Sedulurku tercinta, do'a sapu jagad: Wahai Tuhan kami, berilah kami kebahagiaan dunia dan berilah kami kebahagiaan akhirat dan jauhkan kami dari siksa neraka, ternyata memiliki sebuah gagasan yang sangat besar tentang Cinta, dimana do'a ini sebagai inti ibadah membutuhkan dua hal seketika: keintiman dan tawa.
Keintiman bisa difahami sebagai kesempatan menikmati kehadiran Dia yang dicintai, sementara tawa sebagai manifestasi menemukan kenikmatan di dunia tempat kita berbagi. Keintiman membawa konsekuensi cinta Ilahi bahwa semua menjadi terfokus pada satu arah, yang berkonsentrasi kepada Tuhan semata, mencari Dia semata, merindukan keintimanNya, maka ujung hasilnya bisa dirasakan: seolah-olah telah menemukan sebuah harta karun di sebuah sudut hatinya, dan harta itu telah tersingkap sebuah permata yang tak ternilai bernama"Cinta". Mata mereka ini "melihat" sesuatu, sesuatu itu melepaskan dari diri mereka dan semua kekuatan dikembalikan kepada Dia, Dia, Dia, Dia.
Hal ini misalnya Nyai Rubi'ah mengatakan dalam mimpinya ketemu Kanjeng Nabi, beliau bertanya apakah dia mencintai beliau, lalu dijawab Nyai Rubi'ah: siapa yang tidak mencintaimu, begitu besar aku mencintaimu, tetapi hatiku begitu total terbawa oleh cinta Tuhan sehingga tak ada tempat untuk cinta atau kebencian kepada yang lain, cinta Sang Khaliq menjauhkan dari cinta makhluk-makhlukNya.
Inilah keintiman hati atas kehadiranNya itu, hal ini bisa ditemukan setiap orang [cuma sayangnya] manakala manusia menemukan kesusahan dan itupun hanya sesaat saja, ya sesaat saja, sebaiknya justru ketika manusia menemukan kegembiraan kurnia ini mustinya menyeret hati pada titik keintiman itu, kalau bisa senantiasa karena mana sih nikmat Dia yang bisa didustakan ini? Mana? Mana? Mana?
Semua mengabarkan tentang Dia, dan Dia punya "pelapor" dimana-mana ini, sampai ada yang mengatakan: tidak ada sesuatu pun dibalik jubahku selain Allah, perkenalkan aku sebagai: "Bukan siapa-siapa putra dari bukan siap-siapa." Ada juga yang mengatakan: Aku melihat semua keindahanMu, ketika aku buka mataku, seluruh tubuhku menjadi hati yang bercakap denganMu, aku menganggap haram untuk berbicara dengan yang lain, ketika pembicaraan beralih kepadaMu, aku berbicara panjang lebar.
Hal ini bisa dirasakan ketika melihat keajaiban-keajaiban, lalu melahirkan ketakjuban-ketakjuban, sampai pada akhirnya terkatub bibirnya saat-saat sekaratul maut--di hari kematian. Sebelum sampai pada hari kematian itulah, permata yang tak ternilai yang bernama Cinta harus ditebarkan, bagai benih dalam gudang harus ditanamkan, di ladang akhirat yang bernama dunia ini. Dengan semangat hati yang terbakar oleh cinta akan melahirkan sikap sayang kepada semua milikNya, dengan ini akan menjadi tenaga tak terhingga yang menghapus segala derita dan kelelahan dalam pelayanan, sampai pada titik mengabaikan kebajikan dirinya dan merelakan ketidak adilan orang, sampai pada puncaknya: sungguh kafirlah dirinya bila melakukan perlawanan, karena semesta dengan segala isinya adalah manifestasi dari WajahNya itu.
Di dada orang yang terbakar api Cinta ini, sikapnya akan spontan dan Cinta adalah sesuatu yang muncul sendiri, ia tidak diajarkan, makanya Kanjeng Nabi menyatakan: Hai manusia lakukan apa yang bersuara di dhamirmu itu. Pada sisi yang lain beliau menyatakan juga: barangsiapa yang mengetahui akan dirinya maka ia akan mengetahui siapa Tuhannya itu. Kalau sudah sampai disini orang akan menjadi berani mencari "kesyahidan" hidupnya, dimana kesyahidan dalam Cinta adalah syahid yang lebih mulia, makanya manakala orang yang mati didalam keasyikan pelayanan itu matinya adalah "syahid".
Kemudian kita simak penyataan kekasih Allah itu: Orang yang paling dicintai Allah adalah orang yang hidupnya lebih bermanfaat bagi sesama manusia, atau sebaik manusia adalah yang lebih bermanfaat bagi sesama manusia, bahkan pekerjaan yang paling dicintai Allah adalah pekerjaan yang manakala diselesaikan bisa membikin orang lain senang, cintailah apa yang di bumi pasti yang dilangit akan mencintaimu....
Kawan-kawan, ketika aku menemui tukang ngamen di bus dan aku tanyakan untuk siapa, ternyata mereka menjawab: untuk dapur keluarga bisa ngibul itu, ketika aku tanyakan kepada sopir-sopir mereka menjawab: untuk anak-anaknya, ketika aku tanyakan kepada, kepada, kepada siapa saja mereka menjawab untuk keluarganya, untuk keluarganya, untuk keluarganya.
Aku menemukan Cinta dimana-mana, aku menyaksikan Cinta kapan saja, aku tidak melihat kejahatan, aku tidak melihat keburukan, aku tidak mendengar kata-kata jahat dan buruk, aku melihat semuanya baik-baik saja karena Dia menyatakan: tidak ada yang salah dalam dunia ciptaan ini, semua bertasbih. semua bertasbih, semua bertasbih, semua bertasbih...
Aku pandang dan aku dengar dan aku taat padaMu, Duh Gusti….
Selasa, 02 November 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar