Rabu, 04 Mei 2011

Bento Cinta

Sedulurku tercinta, biasa dalam sebuah kata mengandung beberapa makna dan interpretasi, misalnya "bento" ini, dimana aku bermula mendengar dari nama sebuah lagu dari Mas Iwan Fals. Ternyata kata bento ini--dalam bahasa Jawa, sebutan bagi orang yang dalam keadaan kegilaan atau ketidakwarasan jiwa seseorang. Dalam makna yang lain adalah bila di putus menjadi ben [biarin] dan to [tho], jadinya bila di Indonesiakan berbunyi: biarin tho!

Ada makna spiritualnya, dimana bila seseorang melihat sesuatu yang berbeda dengan dirinya [dari sisi apa saja], maka ia merelakan seperti apa adanya itu, jadinya: bento. Tetapi ada sudut pandang lain, dimana kata bento ini menunjukkan keegoisan seseorang bila melihat sesuatu yang membutuhkan pertolongan lalu dia membiarkannya begitu saja: bento [Jawa]. Malam ini aku menemukan refleksi dalam kata bento ini pada sosok yang namanya Gondrong [nama aslinya Ahmad Zaeni], asli Kendal yang sudah malang melintang di dunia Gambang Syafaat Baiturahman ini. Umur dia sudah 41 tahun menikah dengan Dyah berumur 25 tahun, di Rumah Cinta Semarang ini atau di Pesantren Al-Ishlah ini, kalau di facebook bernama Gondrong Keselek Tembok, yang sering bikin status aneh-aneh dan unik itu.

Sudah lama aku anjurkan untuk segera menikah [dan juga sering di"gasak" temen-temennya] tetapi baru malam ini prosesi ijab kabulnya di tempatku itu, tepatnya jam 20.00 wib, sukses dan khidmad. Bukan Gindrong kalau tidak bikin geger dan deg-degan bagi siapa pun juga, baik mertuanya, orang tuanya, sahabat-sahabatnya, temen-temennya, dan calon istrinya itu. Betapa tidak, KTP tidak punya sehingga menyumbat berbagai persyaratan pernikahan, sementara dari pihak istrinya sudah siap sebulan sebelumnya.

Sebuah kenylenehan terjadi, pelaksanaan tidak pada tempat calon istrinya, tetapi di Rumah Cinta ini, sehingga ada pengalihan tempat dari dua sisi calon temanten ini--antara Kendal dan Pati. Suasana ini mengharuskan semua isi Rumah Cinta musyawarah untuk Gondrong itu, sementara dia sendiri sering menghilang entah kemana, dan hape sulit dihubungi, lalu pada ujung musyawarah menghasilkan kepasrahan, entah apa jadinya pada hari H yang dia tentukan sendiri. Berbagai asumsi muncul berkenaan dengan semakin dekatnya hari pernikahan itu, termasuk jadi apa nggak nikahnya ini.

Ternyata malam ini aku menyaksikan sendiri atas "bento"nya ini: orang tua dari Kendal sudah datang satu rombongan keluarga, Romo Budi sudah datang juga dengan beberapa among tamu yang "ndadak" ini, bahkan Naib sudah siap sejak setengan tujuh malam, rombongan dari mertuanya belum datang karena masih perjalanan dari Pati, sementara dia sendiri dan calon istrinya belum nongol juga. Aku sendiri yang tadinya diminta untuk menikahkannya, masih dalam perjalanan dari luar kota. Eh, ternyata begitu aku sampai di Rumah Cinta, semua yang menyangkut ijab kabul udah selesai, aku salami dia dan aku pandang dia dalam dandanan yang sangat indah sebagaimana temanten pada umumnya: peci, jas, dasi, celana panjang biru tua. Sementara istrinya--Dyah, sudah sedemikian cantik dengan dandanan temanten ala Jawa pada umumnya.

Begitu aku duduk di Aula menyalami Romo Budi, rombongan mertuanya baru tiba, lalu aku bertanya: siapa walinya yang menikahkan? Ternyata memakai wali hakim dengan surat yang telah ditanda-tangani mertuanya itu. Acara aku mulai dengan menyebut bahwa ini pernikahan unik, unik ngantennya, unik persiapannya, unik prosesinya, unik apa sajanya, malah bagi Romo Budi menyebut sebagai mukjizat--bagiNya apa saja bisa terjadi dan berjalan dengan kasihNya itu.

Sambutan antar keluarga aku persilahkan, lalu dari temen-temen Gambang Syafaat Baiturrahman, dan dilanjutkan dengan persembahan dari keluargaku yang diwakili oleh Gus Syahiq dengan  membaca shalawat badar, bernyanyi lagu My Love, dan asmaul husnanya Michael Jackson, ditutup You not alone. Bagi Romo Budi menyuguhkan lagu karangannya saat beliau dilantik jadi Pastor itu, dan sebuah lagu lagi yang mengisyaratkan bahwa bagiNya semua bisa terjadi. Dokumentasi diatasi Kang Iwan Kudus, yang datang bersama istrinya bersama Romo Budi itu.....

Kawan-kawan,kalau aku ceritakan tidak akan mandeg ini, terserah menurutmu atas kejadian ini--apa komentarnya--berhubungan dengan kara "bento" itu, kini semua sudah pulang dari berbagai pihak, termasuk ngantennya itu, tetapi gremengan orang-orang yang masih terjaga sayup-sayup terdengar, dan aku tersenyum sendiri: hmmmmmmmmmmmmmm....

Selamat, Drong!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar