Minggu, 30 Mei 2010

Burdah Cinta

Sedulurku tercinta, ketika kata burdah aku sebutkan, mengingatkan kepada panjeneng semua,akan maestro pecinta, Imam Busyiri yang mengarang kidung Cinta, yang beliau sebut BURDAH. Nama burdah ini di jadikan judul kidung Cintanya, karena Imam Busyiri saat sakit lumpuh, beliau di temui Rasulullah SAW dalam mimpinya dan kanjeng nabi menghadiainya burdah (semacem jubah separo badan), seketika terjaga Imam Busyiri bisa sembuh penyakit lumpuhnya.
Di balik kisah ini ada seorang perindu sejati kepada kanjeng Nabi SAW, sedetikpun hatinya tidak melupakan kanjeng Nabi dengan cara membasah kuyupi bibir dan hatinya dengan bersholawat. Dia tidak pernah ketemu Rasulullah SAW, tetapi ia temukan jejak jejak cintanya melalui ajaran ajaran yang ia terima dan ia setiai dengan cara merangkul sekuat kuatnya atas ajaran itu. Kanjeng Nabi adalah orang yang tak pernah membikin kecewa umatnya.
Pada saat beliau sakit menjelang wafatnya, beliau wasiat kepada menantunya Sayyidina Ali, bahwa setelah sepeninggal beliau jubahnya itu (Burdah) sampaikan kepada orang yang bernama Uwaisy Al Qorni, sebagai hadiah atas keintiman hati walau tidak pernah menemui beliau. Amanat ini di laksanakan menantunya sepeninggal beliau dengan mencari tempat yang pernah di tunjukkan Rasulullah SAW. Sampai di dusun yang di maksud Sayyidina Ali bertanya tanya ke setiap orang orang kampung, apakah ada orang yang namanya Uwaisy Al Qorny?. Semua orang menjawab tidak kenal, malah berbalik bertanya, ciri ciri dan karakter Uwaisy Al Qorny. Setelah panjang lebar di terangkan bahwa ciri cirinya, ia berpegang teguh pada ajaran ajaran Nabi SAW, bagai sepenuh cinta bayi menyusui puting susu ibunya dan ia selalu berdendang kerinduan dengan bersholawat atas Nabi SAW bagai seruling yang menjerit jerit dengan pilu dan menyayat hati, ingin bertemu. Setelah keterangan ini, orang orang kampung paham betul akan Uwaisy Al Qorny itu, ternyata di kampung itu ia bernama Plompong dan punya saudara satu yang bernama Plompang.
Segera Sayyidina Ali menuju rumahnya Plompong. Ternyata sebelum Sayyidina Ali masuk kerumahnya, Plompong itu keluar menyambut kedatangan Sayyidina Ali dan langsung, sebelum Sayyidina Ali menyerahkan burdah itu, Plompong meminta kepada Sayyidina Ali, mana jubahku... titipan kekasihku Kanjeng Nabi Muhammad SAW.
Kawan kawan, kita kita ini semua sama seperti Uwaisy Al Qorny, tak pernah ketemu beliau namun kita temukan jejak jejak cintanya yang bertaburan memenuhi semesta raya. Dan nama nama kita di kampung ini adalah Agung, Sarno, Sumini, Suminten, dan Sintenremen. Namun karena hatimu merindu sekelas Uwaisy Al Qorny maka aku membayangkan dalam pandangan yang indah, sebagai kesaksian, engkau semua di hadiahi Burdah oleh Rasulullah SAW melalui tangan-tangan pecinta dan perindu cinta....... Terimalah kawan ...........

Tidak ada komentar:

Posting Komentar