Minggu, 08 Mei 2011

Sapaan Cinta

Sedulurku tercinta, Kanjeng Nabi mengingatkan: tidak akan dicintai bagi orang yang tidak mencintai, wasiat ini mengajarkan tentang Cinta yang "aktif" dari diri untuk memulai terlebih dahulu, bukan menunggu secara pasif. Malah secara simpel Beliau menganjurkan: mulailah dari dirimu sendiri, ibda' binafsik itu.

Ketika aku berwudlu, dengan amat jelas bagai menasehati diri ini: aku basuh mukaku biar punya rasa malu, aku basuh tanganku biar benar cara kerjaku, aku usap kepalaku biar benar berfikirku, aku usap telingaku biar benar pendengaranku, aku basuh kakiku biar benar langkahku selalu. Kemudian berdiri sejenak dalam sembahyang demi sembahyang, meletakkan kepala dibawah tumit dalam sujud demi sujud, bersimbuh dalam tafakkur demi tafakkur, dan bersunyi ria dalam khalwat demi khalwat--berdepan-depan denganNya.

Dari sini, bisa dimulai kefanaan diri itu, lalu yang nampak seluruhnya adalah Dia, Dia, Dia, bagai matahari ada dalam dada ini, ketika cahaya itu ada nampaklah semuanya ini dengan terang benderang itu. Semua selubung semesta ini menjadikan Dia nampak lebih terang dibaliknya. Dalam bentuk sederhana saja, ketika aku temui siapa saja lalu aku sapa, detik itu juga mereka bisa menjadi saudara, menjadi sahabat, dan bisa menjadi apa saja yang memberkahi adanya.

Ketika aku berjama'ah di masjid atau mushalla, begitu usai dan aku sapa mereka, jadilah mereka saudaraku—seiman [dari aliran dan faham apapun itu], ketika aku mengisi sebuah acara pengajian maka detik itu juga tercipta hubungan keintiman dalam tawa dan tangis sebagai saudara, ketika aku berada di peron stasion atau di terminal bis atau di bandara dan menyapa mereka maka detik itu tersambung jiwa-dengan jiwa tanpa sekat primordial itu, dan menjadi sedulur seketika yang menyenangkan--dengan rata-rata ngasih nomor hape-nya.

Ketika aku membuka facebook, sampai hari ini [baru 5 bulanan lah], maka seketika mengalir sedulur sebagai teman dan banyak yang meningkat menjadi sahabat, semua menyenangkan dan menggembirakan--melintasi batas teritorial. Ketika aku naik taxsi, aku sapa itu sopir dengan dialog mesra, lalu menjadi saudara. Ketika aku naik bis, naik kereta, naik pesawat, maka aku sapa mereka yang duduk disamping kanan atau kiri dengan mesra, maka seketika mereka menjadi saudara.

Ketika aku jajan nasi "kucing" [istilah Semarang], atau nasi "angkringan" [istilah Jogja sekitarnya], atau nasi "jotos" [istilah Mediun] maka aku sapa dalam obrolan yang mengasyikkan, seketika mereka semua menjadi sedulur yang saling melepas rindu itu. Ketika aku belanja di pasar, maka aku rasakan sendiri bahwa hakekatnya mereka itu semua adalah melayani antar sesama manusia, bukan sekedar transaksi uang, karena tanpa kehadiran mereka maka mata rantai "rahmat" Dia belum tentu kita temukan, lalu terjadilah hubungan yang saling menguntungkan, bahkan meningkat menjadi pelangggan, dan bahkan lebih dari itu.

Ketika aku menyapa bunga-bunga, maka ia pun membalas dengan menaburkan aroma wanginya. Ketika aku menyapa pepohonan, maka ia pun menebar senyum dengan menyodorkan buah-buahan itu. Ketika aku menyapa burung-burung, maka ia membalasnya dengan berlebih akan kicauan yang merdu merayu itu. Ketika aku menyapa milikNya, maka seketika aku merasa dalam keluargaNya itu, sebagai saudara satu sama lainnya.

Makanya sering aku merenungkan firmanNya: semua makhluk adalah keluargaKu. Ya, semua gerak semesta ini terajut oleh tali cintaNya. Ketika aku membaca Kitab SuciNya, aku merasa berbisik denganNya, ketika aku baca kisah kekasihNya terasa olehku berdepan-depan dengan beliau itu, ketika aku baca manaqib para kekasih kekasihNya maka terasa olehku kehadiran sosok yang telah membukakan jalan Cinta ini, dari beliau-beliaulah cahaya ini terpercik itu, sampai di dada ini.

Ketika aku mengenang orang tuaku, terbayang beliau sebagai "busur"nya, sementara aku ini panahnya, dan dibalik busur itu ada Dia, Sang Maha Pembidik itu. Ketika, ketika, ketika....

Kawan-kawan, sampai kepada ketika aku betemu orang atau barang, yang nampak citra buruk lahiriyahnya, maka tetap aku sapa dengan cinta, karena aku tidak melihat keburukannya, aku abaikan aib-aibnya, dan aku pandang bahwa semua ini,mereka semua itu adalah sentuhan "tangan" lembut dariNya itu....

Maha Suci Dia!!!....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar