jika keadaan-keadaan thabi'i dipergunakan sesuai dengan bimbingan-bimbingan syari'at, maka sebagaimana benda apa pun yang jatuh ke dalam tambang garam akan berubah menjadi garam juga, seperti itu pula semua keadaan tersebut berubah menjadi nilai-nilai akhlak dan memberi pengaruh yang mendalam sekali pada kerohanian. Oleh karena itu, Al-Qur'an Suci amat memperhatikan kebersihan jasmani, tata-tertib jasmani, dan keseimbangan jasmani dalam berusaha untuk mencapai tujuan segala ibadah, kesucian batin, kekhusyukan, dan kerendahan hati.

Taman kalbu berair dan segar,
dengan bunga melati,mawar,dan pohon cemara.
Kata-kataku membawa aroma mereka.
Ikuti aroma itu ke Taman Firdaus.
[Jalaludin Rumi]

Dengan ini bisa ditarik kandungan makna bahwa tingkah laku jasmani amat besar pengaruhnya pada ruh. Sebagaimana kita saksikan perbuatan-perbuatan alami, walaupun pada lahirnya bersifat jasmani, namun tidak ayal berpengaruh pada keadaan rohani kita. Misalnya, apabila kita mulai menangis, kendatipun hanya pura-pura serta dibuat-buat, air mata menggugah suatu perasaan dalam hati dan hati pun ikut merasa sedih. Demikian pula, apabila kita mulai tertawa secara pura-pura dan dibuat-buat, di dalam hati pun akan timbul rasa gembira. Kita saksikan juga bahwa gerakan sujud secara jasmani pun menimbulkan suatu perasaan khusyuk dan kerendahan hati dalam ruh. Sebaliknya kita saksikan pula bahwa apabila kita berjalan dengan menegakkan kepala seraya membusungkan dada, hal ini segera menimbulkan semacam rasa takabur dan tinggi hati.

Sebagaimana perbuatan dan tingkah laku jasmani berpengaruh pada ruh, begitu pula adakalanya ruh pun berpengaruh pada tubuh. Orang yang mengalami kesedihan, matanya tentu tergenang air mata, sedangkan yang bergembira tentu akan tertawa. Makan, minum, tidur, bangun, bergerak, istirahat, mandi dan lain-lain merupakan perbuatan alami. Segala perbuatan itu pasti mempengaruhi keadaan rohani kita. Struktur jasmani kita sangat erat hubungannya dengan perangai kemanusiaan kita. Penderitaan jasmani juga akan memperlihatkan pemandamngan menakjubkan yang dengan itu terbukti bahwa antara ruh dan tubuh terdapat pertalian sedemikian rupa, di luar kemampuan manusia untuk menyingkap rahasianya.

Perhatian Tuhan menganugerahkan kepada manusia ajaran-ajaran perbaikan terhadap keadaan thabi'i, lalu secara perlahan-lahan menganngkatnya ke atas dan ingin mengantarkan sampai kepada derajat tertinggi keadaan rohani, memiliki beberapa alasan:
Pertama, Dia berkehendak melepaskan manusia dari cara-cara hewani dengan mengajarkan kepadanya: cara duduk, bangun, makan-minum, bercakap-cakap dan segala macam tata-cara hidup bermasyarakat. Dan dengan menganugerahkan perbedaan nyata dari kesamaan terhadap hewan, Dia mengajarkan suatu derajat dasar keadaan akhlaki yang dinamakan adab dan tata krama itu.
Kedua, Dia memberikan keseimbangan pada kebiasaan-kebiasaan alami manusia yang dengan kata lain dapat disebut akhlak razilah [akhlak rendah]. Sehingga dengan mencapai keseimbangan itu, ia dapat masuk ke dalam warna akhlak fadhilah [akhlak tinggi]. Akan tetapi, kedua langkah ini pada hakekatnya sama, sebab bertalian dengan perbaikan keadaan-keadaan thabi'i. Hanya perbedaan tinggi rendah sajalah yang menjadikannya dua macam. Dan Sang Maha Bijaksana telah mengemukakan tatanan akhlak dengan cara demikian sehingga melaluinya manusia dapat maju dari akhlak rendah mencapai akhlak tinggi.
Ketiga, Dia berkehendak manusia tenggelam dalam kecintaan dan keredhaan Sang Maha Penciptanya Yang Hakiki, serta segenap wujudnya menjadi milik Allah. Inilah suatu tingkat yang untuk mengingatkannya, maka agama orang-orang muslim telah diberi nama Islam. Sebab, yang disebut Islam ialah penyerahan diri secara sempurna kepada Tuhan dan tidak menyisihkan sesuatu bagi dirinya sendiri, sebagaimana Dia berfirman dalam Surah Ali Imran ayat 32: Katakanlah kepada mereka, jika kamu cinta kepada Allah, maka ikutilah aku, dan berjalanlah pada jalanku supaya Allah pun cinta kamu dan mengampuni dosa-dosamu. Dan Dia adalah Maha Pengampun dan Maha Penyayang.

Kekasih adalah Esa
yang tidak berawal maupun berakhir.
Ketika engkau temukan Dia,
engkau tak akan mengidamkan yang lain.
Di lah Yang Maha Lahir dan Yang Maha Batin.
Air asin dan air tawar selamanya terpisah di dunia ini.
Tinggalkanlah keduanya.jalan teruslah sampai Sumbernya.
[Jalaludin Rumi]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar