Sedulurku tercinta, seperti biasanya seorang guru mengajak santri santrinya melakukan perjalanan spiritual agar para santri itu memiliki taburan ketajaman mata batinnya. Dalam Perjalanan ini 3 santri yang di ajak dengan ziarah dari satu makam wali ke makam wali yang lain. Amalan ini akan mengajarkan, dalam perjalanan menuju Tuhan para santri harus mengenal ilmu ketiadaan, mana kala perjalanan itu dinyatakan lulus maka santri itu berhak memperoleh titel sarjana kuburan ( Sarkub ).
Dalam lintasan perjalan itu Guru dan santrinya menginap di surau yang sudah reyot dengan dinding dindingnya berlubang tanpa pintu. Karena kelelahan santri santri itu disenyap malam terlelap tidur setelah di dongeng dongengkan oleh sang guru. Dalam lelapnya tidur salah satu santrinya terbangun ( ngelilir ) dan melihat gurunya masih terjaga di tengah pintu dengan melebarkan sarungnya sambil berdiri di tengah pintu. Waktu berlalu, santri satunya terbangun juga dan melihat gurunya sebagaimana yang dilihat santri pertama. sebelum subuh tiba santri ketiga terbangun juga dan menyaksikan gurunya pada posisi yang sama sebagai mana dilihat dua santri lainnya.
Usai berjamaah subuh ketiga santri itu menanyakan kenapa guru berdiri sepanjang malam di tengah pintu Mushola ( langgar ) ini ? dengan tersenyum yang indah guru itu menjawab, anak anakku sepanjang malam udara begitu dingin dan mengigit sementara surau ini banyak lubang dindingnya dan tanpa pintu, aku berdiri dengan melebarkan sarungku hanyalah ingin supaya tidurmu bisa nyenyak dan terhindar dari desiran angin malam, biar hangat tidurmu untuk menebus kelelahanmu yang berhari hari itu.
Kawan kawan kisah ini menjadi fakta dimata para santrinya bahwa manakala orang mencintai seseorang maka cintanya itu harus dibayar dengan penderitaan. dan derita guru itu bertaburan cinta dimata hati para santrinya. selembar sarung bisa menebar kehangatan cinta.
Sabtu, 22 Mei 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar