Sedulurku tercinta, sebagaimana dalam dunia keintiman jasadiyah persuami istrian, baju-baju harus dilepaskan, demikian juga dalam keintiman ruhaniyah kepadaNya maka segala atribut harus ditanggalkan--kata Rumi, karena tidak selayaknya ada yang pantas dibawa kecuali cinta hanya kepadaNya itu, sepenuhnya hatinya.
Dalam keintiman jasadiyah saja kata-kata menjadi tidak berguna lagi karena asyik dalam tatapan cinta--dan indahnya pertemuan, demikian juga dalam keintiman ruhaniyah kepadaNya, mulut terkunci dan kebahagiaan membuncah di dada ini--tak terbahasakan. Bagi yang merasakan tidak akan mungkin mampu menerangkan kelezatan keintiman itu, bagi yang tidak merasakan maka tak akan mungkin bisa menikmati indah dan pesona keintiman itu, sama sekali.
Wanita sebagai tajalli kecantikanNya atau jamaliyahNya, maka ia disebut bayang-bayangNya karena tataran seorang lelaki--sebagai kamaliyahNya atau kegagahanNya, manakala akan semakin menanjak pada tataran rukhaniyah keintiman kepadaNya, maka harus menyelami jiwa wanita itu sedalam-dalamnya.
Siapapun lelaki yang meremehkan wanita--misalnya dalam rumah tangganya atau melacur, maka ia akan kesulitan menemukan jalan menuju keintiman kepadaNya. Salah satu sifat yang dimiliki wanita yang paling menonjol adalah adanya kecemburuan itu, dimana dalam dunia keintiman harus dia yang menjadi pusat tatapannya. Demikian juga dalam sisi dan ranah ilahiyah, hanya Dia yang harus menjadi pusat pandangan hati, tak ada yang lain.
Lihatlah apresiasi para pecinta Dia, misalnya Rumi yang menyatakan: Alis, tahi lalat, dan kemerahan bibir wanita, Dia lebih nampak terang dibalik selubung nan halus ini. Tataran disini maksudnya, kalau sama selubung halus ini saja manusia sudah sedemikian jatuh hati, apalagi yang memolesnya dengan jemari lembutNya itu--yakni Allah swt, tentu manusia akan menemukan pesona yang tak bertepi dalam hatinya atas tatapan itu.
Berbahagialah para wanita yang menemukan lelaki dengan sudut pandang yang sangat rukhaniyah itu, tentu lelaki itu akan memuliakannya sebagai tataran adab dan tatakrama dalam hubungannya dengan Dia itu. Dan berbahagialah juga para lelaki yang menemukan wanita dengan polesan jemari lembutNya itu, dalam bentuk indahnya adab dan tatakrama pergaulannya--termasuk keintimannya.
Dalam sebuah syair disebutkan: hal yang pokok [wajib] bagi manusia adalah mengenal siapa Tuhannya. Ketika manusia mengenal siapa Tuhannya, maka ia kan mengetahui peraturan-peraturan yang menjamin akan keselamatan dan kebahagiaan dunia akhiratnya. Peraturan-peraturan itu sedemikian teliti dan lengkap, supaya manusia bisa mencercap cintaNya itu. Rumi sampai berpesan: isaplah ajaran-ajaran Tuhan bagai bayi mengisap puting susu Ibunya itu, kalau bayi mengisap puting susu Ibunya akan berkembang jasadnya, kalau manusia mengisap ajaran-ajaran agama maka akan berkembang ruhaniyahnya secara nyata--walau bertahap atau pelan-pelan.
Kalau lelaki dan wanita sudah sampai pada tataran menatap kepada Dia semata, maka mereka akan memperoleh keluasan dan kejembaran dalam kalbunya, juga dalam pergaulannya secara syar'i itu. Di luar koridor ajaran-ajaran itulah yang menjadikan Allah cemburu, karena kalau itu terjadi bisa membawa manusia menuju selainNya. Cemburu di sini disebabkan adanya ego yang menghalangi dalam tatapan CintaNya, dan induk dari segala berhala--kata Rumi--adalah apa yang disebut: aku itu.
Ada salah seorang mengetuk pintu Tuhan,dan Dia bertanya: siapa itu? Aku--jawab seseorang. Pergilah wahai fulan--sergah Allah, di sini tiada yang mendua. Dua puluh tahun kemudian,setelah seseorang itu melakukan tirakat atau riyadhah dan menemukan dirinya, lalu mengetuk pintuNya lagi. Siapa itu--tanya Dia. Engkau--jawab si fulan itu. Maka Dia menjawab: silahkan masuk, di sini ada tempat untuk kita berdua. Bedakan antara mendua dengan ada tempat untuk kita berdua itu, mendua itu menujukkan ketakkhusyu'an dan ada tempat untuk kita berdua itu menunjukkan keintiman hubungan. Cemburu di sini bukan karena Dia tersakiti [hal ini mukhal], tetapi cemburu itu merupakan tanda cintaNya bahwa hamba sebagai kekasihNya itu agar tidak tersesat jalan titiannya, agar hamba itu menjadi setia, setia, setia, setia....
Kawan-kawan, dalam hubungan perjodohan ini bisa menjadi miniatur dalam menggapai keridloanNya, rukunlah selalu dan setialah selalu dalam rumah tangga dan perjodohan ini karena suasana rukun adalah suasana surga yang diturunkan Tuhan di bumi--sabda Kanjeng Nabi saw, bukan sebaliknya cekcok melulu, karena ketakrukunan itu suasana neraka yang diturunkan Tuhan di bumi....
Na'udzubillahi mindzaalik...
Rabu, 04 Mei 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar