Minggu, 30 Mei 2010

Anjing Cinta

Sedulurku tercinta, semua yang ada ini tiada yang sia-sia, kecuali yang menyia-nyiakannya. Robbana maa kholaqta haadzaa baathilaa (duhai Tuhanku, tiada yang Kau cipta ini dengan sia-sia). Dalam ranah tasawuf, mana yang tidak mengabarkan tentang Dia. Anjing (asu, bhs jawa) misalnya, yang sering dijadikan bahan untuk merendah-rendahkan manusia, seperti anjing.
Padahal dalam pandangan kemenyuluruhan ciptaan, ia salah satu kreasi Tuhan yang indah, yang memiliki sifat-sifat terpuji, yang belum tentu manusia memilikinya. Diantara sifat-sifat terpuji anjing itu adalah bahwa ia kuat terjaga malam (sedikit tidur), sifat ini dimiliki manusia yang peringkatnya mutahajjidin (orang yang sungguh2 merindu Tuhan dengan sembahyang malamnya).
Lalu anjing itu juga memiliki watak kuat menahan lapar, sifat ini disandarkan pada manusia yang baik2 (sholikhin), di mana hidupnya menghindari menyakiti hati orang lain, malah selalu berbuat menyenangkan hati orang lain, tidak rakus. Kemudian anjing itu rela manakala ditempatkan dengan ala kadarnya, padahal sifat ini disandarkan bagi manusia yang hatinya selalu ridlo atas kehendak-kehendakNya. Terus anjing itu manakala diusir oleh tuannya, walau berkali-kali, ia akan tetap kembali tanpa dendam sedikitpun, sifat ini disandarkan bagi manusia yang memiliki peringkat pecinta atau asyikiin. Bila ia pergi, anjing itu ngeloyor begitu saja, dengan keyakinan, walau tanpa bawaan apa-apa, di mana-mana tetep mantep ada taburan rizki dari Tuhan, sifat ini disandarkan pada orang dengan level tawakkal (mutawakkiliin). Manakala dikasih sesuatu oleh tuannya, walau sedikit dan ala kadarnya,anjing itu menanti dengan harap dan memakananya dengan lahap, sifat ini disandarkan kepada manusia yang selalu bersyukur atas kurnia Tuhan (syaakiriin). Ketika diperintah tuannya ia laksanakan dengan sepenuhnya tanpa meperhitungkan resikonya, sifat ini disandarkan kepada manusia dengan tingkatan kehambaan kepada Tuhan (Aabidiin). Dan masih banyak lagi sifat terpuji anjing kreasi Allah ini yang bisa dipetik hikmahnya.
Ada seorang kiai, sepulang dari pengajian membawa brekat (oleh2 dari acara), namun tak ada santri satupun yang terjaga malam itu, termasuk warga kampung sekitar pesantrennya. Lalu didekatinya seekor anjing yang ada di sekitar pembuangan sampah kampung, dengan bergumam, karena tak seorangpun terjaga wahai anjing, yang ada malam ini engkau yang melek (terjaga), maka terimalah brekat ini sebagai rejekimu. Kiai itu melihat anjing makan dengan lahap dan sesekali anjing itu menatap mata kiai, seperti mengucapkan terimakasihnya atas rejeki ini.
Menjelang sholat berjamaah, kiai keluar rumah menuju masjid, ternyata di depan rumah dengan jongkok, anjing ini sepertinya menyongsong kiai. Dan ternyata mengikuti di belakang jejak-jejak kiai sampai halaman masjid, menunggui terompahnya. Selesai berjamaah, kiai memberi pelajaran kepada santri-santrinya, bahwa selama ini beliau telah melayani santri dengan begitu intens, namun kenapa malam ini tak seorang pun terjaga malam, menyongsong cahaya Tuhan.
Lihatlah di luar sana, tadi malam brekat aku berikan baru sekali itu kepada seekor anjing, yang sering kau kejar-kejar karena kenajisannya, ia menyongsong aku keluar dan mengikuti jejek-jejekku di belakang, lalu lihatlah, ia sekarang menunggui terompahku, sepertinya mengucapkan terimakasih yang tiada tara kepadaku....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar