Rabu, 04 Mei 2011

Posko Cinta

Sedulurku tercinta, sore ini aku mau berangkat ke lereng gunung Merapi dari arah Boyolali, aku tidak membawa apa-apa, hanya membawa hati untuk mencintai apa dan siapapun yang sementara ini disapaNya dalam bentuk musibah ini. Pertama aku akan menempati Rumah Bani Adam, yang di tuan rumahi oleh sahabatku di Pesantren dulu: K.H. Fahruri--pemilik Toko Pepak ini, Jl.Pahlawan No.50 Boyolali yang akan aku jadikan Posko Cinta, telepon 0276 325041, Hp 081225363412, 085733806301, sendirian.

Hari berikutnya ada santri-santri yang akan berbakti dan tentu kerja bakti, seterusnya anak-anakku sekeluarga agar mereka tahu dan tak meminjam mata orang lain untuk sebuah peristiwa hidup ini. Acara pengajian tetap jalan, namun selesai pengajian aku akan kembali ke Posko ini, entah sampai kapan aku tidak tahu, yang penting semua kebagian: diri, keluarga dan umat itu. Langkah ini bagian dari panggilan cinta, yang semampunya bisa aku berikan bersama-sama, maknanya aku tidak sendirian: ada sahabat, kenalan, sedulur, jama'ah dan siapa saja yang mau bersama dalam pelayanan kemanusiaan ini.

Bentuk pelayanan juga tidak terumuskan karena melihat luasnya permasalahan, aku mengalir begitu saja terhadap arus cinta ini, andai aku bisa membantu seorang saja, sudah aku syukuri habis-habisan--pelatihan hidupku: meng"kita"kan aku ini.

Dalam langkah ini, aku mengandaikan sifat sepuluh kebajikan anjing yang belum tentu dimiliki manusia itu.
Pertama, aku harus kuat terjaga karena anjing itu sedikit tidurnya, sifat ini biasanya dimiliki orang-orang yang ahli tahajjud.
Kedua, aku harus kuat untuk makan sedikit [bukan sedikit-sedikit makan], sifat ini biasanya dimilki orang-orang yang sholeh, cirinya mengutamakan orang lain dibanding dirinya.
Ketiga, aku harus rela bertempat dalam kesederhanaan [kalau bisa bumi sebagai lantainya, langit sebagai atapnya], sifat anjing ini juga dimilki orang-orang yang bijak dengan rela berteduh ala kadarnya itu--sifat qona'ah itu.
Keempat, aku tak membawa bekal apa-apa sebagaimana anjing pergi dengan begitu saja, karena yakin di bumi manapun ini pasti ada karunia Tuhan, sifat ini yang disebut orang-orang tawakkal itu.
Kelima, aku musti menjauhi kepentingan duniawi yang bisa meringankan dalam pengabdian dan asyik dalam pelayanan, sifat ini yang disebut zuhud itu, bukan menafikan dunia tapi melatih untuk menjadikan dunia ini sebagai "ladang" dari akhirat itu.
Keenam, andai ada yang tidak suka, bahkan melempari kritik dan ejekan juga harus direlakan, bagai anjing dilempar tuannya walau seratus kali tetap setia kepada tuannya, akupun harus melatih setia kepada Dia itu--sifat ini dimilki oleh para pecinta kepada Tuhannya, walau didera derita tidak akan lepas cintanya itu--tetap mendekat, asyik.
Ketujuh, aku nikmati saja semua goresan hidup hingga masalah apapun, sifat ini bagian dari aplikasi syukur, bagai anjing yang diberi tuannya secuil roti namun ia makan dengan lahap sambil matanya menatap tepat di bola mata tuannya.
Kedelapan, aku harus jujur, karena kejujuran anjing itu bagian dari sifat yang juga dimilki oleh orang-orang shaleh yang siddiq itu--kalau anjing hanya gug, gug, gung itu.
Kesembilan, aku harus sabar sebagaimana anjing itu menunggu apa saja dari tuannya, baik menanti rejeki atau perintah itu--dalam hal ini kita kenal apa yang disebut kesetiaan.
Kesepuluh, aku harus tetap semangat dalam menyongsong panggilan cinta, sebagaimana anjing itu begitu tuannya nampak, ia terkesiap sigap sepertinya bilang kepada tuannya: labbaik, aku siap kau perintah apa saja tuan....

Kawan-kawan, sederhana sebenarnya memahami dan merasakan panggilan cinta itu, dimana ketika kita melayani dalam berbagai jenis dan bentuk itu secara otomatis ke"aku"an lenyap dan yang kelihatan dan terdengar hanya panggilan-panggilan cinta. Berat memang, namun ketika kita menatap akan WajahNya, maka goresan apapun hidup tidak akan menggores kalbu kita, andai menggores pun tidak akan terasa karena tatapan Cinta kepadaNya itu, bagai memandang Nabi Yusuf saja: tangan-tangan perempuan itu tak terasa teriris karena pesona wajahnya, apalagi memandang Wajah yang membikin Nabi Yusuf itu--yakni Allah swt, tentu deritapun terasa manis, berat pun menjadi ringan, raja pun berani menjadi sahaya itu....

Pareng dan pengestunipun kawan-kawan....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar